Nilai Pendidikan Agama Hindu dalam Teks Tutur Jatiswara

MUTIARAHINDU.COM -- Nilai Pendidikan Agama Hindu dalam Teks Tutur Jatiswara. Kesusastraan Bali merupakan salah satu budaya Bali yang dilestarikan keberadaannya hingga saat ini, salah satu kesusastraan Bali yakni tutur. Tutur merupakan salah satu jenis karya sastra tradisional berbentuk prosa, yang mengandung nilai agama, filsafat, dan kehidupan. Di Masyarakat Bali yang beragama Hindu menjadikan tutur tersebut sebagai pedoman hidup. Karya sastra sejenis tutur sangat penting, yaitu tutur sebagai karya sastra yang mengandung nilai-nilai adhi luhur dan sebagai pedoman untuk menjalankan kehidupan untuk menuju hal yang lebih positif.


Tutur yang akan dijadikan bahan kajian dalam artikel jurnal ini yakni berjudul Tutur Jatiswara. Tutur Jatiswara ini merupakan karya sastra tutur yang tidak sepenuhnya bercerita. Tutur Jatiswara mengandung ajaran agama yang dijadikan pedoman dalam kehidupan. Teks tutur Jatiswara merupakan sebuah teks tutur yang menguraikan tentang nasehat-nasehat orang tua kepada anaknya. Nasehat-nasehat tersebut yakni nasehat yang dituangkan oleh Sang Ayah, dan diharapkan suatu saat nanti anaknya menjadi anak yang berguna, bisa mencintai diri sendiri, selalu patuh dan bertingkah laku yang baik. Serta jika anaknya akan berbuat sesuatu, diharapkan agar selalu bertindak atau bertingkah laku sesuai dengan ajaran-ajaran agama.

Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam artikel jurnal ini yakni (1). Struktur dalam teks tutur Jatiswara. (2) Nilai pendidikan agama Hindu dalam teks tutur Jatiswara. Adapun tujuan yang terdapat dalam artikel jurnal ini di bagi menjadi 2 yakni tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dalam artikel jurnal ini yakni dapat mengembangkan dan melestarikan kesusastraan Bali tradisional khususnya karya sastra yang berbentuk tutur. Tujuan khusus dalam artikel jurnal ini yakni (1) untuk mengetahui struktur yang terdapat dalam teks tutur Jatiswara. (2) Untuk mengetahui nilai pendidikan agama Hindu dalam teks tutur Jatiswara. 

II. Metode

Metode (method), secara harfiah berarti cara. Metode atau metodik berasal dari bahasa Greeka, metha (melalui atau melewati), dan hodos (jalan atau cara), jadi metode bisa berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. Metode adalah cara atau prosedur yang ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu. Lalu ada satu istilah lainnya yang berkaitan dengan 2 istilah ini, yaitu teknik adalah cara yang spesifik dalam pemecahan masalah tertentu yang ditemukan dalam pelaksanaan prosedur.

Adapun metode yang digunakan dalam penulisan artikel jurnal ini yakni dengan menggunakan metode tinjauan dari beberapa sumber atau yang disebut dengan metode kepustakaan. Metode kepustakaan merupakan suatu metode yang digunakan dengan cara membaca untuk mendapatkan pengetahuan dan ada kaitannya dengan permasalahan yang dibahas dalam artikel jurnal ini. Adapun data-data yang digunakan dalam artikel jurnal ini yakni diperoleh melalui dari beberapa sumber seperti sumber bacaan, bubu-buku, surat kabar, majalah dan sebagainya. 

III. Pembahasan

1. Struktur Tutur Jatiswara

a. Struktur Bentuk Tutur Jatiswara 

Struktur bentuk dalam teks tutur Jatiswara meliputi ragam Bahasa dan gaya Bahasa. Menurut Jendra (1991: 49) ragam Bahasa merupakan variasi Bahasa menurut pemakaiannya atau penggunaannya. Ragam Bahasa dalam tutur Jatiswara menggunakan bahasa Bali alus dan bahasa andap. Basa Bali Alus merupakan Bahasa Bali yang mempunyai nilai dengan rasa hormat atas kata-kata dalam berbicara untuk menghormati orang yang mempunyai derajat yang lebih tinggi. Basa andap yakni bahasa lumrah yang digunakan dalam kehidupan sehari- sehari, bahasa tersebut tidak terlalu halus dan tidak terlalu kasar. Menurut Karmini, (2011: 78) gaya bahasa pada garis besarnya dibedakan atas gaya bahasa perbandingan, gaya bahasa sindiran, gaya bahasa penegasan, dan gaya bahasa pertentangan. Gaya bahasa perbandingan meliputi: metafora, personifikasi, asosiasi, alegori, parable, simbolik, tropen, metonimia, litotes, sinekdoke, eufemisme, hiperbolisme, alusio, antonomasia, periphrasis. Gaya bahasa sindiran meliputi: ironi, sinisme, sarkasme. Gaya bahasa penegasan meliputi: pleonasme, repetisi, paralelisme, tautologi, klimaks, enumerasio, praterito. Gaya bahsa pertentangan: paradoks, antitesa, kontradiksio in terminis, anakhronisme. Gaya bahasa yang terdapat dalam teks tutur Jatiswara yakni gaya bahasa perbandingan dan gaya bahasa pertentangan. 

b. Struktur Isi Teks Tutur Jatiswara

Struktur isi dalam teks tutur Jatiswara ini terdiri dari: (1) bagian awal, berisi tentang ajaran etika; (2) bagian tengah, berisi tentang filsafat agama; (3) bagian akhir, berisi tentang pesan terhadap anak. Pada bagian awal berisi tentang ajaran etika. Berisikan tentang nasehat seorang ayah terhadap anaknya, yang memberitahukan tentang tingkah laku yang baik, dan yang bisa dilaksanakan. Bila sudah berbuat baik atau bertingkahlaku yang baik, pasti akan mendapat kebahagiaan. Begitu juga sebaliknya, jika berbuat tidak baik atau bertingkah laku yang tidak baik pasti akan mendapatkan kesengsaraan. Pada bagian tengah berisi tentang filsafat Agama. Sebagai makhluk hidup yang paling utama harus bisa melaksanakan ajaran Agama. Itu sebabnya kita harus belajar agama, seringlah memohon petunjuk, karena kita tidak akan tahu dimana letak kabaikan, karena itu seringlah kita memohon petunjuk kepadaNya. Semasih hidup kita harus berbuat dharma karena hasil dari perbuatan itu yang akan mendapatkan kebahagiaan. Pada bagian akhir berisi tentang pesan terhadap anak. Berisikan tentang seorang ayah yang mengingatkan anaknya, agar selalu berbuat baik berdasarkan ajaran dharma dan tidak pernah iri kepada sesama atau orang lain. Orang yang selalu berbuat tidak baik kepada sesama atau orang lain, pasti akan selalu mendapatkan kesengsaraan. Dengan demikian setiap manusia harus bisa menjauhi perbuatan-perbuatan yang tidak baik atau tidak pantas dilakukan. Bila tidak menjalankan ajaran sastra agama, pasti hilang sang atma dan berakhir utama menemukan kesengsaraan. 

2. Nilai Pendidikan Agama Hindu dalam Teks Tutur Jatiswara

Adapun nilai pendidikan yang terdapat dalam teks tutur Jatiswara yakni (1) Nilai Religius, (2) nilai etika (Susila), (3) nilai filsafat. (1) nilai religius, Herususanto (2001: 30) religi adalah manusia yang mempunyai keyakinan dengan keberadaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, itu sebabnya manusia melaksanakan kewajiban beragama yang baik, melaksanakan perintah Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan berbuat yang baik. Nilai religius yang terdapat dalam teks tutur Jatiswara yakni sebagai umat Hindu yang paling utama adalah menjalankan korban suci yang tulus iklas. Untuk menjaga agar kehidupan selalu mendapat tuntunan Hyang Widhi maka kita harus selalu menjalin hubungan yang harmonis dengan Tuhan, sebagaimana dalam ajaran Tri Hita Karana. Cara yang paling sederhana menghubungkan diri dengan Tuhan yakni dengan cara sembahyang. Agar selalu dapat menghubungkan diri dengan Maha Pencipta adalah dengan mempelajari, memahami, dan melaksanakan yadnya. (2) Nilai Etika (Susila), Menurut Suhardana, (2010: 31) Susila berasal dari kata “su” dan “sila”. Kata su berarti baik dan sila yang berarti tingkah laku. Menurut Atmaja (2010: 11) Etika merupakan watak, kesusilaan dan adat. Etika adalah ilmu yang berkaitan dengan perbuatan seseorang yang baik dan tidak baik. Menurut Mantra (1993: 5) menyatakan bahwa etika itu sama dengan istilah tata Susila yang berarti peraturan tingkah laku yang baik dan mulia, yang harus menjadi pedoman hidup. Jadi susila berarti aturan-aturan yang baik mengenai tingkah laku yang harus dijadikan pedoman hidup. Nilai etika dalam teks tutur Jatiswara yakni pikiran, perkataan, perbuatan, setiap orang harus bisa dijaga, karena terlebih dahulu pikiranlah yang harus dikendalikan agar tidak mengeluarkan perkataan yang menyakiti sesama atau orang lain. Perkataan yang baik seseorang akan menimbulkan perbuatan yang baik, jika perkataan yang tidak baik dikeluarkan, pasti akan menimbulkan perbuatan yang tidak baik. Sebagai manusia yang diciptakan Tuhan, kita harus bisa berpikir, berkata, berbuat yang baik, agar bisa membawa diri kearah yang lebih baik yang patut dilaksanakan agar tercipta keharmonisan terhadap sesama atau orang lain. (3) Nilai Filsafat, Sudharta (1985: 4) Tattwa merupakan istilah filsafat yang didasarkan atas tujuan yang hendak dicapai oleh filsafat itu, yakni suatu kebenaran yang hakiki dan tertinggi. Nilai filsafat yang terdapat dalam teks tutur Jatiswara yakni kelahiran kembali sesungguhnya merupakan kesempatan yang baik bagi manusia untuk menebus dosa dengan cara memperbaiki perilaku terdahulu. Kesadaran dan kelebihan akal budi yang dimiliki manusia inilah yang menempatkan manusia sebagai makhluk yang paling tinggi diantara makhluk hidup lainnya. Menjelma sebagai manusia sangatlah utama, karena ia dapat mengangkat derajat hidupnya dari kesengsaraan dengan berbuat/bertingkah laku yang baik. 

IV. Kesimpulan

Tutur Jatiswara mengandung ajaran agama yang dijadikan pedoman dalam kehidupan. Teks tutur Jatiswara merupakan sebuah teks tutur yang menguraikan tentang nasehat-nasehat orang tua kepada anaknya. Struktur yang terdapat pada teks tutur Jatiswara yakni struktur bentuk dan struktur isi. Struktur bentuk terdiri dari ragam bahasa dan gaya bahasa. Ragam Bahasa dalam tutur Jatiswara menggunakan Bahasa Bali alus dan bahasa andap. Gaya bahsa yang terdapat dalam teks tutur Jatiswara yakni gaya bahasa perbandingan dan gaya bahasa pertentangan. Struktur isi dalam teks tutur Jatiswara ini terdiri dari: (1) bagian awal, berisi tentang ajaran etika; (2) bagian tengah, berisi tentang filsafat agama; (3) bagian akhir, berisi tentang pesan terhadap anak. Adapun nilai pendidikan agama Hindu dalam teks tutur Jatiswara yakni (1) Nilai Religius, (2) Nilai Etika (Susila), (3) Nilai Filsafat. 

Nilai Pendidikan Agama Hindu dalam Teks Tutur Jatiswara. 
Ni Wayan Mira Apsari 
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

Related Posts

0 Response to "Nilai Pendidikan Agama Hindu dalam Teks Tutur Jatiswara"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel