Persepsi Umat Hindu Tentang Hari Raya Kuningan Di Dusun Lumbung Sari Lemo Desa Kasimbar Palapi Kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong

MUTIARAHINDU.COM -- Semua Agama memiliki hari suci yang bermakna untuk memperingati suatu kejadian yang sangat berharga dan sangat dikeramatkan oleh Umatnya dalam usahanya memperdalam dan menghayati kehidupan beragama. Pada harihari suci tersebut, manusia diingatkan kembali kepada maksud dan tujuan leluhur Agama yang dianut pemeluknya, agar dapat menerapkan ajaranajaran suci tersebut dalam kehidupan sehari-hari.



Umat Hindu memiliki begitu banyak hari raya keagamaan yang dipakai sebagai media untuk belajar. Berdasarkan keyakinan, hari suci menjadi sangat istimewa karena pada hari itu dianggap memiliki makna yang sangat penting bagi kehidupan Umat dalam usaha meningkatkan sradha dan bhakti. Perayaan hari suci Agama Hindu oleh Umat Hindu dipergunakan sebagai kesempatan untuk berkumpul bersama keluarga sebagai perwujudan rasa hormat, saling menghargai dan saling mengenal satu sama lain.

Tim penyusun (1995:55) mengungkapkan Agama Hindu memiliki sejumlah hari suci yang berdasarkan pawukon dan sasih. Hari raya berdasarkan Pawokon yang perhitunganya berdasarkan gabungan antara sapta wara, panca wara dan wuku. Hari raya ini siklusnya setiap 210 hari sekali. Hari-hari raya itu diantaranya: hari Raya Saraswati, hari Raya Soma Ribek, hari raya Pagerwesi, Tumpek Landep, Tumpek Uduh, Sugian Jawa, Sugian Bali, Galungan hari Raya Kuningan, dan beberapa hari raya lainnya. Sedangkan hari Raya yang berdasarkan sasih, yaitu Siwa Latri dan Nyepi.

Galungan yaitu hari raya yang datangnya setiap enam bulan sekali berdasarkan pawukon. Saat hari raya Galungan, roh-roh Leluhur (yang sudah menjadi Dewa pitara) dipercaya akan kembali ke bumi, yang disambut dengan ritual secara adat dan budaya Bali. Hal tersebut disimbolkan sebagai kemenangan Dharma melawan Adharma. Runtutan pelaksanaan upacara Galungan yang diawali dengan Tumpek Wariga, Sugian jawa, Sugihan Bali, hari Penyajaan Galungan, hari Penampahan Galungan, hari raya Galungan, manis Galungan, Penampahan Kuningan, hari raya Kuningan, umanis Kuningan dan budha kliwon pegatwarah,sepuluh hari setelah hari raya Galungan adalah hari raya Kuningan sehingga para leluhur akan kembali ke surga sebelum jam dua belas (12:00). 

Tim Penyusun (2010:137) mengungkapkan bahwa hari raya Kuningan harus dilaksanakan, karena hari raya Kuningan merupakan rangkaian dari hari raya Galungan. Hari raya Kuningan jatuh pada Saniscara (Sabtu) Kliwon wuku Kuningan. Pada saat itu merupakan payogan dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang turun ke dunia diiringi oleh para dewa-dewi dan juga pitara-pitari untuk memberikan karuniaNya kepada manusia. Waktu pelaksanaan hari raya Kuningan hendaknya tidak melebihi pukul 12.00 siang Karena ketika telah melewati waktu tersebut para DewataDewati sudah kembali ke kahyangan sebagaimana diungkapkan pada petikan lontar sundarigama:

Hyawa amuja bebanten,kalangkahin tajeg, Sang Hyang Aditya asukjuga kawengania, Apan yan tajeg Sang Hyang Surya, Dewata amoring swarga

Artinya:

Janganlah mengaturkan banten Kuningan setelah tengah hari, karena Ida Bhatara telah kembali  ke surga, (dalam wulandari,2009: 40).

Hari raya Kuningan memiliki makna bahwa sebagai Umat manusia berjanji pada diri sendiri, alam dan Tuhan untuk selalu memenangkan Dharma (kebaikan) dan mengalahkan Adharma (keburukan). Karena berdasarkan keyakinan bahwa hari raya mempunyai makna yang amat penting bagi kehidupan seseorang, sebagai Umat Hindu sebaiknya dapat melaksanakan setiap rangkaian hari raya dengan sebaik-baiknya dan sesuai dengan aturan yang tertuang dalam sastra-sastra Hindu yang ada.

Hasil wawancara dengan beberapa Umat Hindu di Desa Lumbung bahwa sejak tahun 1970-1988 Umat tidak merayakan hari raya Kuningan, hal ini dikarenakan nenek moyangnya di Bali sudah secara turun-temurun tidak merayakannya. Namun dengan adanya surat keputusan yang dibuat oleh parisada Hindu Dharma Kecamatan Kasimbar, maka semua Umat sudah merayakan hari raya Kuningan. Oleh karena itu setelah 17 tahun Umat Hindu di Dusun Lumbung sari Lemo tidak merayakan hari Kuningan. Hal ini perlu dijadikan perhatian bagi Umat Hindu karena pemahaman yang benar tentang perayaan hari raya Kuningan sesuai dengan ajaran Agama Hindu dapat menghindari penyimpangan dalam hari raya Kuningan.

Setiap upacara ritual memiliki makna tertentu, demikian pula dengan hari raya Kuningan ini dilakukan sebagai permohonan keselamatan, kesentosaan, serta perlindungan agar manusia diselamatkan dari gangguan dan bencana yang mengancam hidup. Maksud hari raya Kuningan adalah memuja kepada Dewa dan pitarapitari/leluhur dengan sepenuh hati agar melimpahkan karunianya dan memperoleh keselamatan. Kuningan menggambarkan hubungan vertikal dan horizontal, hubungan vertikal menunjukan hubungan antara manusia dengan TuhanNya, sedangkan hubungan horisontal mencerminkan hubungan manusia dengan lingkunganya. Perayaan hari raya Kuningan pada umumnya mengunakan berbagai macam sesajen sebagai bentuk persembahan kepada para leluhur.

Sesajen merupakan korban, pemberian atau persembahan kepada Dewa dan roh, yang mengandung lambanglambang guna untuk berkomunikasi dengan para dewa.Walapun dalam pelaksanaanya terkadang kurang memahami arti dari sesaji-sesaji tersebut. Kurangnya pemahaman dan kurang lengkapnya sarana yang digunakan kemungkinan besar upacara itu tidak mencapai apa yang kehendaki, bahkan dapat mendatangkan bencana. Umat Hindu di Dusun Lumbung Sari Lemo beberapa individunya mengunakan sarana banten yang berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan oleh Persepsi perayaan hari raya Kuningan yang berbeda. Dalam perayaan hari raya Kuningan tidak semua menggunakan sesajen dengan lengkap sesuai dengan petunjuk sastra yang ada, karena sebagian Umat hanya ngaturang canangsari. Melihat fenomema tersebut peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih dalam Persepsi Umat Hindu Tentang hari raya Kuningan di Dusun Lumbung Sari Lemo Desa Kasimbar Palapi Kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong “Maka dapat dirumuskan permasalahan Bagaimanakah Historis hari raya Kuningan bagi Umat Hindu di Dusun Lumbung Sari Lemo Desa Kasimbar Palapi Kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong?

Pembatasan ruang lingkup penelitian diperlukan agar menghasilkan sebuah kajian objektif. Karena luasnya wilayah yang ada dalam Kecamatan Kasimbar yang berpenduduk sebagian besar Agama Hindu. Dalam hal ini peneliti Khususnya meneliti tentang Historis hari raya Kuningan di Dusun Lumbung Sari Lemo dan Persepsi Umat Hindu tentang hari raya Kuningan di Dusun Lumbung Sari Lemo Desa Kasimbar Palapi Kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong. Umat Hindu yang diteliti adalah Umat Hindu transmigrasi yang berasal dari Bali Lumbung dan Bali Singaraja yang sudah menikah dengan orang Lumbung dan tidak pernah melaksanakan hari raya Kuningan.

2. Kajian Pustaka
Kajian pustaka yang digunakan dalam penelitian ini adalah pustaka berupa buku-buku, skripsi, hasil-hasil penelitian yang relevan dangan penelitian ini. Sugiati (2015) dalam penelitiannya tentang Persepsi Masyarakat Hindu terhadap pelaksanaan hari raya Galungan di Desa Rio menguraikan hari raya Galungan adalah pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang dilakukan dengan penuh kesucian dan ketulusan hati, memohon kesejahteraan dan keselamatan hidup serta agar dijauhkan dari Adwidya.

3. Landasan Teori
Peneliti menggunakan dua teori, teori tindakan yang peneliti gunakan untuk membedah permasalahan kedua yaitu persepsi Umat Hindu tentang hari raya Kuningan di Dusun Lumbung Sari Lemo Desa Kasimbar Palapi Kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong dan teori Religi peneliti gunakan untuk membedah permasalahan pertama yaitu historis hari raya Kuningan pada Umat Hindu di Desa Lumbung Kecamatan Parigi Moutong.

4. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Lumbung Sari Lemo . Sumber data terdiri dari data primer dan data sekunder. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu, teknik observasi, teknik wawancara, teknik dokumentasi dan teknik studi kepustakaan. Cara penentuan informan yaitu dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu peneliti menentukan langsung informasi informasi yang akan diwawancarai. Teori yang diguanakan dalam penelitian ini adalah teori religi dan teori tindakan. Konsep dalam penelitian ini adalah Persepsi, Umat Hindu dan hari raya Kuningan. Selanjutnya, Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Selanjutnya teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

5. Hasil Penelitian dan Pembahasan 
Historis Hari Raya Kuningan pada Umat Hindu di Dusun Lumbung Sari Lemo Desa Kasimbar Palapi Kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong.
 
Adapun Historis Hari Raya Kuningan pada Umat Hindu di Dusun Lumbung Sari Lemo Desa Kasimbar Palapi Kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong dari beberapa informan adalah sebagai berikut: 

Tradisi dari nenek moyang 
Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan, dapat diketahui bahwa Umat Hindu Dusun Lumbung Sari Lemo selama tinggal di Bali Lumbung tidak merayakan hari raya kuningan, karena mengikut dari nenek moyang yang tidak merayakan sampai pada Umat transmigrasi ke sulaswesi tepatnya di dusun Lumbung Sari Lemo tidak juga merayakan hari raya Kuningan, sampai pada saat parisada Hindu dharma membuat surat keputusan bahwa semua Umat Hindu harus melaksanakan hari raya Kuningan. Mulai dari surat keputusan dikeluarkan semua Umat merayakan hari raya Kuningan. 

Adanya pernikahan
Lemo awalnya merayakan hari raya Kuningan namu setelah menikah dengan orang Bali Lumbung tidak merayakan hari raya Kuningan karena mengikuti keluarga laki-laki yang memang tidak merayakan Kuningan. Sampai pada mereka transmigrasi ke Sulawesi di Dusun Lumbung Sari lemo juga tidak merayakan hari raya Kuningan. Masyarakat Lumbung Mulai merayakan hari raya Kuningan setelah ada keputusan dari parisada yang mengharuskan semua Umatnya merayakan hari raya Kuningan.

Pengaruh lingkungan
Berdasarkan dari hasil wawancara bahwa sebelumnya Umat tidak merayakan Kuningan, namun setelah transmigrasi ke Dusun Lumbung Sari Lemo mulai merayakan.Melihat dari lingkungan tempat tinggal Umat merayakan hari raya Kuningan. Persepsi Umat Hindu Tentang hari Raya Kuningan di Dusun Lumbung Sari Lemo Desa Kasimbar Palapi Kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong. Dalam hal ini Persepsi Umat Hindu Tentang Hari Raya Kuningan di Dusun Lumbung Sari Lemo Desa Kasimbar Palapi Kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong adalah sebagai berikut :

Sebagai ucapan rasa terima kasih kepada para leluhur
Berdasarkan hasil wawancara diatas diketahui bahwa Umat Hindu di Dusun Lumbung Sari Lemo sudah memahami tentang pelaksanaan Hari Raya Kuningan sebagai ucapan rasa terima kasih kepada para leluhu atas segala karunia yang telah di berikan.

Sebagai kemenangan Dharma melawan Adharma
Berdasarkan hasil wawancara Umat Hindu atau orang-orang tua di Dusun Lumbung Sari Lemo kurang memahami tentang hari raya Kuningan, mereka hanya memahami hari raya Kuningan sebagai perayaan untuk kemenangan Dharma melawan adharma. 

Hari raya biasa
Berdasarkan dari hasil wawancara masyarakat kurang memahami tentang hari raya kuningan, Umat Hindu Dusun Lumbung Sari Lemo merayakan hari raya Kuningan bukan karna paham akan makna hari raya Kuningan itu sendiri, namun hanya karna melihat dari lingkungan yang merayakan Kuningan, hal ini disebabkan kurangnya tingkat pendidikan yang mempengaruhi Umat Hindu di Dusun Lumbung Sari Lemo kurang memahami makna yang sesungguhnya tentang hari raya Kuningan.

Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang peneliti lakukan tentang persepsi Umat Hindu tentang hari raya Kuningan di Dusun Lumbung Sari Lemo Desa Kasimbar Palapi Kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Historis hari Raya Kuningan bagi Umat Hindu di Dusun lumbung Sari Lemo Desa Kasimbar Palapi Kabupaten Parigi Moutong yaitu:
a) Tradisi dari nenek moyang,
b). Proses pernikahan,
c). Pengaruh lingkungan.

2. Persepsi Umat Hindu tentang hari raya Kuningan di Dusun Lumbung Sari Lemo Desa Kasimbar Palapi Kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong adalah :
a). Sebagai ucapan rasa terima kasih kepada para leluhur,
b). Sebagai kemenangan Dharma melawan Adharma,
c). Hari raya yang di rayakan lingkungan sekitar.




Judul; Persepsi Umat Hindu Tentang Hari Raya Kuningan Di Dusun Lumbung Sari Lemo Desa Kasimbar Palapi Kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong

Oleh:

KADE WIDIAWATI

I KOMANG MERTAYASA

I MADE SUKARTA

Dari: STAH Dharma sentana Sulawesi Tenggah


0 Response to "Persepsi Umat Hindu Tentang Hari Raya Kuningan Di Dusun Lumbung Sari Lemo Desa Kasimbar Palapi Kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel