Pengertian Tri Hita Karana dan Bagian-Bagian serta Penjelasannya

MUTIARAHINDU.COM -- Tri Hita Karana ditinjau dari etimologi atau asal katanya terdiri dari kata Tri, Hita, dan Karana. Tri berarti tiga, Hita berarti kebahagiaan, dan Karana berarti penyebab. Jadi, kata Tri Hita Karana berarti, tiga penyebab hubungan yang harmonis untuk mencapai kebahagiaan. Oleh karena itu, perlu kita sikapi bersama agar kehidupan umat manusia di atas bumi ini semakin meningkat, hendaknya didasari dengan menerapkan konsep Tri Hita Karana dalam segala aspek, baik dalam aspek ke-hidupan beragama, aspek pertanian, perekonomian, sosial, maupun budaya. Aspek-aspek tersebut saling terkait antara yang satu dengan yang lainnya.

Pengertian Tri Hita Karana dan Bagian-Bagian serta Penjelasannya

Melaksanakan ajaran Tri Hita Karana sesuai dengan arti yang tersebut di atas, mendorong kita untuk bisa hidup aman, nyaman, dan tentram. Kita dituntut bisa hidup berdampingan baik dengan sesama umat beragama, antarumat beragama, maupun dengan lingkungan sekitar. Kita harus meyakini bahwa segala yang ada di dunia ini adalah ciptaan Sang Hyang Widhi yang harus kita lestarikan dan perlu kita berikan rasa kasih sayang, (Duwijo dan Darta, 2014:41).

Bagian-bagian Tri Hita Karana

Tri Hita Karana dari segi arti kata terdiri dari tiga bagian yaitu :
  1. Parhyangan artinya hubungan manusia dengan Sang Hyang Widhi.
  2. Pawongan artinya hubungan manusia dengan manusia.
  3. Palemahan artinya hubungan manusia dengan lingkungan.
1. Pengertian Parhyangan dan Penjelasannya

Parhyangan berarti tempat berhubungan bagi umat Hindu terhadap Sang Hyang Widhi. Parhyangan merupakan suatu tempat untuk melakukan pemujaan kepada Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa. Salah satunya adalah sebagai tempat untuk melakukan Yajña/yadnya (upacara). Parhyangan ini ada yang bersifat khusus dan ada yang bersifat umum. Parhyangan yang bersifat khusus adalah berfungsi untuk memuja manifestasi Tuhan secara khusus pula seperti memuja para leluhur, dan memuja Ista Dewata sebagai penuntun umat dalam menjalankan profesi seperti: pedagang, petani, nelayan, undagi/tukang, dan sebagainya. Semua umat dalam menjalani kehidupan akan selalu merasa wajib untuk memuja keagungan Tuhan dalam manifestasinya agar apa yang dikerjakan selalu mendapat perlindungan dan tuntunan sehingga harapan dari masing-masing profesi yang digelutinya dapat mencapai tujuan, (Duwijo dan Darta, 2014:42).

2. Pengertian Pawongan dan Penjelasannya

Pawongan, berasal dari kata wong (manusia) mendapat awalan (pa-) dan akhiran (-an). Jadi, kata Pawongan berarti kemanusiaan. Manusia adalah makhluk sosial yang hidupnya saling bergantung satu sama lain. Manusia tidak bisa hidup menyendiri. Oleh karena itu, harus mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam berinteraksi inilah dibutuhkan perilaku sosial yang baik agar bisa diterima oleh lingkungan sekitar dan bisa terjalin hubungan yang harmonis antarsesama. Hubungan harmonis dapat dilakukan antara berbagai pihak seperti berikut.
  1. Hubungan yang baik antara orang tua dengan anak.
  2. Hubungan yang baik dengan saudara.
  3. Hubungan yang baik antar keluarga dengan masyarakat.
  4. Hubungan yang baik antara siswa dengan guru.

  • Hubungan yang baik antara orang tua dengan anak

Hubungan baik antara orang tua dengan anak wajib dilakukan, karena orang tua sangat menentukan baik buruknya masa depan anak. Anak perlu diperhatikan secara detail semua kegiatannya baik di rumah, di sekolah, dan di masyarakat. Apabila sejak kecil mendapat perhatian, ke depan anak akan tumbuh menjadi generasi yang baik. Jangan menghandalkan anak belajar di sekolah saja, karena waktu belajar di sekolah sangat terbatas. Orang tua berkewajiban mendampingi anaknya ketika belajar di rumah, (Duwijo dan Darta, 2014:43).
  • Hubungan baik dengan saudara

Hubungan baik dengan saudara sejak dini perlu dipupuk dan dibina, sebab hal ini merupakan cermin kehidupan bagi sebuah keluarga. Apabila hubungan baik dapat dilakukan sejak kecil, akan tercipta keharmonisan dalam keluarga. Contoh: saling bertegur sapa, dan saling menyayangi. Dengan demikian akan membawa hikmah yang sangat positif terhadap lingkungan sekitarnya, (Duwijo dan Darta, 2014:44).
  • Hubungan yang baik antarkeluarga dengan masyarakat

Agar terjalin hubungan yang harmonis di masyarakat, harus dimulai dari masing-masing keluarga. Keharmonisan itu dapat kita lihat dalam kehidupan sosial masya-rakat. Contohnya seperti gotong-royong membersihkan lingkungan dan gotong-royong dalam Upacara Yajña.
  • Hubungan yang baik antara siswa dengan guru

Hubungan antara siswa dengan guru wajib dilakukan dengan harmonis. Mengapa demikian? Siswa membutuhkan pengetahuan dari guru dan sebaliknya guru wajib mentransfer ilmunya kepada para siswa. Hal itu bisa diwujudkan apabila siswa dan guru sama-sama memiliki disiplin yang baik, (Duwijo dan Darta, 2014:45).

Semua hubungan tersebut di atas harus kita lakukan dengan baik, seperti hubungan kita dengan orang tua. Orang tua sudah berusaha semaksimal mungkin mengupayakan biaya sekolah kita dan memberikan fasilitas yang lengkap. Ke-wajiban kita sebagai anak mentaati dan menjalankan segala perintahnya dan berusaha mendapatkan hasil yang maksimal di sekolah. Apabila kita berprestasi, akan menjadi kebanggaan buat orang tua. Dengan demikian akan tercipta hubungan yang harmonis dalam rumah tangga.

3. Pengertian Palemahan dan Penjelasannya 

Palemahan berarti alam lingkungan sekitar kita. Alam lingkungan sekitar kita merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan, karena ling-kungan ini sangat mempengaruhi dan menentukan sehat tidaknya orang yang tinggal di lingkungan tersebut.

Palemahan penentu pula corak kehidupan masyarakat. Contoh masyarakat Bali yang hidup di lingkungan pariwisata, mereka harus mau belajar bahasa asing, karena bahasa itu membuat mereka menjadi hidup, mengantarkan dirinya untuk memperkenalkan budaya yang ada di daerahnya. Apabila kita hidup di lingkungan petani kita harus bisa bertani. Bertani dalam arti luas yaitu profesional mengolah lahan sawah, profesional mengelola kebun, dan profesional dalam beternak. Apabila kita hidup di lingkungan pengrajin kita harus memiliki keterampilan sebagai pengrajin dan sebagainya. Oleh karena itu, kita wajib bersahabat dengan lingkungan kita sendiri agar keharmonisan itu bisa terwujud, (Duwijo dan Darta, 2014:46).

Beberapa hal yang harus kita perhatikan dan kita lakukan terhadap lingkungan sekitar agar tercipta suasana yang aman, nyaman, dan bersahabat yaitu seperti berikut.
  1. Memelihara dan melestarikan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan.
  2. Memupuk rasa persatuan dan kesatuan dengan saling hormat menghormati antarsesama dengan menumbuhkan rasa asah, asih, dan asuh.
  3. Menata dan menjaga desa agar nampak bersih, indah, serta aman.

Hutan merupakan kekayaan yang tidak ternilai harganya. Hutan bermanfaat untuk mempertahankan konservasi udara dan sebagai sumber mata air bagi kehidupan makhluk di muka bumi. Oleh karena itu, mari kita jaga supaya hutan kita tetap lestari, (Duwijo dan Darta, 2014:47).

Hukum sebab akibat akan selalu terjadi di muka bumi. Salah satu contoh, apabila kita tidak melestarikan lingkungan (hutan), maka kehidupan makhluk menjadi tidak nyaman di muka bumi. Karena hutan merupakan sumber kehidupan bagi semua makhluk.

Kalau kita berpikir positif tentu tidak setuju adanya pembalak liar yang mencari keuntungan sendiri. Lingkungan di sekitar kita sangat perlu kita jaga. Hindari mem-buang sampah sembarangan, wujudkan rasa peduli lingkungan sehat dengan melakukan gotong-royong membersihkan sampah, dan menanam sejuta pohon. Semua hal tersebut akan sangat bermanfaat bagi generasi kita di masa yang akan datang, (Duwijo dan Darta, 2014:48).

Dari aspek pertanian, para kita sudah petani secara utuh memahami, menghayati, serta melaksanakan konsep ajaran Tri Hita Karana. Mereka melakukannya dengan praktik langsung secara tradisi karena merupakan salah satu warisan budaya leluhur dan sudah merupakan suatu kewajiban, (Duwijo dan Darta, 2014:49).

Referensi

Duwijo dan Darta, I Ketut. 2014. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas V. Jakarta: Pusat                  Kurikulum dan Perbukuan. Balitbang Kemdikbud

0 Response to "Pengertian Tri Hita Karana dan Bagian-Bagian serta Penjelasannya"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel