Pendidikan sebagai ujung tombak dalam mewujudkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas mendapat tantangan yang luar biasa di tengah pandemi ini karena pembelajaran secara konvensional tidak dapat dilakukan. Hal ini sesuai dengan Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19. Mengingat penyebarannya yang masih memprihatinkan, juga belum memperlihatkan trend positif, maka Pelatihan Jarak Jauh dinilai sebagai solusi terbaik dalam memenuhi hak pendidikan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan pelatihan SDM Kementerian Agama dinyatakan bahwa penyelenggaraan pelatihan SDM bertujuan mengembangkan Kompetensi SDM, meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap/ perilaku. Penyelenggaraan pelatihan SDM ditujukan bagi PNS, PPPK, PN-PSN dan masyarakat. Penyelenggaraan pelatihan SDM terdiri dari: a). pelatihan dasar yang disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, b). pelatihan dalam jabatan diantaranya: pelatihan kepemimpinan, pelatihan fungsionla dan pelatihan teknis.
Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Denpasar yang berwenang dalam hal meningkatkan kompetensi sasaran pelatihan yang mencakupi tiga wilayah, yaitu: Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur mengupayakan untuk tetap melaksanakan program pelatihan, walaupun di tengah pandemi menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Pelatihan khususnya di BDK Denpasar tentunya diawali dengan perencanaan yang matang. Tentu saja hal ini memerlukan waktu, pikiran, dan tenaga yang maksimal dalam menghendaki tercapainya pelatihan dalam wajah baru tersebut. Menurut data yang ada di BDK Denpasar semenjak adanya Covid-19 sampai bulan Juli 2020 telah melaksanakan 19 (sembilan belas) angkatan PJJ untuk Pelatihan Teknis dan 2 (dua) untuk Administrasi, diantaranya PJJ Teknis Substantif Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Model-Model Pembelajaran, Moderasi Beragama, Guru Matematika, Media Pembelajaran. Sedangkan untuk PJJ administrasi adalah Pelatihan Teknis Peningkatan Kinerja Staff.
Salah satu dari beberapa PJJ yang telah dilaksanakan di BDK Denpasar, peneliti membatasi pada PJJ Teknis Substantif Model-Model Pembelajaran sehingga nantinya diketahui pelaksanaannya apakah telah memenuhi standar yang telah ditentukan. PJJ Teknis Substantif Model-Model Pembelajaran sudah terlaksana 8 (delapan) angkatan diantaranya adalah dengan jumlah terbanyak. Proses pembelajaran yang efektif, efisien, dan inovatif menjadi tuntutan yang tidak dapat dihindari. Dalam hal ini, peran guru sebagai pendidiklah menjadi kunci utama proses ini. Guru yang professional dituntut untuk dapat menampilkan keahliannya di depan kelas, sehingga guru perlu mengenal berbagai jenis model pembelajaran dan memilih model yang tepat, menarik dan interaktif. Model pembelajaran adalah cara yang dipakai untuk mengaplikasikan strategi yang telah dibuat dalam bentuk aktivitas yang nyata untuk memperoleh target (kompetensi) pembelajaran. Pembatasan lainnya yang berkenan dengan penelitian ini pada conten yang meliputi komponen widyaiswara, peserta, bahan ajar/ materi.
Pelatihan jarak jauh adalah peserta didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi informasi dan komunikasi dan media lain (Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 15). Karakteristik pelatihan jarak jauh adalah: 1) adanya keterpisahan yang mendekati permanen antara tenaga pengajar dari peserta didik selama program pelatihan, 2) adanya keterpisahan yang mendekati permanen antara seorang peserta didik dengan peserta didik lain selama program pelatihan, 3) ada suatu institusi yang mengelola program pelatihannya, 4) pemanfaatan sarana komunikasi baik mekanis maupun elektronis untuk menyampaikan bahan belajar, 5) penyediaan sarana komunikasi dua arah sehingga peserta didik dapat mengambil inisiatif dialog dan mengambil manfaatnya (Keegan, 1984 dalam Warsita 2007: 13).
Bentuk pembelajaran pelatihan jarak jauh yang diselenggarakan Pusdiklat Tenaga Teknis Keagamaan dan Balai Diklat Kementerian Agama Republik Indonesia meliputi: pembelajaran berbasis modul tertulis pelajaran berbasis TIK. Secara operasional Pusdiklat Tenaga Teknis Keagamaan merumuskan pengertian pelatihan jarak jauh adalah pertemuan antara tutor dan peserta Pelatihan secara online internet.
Tujuan Penyelenggaraan PJJ adalah untuk mempercepat siklus pelatihan, mengurangi keterbatasan jarak dan waktu antara penyelenggara pelatihan tutor dan peserta pelatihan. Dengan pelatihan jarak jauh penyelenggara, tutor, peserta bisa saling berinteraksi kapanpun dan dimanapun. Dengan sistem ini peserta dapat mengikuti pelatihan tanpa harus meninggalkan tugas. Selain itu peserta dapat mengatur sendiri kecepatan belajarnya. Diharapkan dengan sistem ini, baik penyelenggara tutor dan peserta tidak ada lagi kendala dengan waktu belajar. Secara detail manfaat yang diperoleh oleh penyelenggara pelatihan jarak jauh adalah mengatasi masalah, keterbatasan waktu pertemuan antara tutor dan peserta tutor dapat mengupload keperluannya dan peserta juga dapat mendownload yang menjadi materi pembelajaran PJJ.
Menurut teori subsistem masukan terdiri dari peserta dengan segala macam potensinya. Peserta merupakan subjek belajar, subjek belajar dalam sistem pembelajaran merupakan komponen utama karena berperan sebagai subjek sebagai subyek sekaligus objek. Sebagai subjek karena peserta adalah individu yang melakukan proses belajar mengajar. Sebagai objek karena kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mencapai perubahan perilaku pada diri subjek belajar (Sugandi, 2006: 28).
Sebagai penyelenggara PJJ, BDK Denpasar memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: menjaring peserta memberitahukan ke masing-masing unit kerja calon peserta Pelatihan kelas baru, orientasi peserta, menyediakan bahan belajar cetak, mengembangkan bahan belajar penunjang, tempat kegiatan belajar, mengelola proses pembelajaran, memberikan bantuan belajar, melakukan penilaian hasil belajar, dan ujian akhir.
PJJ Teknis Substantif Model-Model Pembelajaran di BDK Denpasar dengan menggunakan aplikasi Modular Object-Oriented Dynamic Learning Environment (Moodle) yang berarti tempat belajar dinamis dengan menggunakan model berorientasi objek. Moodle itu sendiri merupakan platform e-learning atau bagian dari Learning Management System (LMS).
b. Faktor Penentu Keberhasilan Pelatihan Jarak Jauh
Pelaksanaan PJJ perlu memperhatikan faktor yang dapat mendorong dan mendukung keberhasilan dari pelaksanaan PJJ. Faktor keberhasilan PJJ terletak pada 3 (tiga) faktor utama, yaitu pengajar, pembelajar dan teknologi (Munir, 2009: 1-16). Pengajar harus memiliki kemampuan dan keterampilan dalam menggunakan media penunjang pembelajaran, selain itu pengajar pun harus memiliki kreativitas dan pengalaman dalam melakukan serta mengemas interaksi virtual dengan para pembelajar. Semenatara itu pada faktor pembelajar, yang akan berpengaruh terhadap pelaksanaan PJJ diantaranya kultur, latar belakang sosio ekonomi, interes, pengalaman dan tingkat pendidikan.
Selanjutnya menurut Hasibuan dalam Faraditha (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi pelatihan antara lain: a) Peserta; b) Pelatih/Instruktur; c) Fasilitas Pelatihan; d) Kurikulum dan e) Dana Pelatihan. Menurut Depkes (2004) dalam Sukiarko (2007), suatu keberhasilan pelatihan dapat dilihat dari:
a) Masukan (input) mencakup tiga kelompok yaitu: 1) perangkat keras adalah sarana dan prasarana, yang meliputi tempat belajar, alat bantu, laboratorium, dan perpustakaan yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran, 2) perangkat lunak adalah rancangan proses pembelajaran yang terdiri dari kurikulum, proses pembelajaran, jadwal kegiatan, bahan belajar/modul, 3) SDM pelatihan yang terdiri dari peserta pelatihan, pelatih, dan penyelenggaraan pelatihan.
b) Proses adalah proses pembelajaran yang berjalan selama pelatihan dilakukan, yaitu dari awal sampai berakhirnya kegiatan pelatihan.
c) Luaran yaitu pencapaian tingkat kompetensi sesuai dengan tujuan pelatihan.
d) Dampak adalah suatu perubahan yang terjadi akibat adanya intervensi melalui pelatihan.
e) Evaluasi adalah penilaian dari seluruh komponen dan sub komponen masukan, proses, luaran dan dampak dari suatu kegiatan pelatihan.
f) Lingkungan yaitu hal-hal yang mempengaruhi pelatihan.
c. Model-Model Pembelajaran
Model dalam perspektif pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Joyce & Weil (Rusman, 2018: 133) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Isrok’atun & Amelia Rosmala (2018: 27) menyimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan pola desain pembelajaran, yang menggambarkan secara sistematis langkah demi langkah pembelajaran untuk membantu siswa mengontruksi informasi, ide, dan membangun pola pokir untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran merupakan pedoman pengajaran berupa program atau petunjuk strategi berisi langkah-langkah kegiatan mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Model pembelajaran menjadi pedoman secara garis besar dalam merancang dan melaksanakan langkah-langkah pembelajaran dari awal hingga evaluasi pada akhir pembelajaran. Pedoman dalam model pembelajaran setidaknya memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran dan juga adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan.
Model pembelajaran di dalamnya memuat pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik pembelajaran. Hal ini berarti bahwa istilah model mempunyai makna lebih luas dari strategi, metode, teknik dan taktik pembelajaran. Saat menggunakan suatu model pembelajaran tertentu, guru harus mengetahui dan menentukan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan. Sebelum menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam memilihnya (Rusman, 2018: 133- 134) yaitu:
a) Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai. Terkait kompleksitas tujuan, kompetensi tujuan yang akan dicapai (akademik, kepribadian, sosial, keterampilan).
b) Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran. Terkait materi pelajaran apa berupa fakta, konsep, hukum atau teori; ada tidaknya prasarat untuk mempelajari materi pembelajaran; dan terkait bahan atau sumber-sumber yang relevan untuk mempelajari materi itu.
c) Pertimbangan dari sudut peserta didik atau siswa. Terkait apakah model pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan peserta didik; minat, bakat, dan kondisi peserta didik; apa sesuai dengan gaya belajar peserta didik.
d) Pertimbangan lainnya yang bersifat non teknis. Terkait apakah untuk mencapai tujuan pembelajaran hanya cukup dengan satu model saja; niai efektivitas dan efisiensi model yang digunakan.
Suatu model pembelajaran mempunyai prinsip yang terkandung di dalamnya. Prinsip tersebut bertujuan untuk mengetahui dan memahami suatu karakteristik model pembelajaran. Joyce & Weil (Jonatan, 2015: 2) mengemukakan beberapa prinsip dalam model pembelajaran, yakni sebagai berikut:
a) Sintaks (Syntax) daripada model, yaitu langkah-langkah, fase-fase, atau urutan kegiatan pembelajaran. Jadi sintaks adalah deskripsi model dalam action. Setiap model mempunyai sintaks atau struktur model yang berbeda-beda. Sintaks merupakan pedoman bagi guru dalam menyusun tahap demi tahap kegiatan awal sampai akhir (evaluasi) selama proses pembelajaran. Sintaks disusun secara terstruktur sehingga tidak bisa dirubah urutannya. Hal ini bertujuan untuk memudahkan siswa dalam
mengkonstruksi pengetahuannya secara bertahap.
b) Prinsip Reaksi (Principle of Reaction) yaitu reaksi pembelajar atas aktivitas-aktivitas pebelajar. Jadi prinsip reaksi itu akan membantu memilih reaksi-reaksi apa yang efektif dilakukan pebelajar. Salah satu contohnya yaitu guru berperan membimbing dan membantu siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran seperti eksperimen ataupun pengamatan. Pada saat kegiatan eksperimen atau pengamatan, kemampuan guru dalam membimbing dan membantu siswa sangat dibutuhkan.
c) Sistem-Sosial (Social System) yaitu suasana dan norma yang terdapat dalam suatu model pembelajaran. Hal ini terkait bagaimana pola interaksi pembelajaran dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Dalam kegiatan pembelajaran, setidaknya terdapat interaksi antar siswa dengan guru, siswa dengan siswa, siswa dengan kelompok, ataupun kelompok dengan kelompok.
d) Sistem Pendukung (Support System). Sistem pendukung ini sesungguhnya merupakan kondisi yang dibutuhkan oleh suatu model, yakni sarana dan prasarana yang mendukung kelancaran pembelajaran. Meliputi alat, media, maupun sumber belajar yang digunakan dalam kegiatan belajar.
e) Dampak instuksional (Instructional effects). Dalam hal ini beberapa model didesain untuk tujuan-tujuan yang amat spesifik dan beberapa lainnya dapat dipergunakan secara umum. Penggunaan model manapun harus dapat memberi efek belajar bagi pebelajar. Efek belajar ini dapat berupa direct atau instructional effects atau berupa indirect. Instructional effects adalah pencapaian tujuan sebagai akibat kegiatan-kegiatan instruksional. Biasanya beberapa pengetahuan dan keterampilan.
f) Dampak Pengiring (nurturant effect). Nurturant effect adalah efek-efek pengiring yang ditimbulkan model, sebagai akibat dari terciptanya suasana belajar yang dialami oleh siswa dan guru. Dampak pengiring merupakan dampak di luar tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Pada kurikulum 2013 terdapat tiga model pembelajaran yang menjadi andalan yang bisa mendukung aktivitas belajar mengajar. Ini didasari pada Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 yang memiliki visi agar siswa bisa berkembang dan mempunyai karakter saintifik, rasa ingin tahu dan perilaku sosial. Tiga model yang menjadi andalan pada kurikulum 2013 (K13) adalah, Model Pembelajaran Berbasis Projek (Project Based Learning), Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning), Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning). Untuk mendukung pembelajaran kurikulum 2013, model pembelajaran yanglain juga bisa dipertimbangkan untuk digunakan antara lain model pembelajaran NHT (Number Head Together), TPS (Think Pair Share), TSTS (Two Stay and Two Stray), Jigsaw, Picture and Picture dan GI (Group Investigation). Model pembelajaran yang direkomendasikan harus membuat siswa menjadi aktif dan hindari model pembelajaran yang memiliki basis hafalan dan ceramah karena cenderung menggiring siswa untuk pasif.
d. Teknis Substantif Model-Model Pembelajaran
Desain Program Pelatihan Teknis Substantif Model-Model Pembelajaran berdasarkan pendaftaran melalui melalui aplikasi, uraian tugas guru, analisis kebutuhan, tingkat kompetensi, dan tujuan pelatihan teknis dengan mengakomodasi kebutuhan unit kerja/satuan kerja di lingkungan Kementerian Agama.
- Tujuan pelatihan ini adalah meningkatkan pengetahuan keahlian keterampilan, dan sikap mental peserta pelatihan, untuk dapat melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan standar kompetensi masing-masing dan melaksanakan bimbingan dan pembinaan kesejawatan dalam wadah kelompok kerja di tempat tugas masing-masing.
- Peserta pelatihan ini adalah 40 orang Guru di lingkungan Kementerian Agama Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
- Fasilitator/ Widyaiswara adalah pejabat struktural dan Widyaiswara BDK Denpasar serta tenaga ahli yang memiliki kemampuan dan keahlian dalam mengampu program pelatihan. Sedangkan untuk pengampu materi inti adalah satu orang widyaiswara.
- Struktur Kurikulum pelatihan adalah 60 JP.
- Kepanitian pada Pelatihan Jarak Jauh Teknis Substantif Model-Model Pembelajaran dengan tugas panitia sebagai berikut: Penanggung Jawab, Ketua, Akademis, Anggota bidang Keuangan, Anggota Bidang Sarana Prasarana
Pendidikan jarak jauh adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi informasi dan komunikasi dan media lain (UU nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 15). Karakteristik pendidikan jarak jauh adalah (1) adanya keterpisahan yang mendekati permanen antara tenaga pengajar dari peserta didik selama program pendidikan, (2) adanya keterpisahan yang mendekati permanen antara seorang peserta didik dengan peserta didik lain selama program pendidikan, (3) ada suatu institusi yang mengelola program pendidikannya, (4) pemanfaatan sarana komunikasi baik mekanis maupun elektronis untuk menyampaikan bahan belajar, (5) penyediaan sarana komunikasi dua arah sehingga peserta didik dapat mengambil inisiatif dialog dan mengambil manfaatnya (Keegan, 1984 dalam Warsita 2007: 13).
Dalam program PJJ, interaksi antara peserta dengan widyaiswara ditandai dengan keterpisahan jarak secara fisik. Pelatihan dilaksanakan dengan mediasi video pembelajaran, bahan ajar, Lembar Kerja. Untuk itu, agar penyelenggaraan program ini berjalan dengan baik, dengan memanfaatkan jadwal sebaik mungkin. Pada saat kapan akan melaksanakan zoom metting, forum diskusi, belajar mandiri dan penyerahan tugas-tugas ke aplikasi e-learning. Semuanya itu harus menggunakan internet dengan signal yang baik tentunya.
Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa program PJJ Model-Model Pembelajaran di BDK Denpasar mempunyai karakteristik yang sesuai dengan teori di atas. Hal ini dapat dilihat dari (1) terpisahnya peserta dan widyaiswara selama proses pembelajaran online berlangsung, (2) pada waktu pelaksanaan PJJ Model-Model Pembelajaran berlangsung peserta berada di tempat yanng berbeda, dalam hal ini peserta berada di daerah masing-masing, (3) penyampaian bahan belajarnya juga dilakukan melalui aplikasi e-learning BDK Denpasar, 5) memanfaatkan sarana komunikasi dua arah yang menghubungkan peserta dan widyaiswara dalam hal ini yang digunakan adalah internet dan aplikasi e-learning.
1. Perencanaan PJJ Teknis Substantif Model-Model Pembelajaran
Hamzah (2006: 2), menyatakan pembelajaran memiliki hakekat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Upaya perbaikan pembelajaran dilakukan dengan asumsi, untuk perbaikan kualitas pembelajaran diawali dengan perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran.
Menurut teori sub sistem masukan terdiri dari peserta dengan segala macam potensinya. Peserta merupakan subjek belajar, subjek belajar dalam sistem pembelajaran merupakan komponen utama karena berperan sebagai subjek sebagai subyek sekaligus objek. Sebagai subjek karena peserta adalah individu yang melakukan proses belajar mengajar. Sebagai objek karena kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mencapai perubahan perilaku pada diri subjek belajar (Sugandi, 2006: 28).
Dari hasil penelitian di lapangan dapat disimpulkan bahwa motivasi peserta mengikuti program ini untuk menambah wawasan tentang model pembelajaran dan agar mampu
mendesain serta menerapkan model pembelajaran di kelas untuk terciptanya pembelajaran yang menyenangkan. Pada awal memasuki PJJ ada beberapa peserta yang belum bisa mengoperasikan aplikasi e-learning, tetapi karena motivasi dan arahan, lama-lama jadi terbiasa dan dapat mengoperasikannya.
Beberapa hambatan dalam pelaksanaan PJJ Model-model Pembelajaran adalah: dilihat dari sisi peserta yang mengikuti program PJJ, peserta yang secara geografis terpencar-pencar mengakibatkan signal berbeda-beda sehingga ini menjadi hambatan yang utama. Hambatan lainnya dapat saja berupa keterbatasan finansial Selain motivasi disiplin belajar peserta didik yang menurun atau mengendor, (Siahaan, 2005:40-41).
Berdasarkan teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa peserta PJJ Model-Model Pembelajaran di BDK Denpasar mempunyai motivasi yang cukup tinggi, sehingga tidak menghambat proses pembelajaran. Hambatan atau kendala justru datang dari kemampuan peserta dalam mengoperasikan e-learning pada awal saja dan kendala signal dalam berinteraksi dengan widyaiswara. Pada awal memasuki PJJ sebagian besar peserta belum mengenal aplikasi e-learning, tetapi hal ini dapat diatasi dengan adanya pelatihan dan motivasi yang tinggi yang diperoleh peserta.
Berdasarkan pendapat-pendapat beberapa teori, perencanaan sebenarnya mengandung aspek-aspek seperti: peserta sebagai individu yang memiliki tingkat kesiapan yang memadai, langkah pengambilan keputusan, sasaran tujuan tertentu yang akan dicapai, cara atau tindakan yang diambil, penilaian hasil belajar, serta apa saja yang diperlukan dalam upaya pencapaian tujuan. Perencanaan pengajaran dibuat untuk antisipasi dan perkiraan tentang apa yang akan dilakukan dalam pengajaran, sehingga tercipta suatu situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar yang inovatif dalam upaya pencapaian tujuan belajar
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran pada PJJ Model-Model Pembelajaran telah dilaksanakan dengan baik dan tidak menemui kendala.
2. Pelaksanaan PJJ Teknis Substantif Model-Model Pembelajaran
Proses pembelajaran PJJ Model-Model Pembelajaran yaitu 1) mendownload materimateri, 2) menyimak video pembelajaran, 3) Zoom Cloud Meeting, 4). Mengerjakan Tugas, 5) Mengerjakan ujian setiap akhir materi, 6). praktik yaitu membuat viceo pembelarana tentang model-model pembelajaran
Pembelajaran diselenggarakan sesuai dengan apa yang tertuang dalam perencanaan pembelajaran. Situasi pengajaran itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal atau dari peserta sendiri dan faktor eksternal atau dari lingkungan pembelajaran.
Hamalik (2001: 99) menjelaskan, murid adalah unsur penentu dalam proses pembelajaran. Muridlah yang membutuhkan pengajaran, bukan guru, guru hanya berusaha memenuhi kebutuhan yang ada pada murid. Muridlah yang belajar, karena itu maka muridlah yang membutuhkan bimbingan. Sehingga muridlah komponen terpenting dalam hubungan proses belajar mengajar. Dalam penelitian ini yang merupakan murid adalah peserta. Peserta merupakan penentu suksesnya pelaksanaan PJJ Model-Model Pembelajaran ini.
Proses pembelajaran jarak jauh yang memanfaatkan internet sebagai medianya dan aplikasi e-learning, secara tidak langsung menuntut peserta didiknya untuk dapat mengoperasikan internet dan mengetahui tool-tool yang ada di dalamnya. Berdasarkan hasil penelitian, kemampuan peserta dalam bidang ICT cukup memadai namun karena berbeda-beda daerah maka signal tidak stabil selama pelaksanaan PJJ ini, hal ini dapat menghambat jalannya proses pembelajaran. Namun pihak admin dan widyaiswara sudah mengatasi hal ini dengan solusi mendampingi peserta dan mengerjakan tugas melalui offline.
Faktor kedua dalam Pelaksanaan PJJ ini adalah widyaiswara. Widyaiswara sebagai pembuat inisiatif awal dan pengarah serta pembimbing, sedang peserta sebagai yang mengalami dan terlibat aktif untuk memperoleh perubahan diri dalam pengajaran. Widyaiswara harus mempunyai kompetensi profesional (penguasaan mata pelatihan), kepribadian dan sosial.
Faktor ketiga adalah panitia PJJ Model-Model Pemebalajaran. Panitialah yang memfasilitasi, memberikan pengumuman-pengumuman sehingga jalannya PJJ ini bisa menjadi lebih baik. Ketiga unsur ini tidak bisa dipisahkan tetapi merupakan satu kesatuan dan saling melengkapi.
Kurikulum dan pengajaran merupakan dua hal yang berbeda namun erat kaitannya antara satu dengan yang lainnya. Kurikulum pada dasarnya merupakan suatu perencanaan menyeluruh yang mencakup kegiatan dan pengalaman yang perlu disediakan yang memberikan kesempatan secara luas bagi siswa untuk belajar. Semua proses mengajar atau pengajaran, atau pelajaran senantiasa berpedoman pada kurikulum tertentu sesuai dengan tuntutan lembaga pendidikan/sekolah dan kebutuhan masyarakat serta faktor-faktor lainnya, (Hamalik, 2001: 1).
Kurikulum yang dipakai pada program ini adalah kurikulum yang telah disediakan oleh Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan RI. Dalam PJJ Teknis Substantif ModelModel Pembelajaran terdiri dari 60 jampel. Sedangkan untuk materinya berasal dari pemerintah pusat dan dikembangkan oleh widyaiswara pengampu materi. Model yang dipakai dalam PJJ Model-Model Pembelajaran online, sedangkan metode yang digunakan yaitu metode umpan balik dan belajar mandiri dan didalamnya juga adanya forum diskusi. Dalam pelaksanaannya penerapan kurikulum dalam proses pembelajaran jarak jauh tidak menemui masalah.
Sarana dan prasarana yang bisa diperoleh pada PJJ ini adalah layanan online di ICT masing-masing dan biaya online untuk menagakses internet.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan PJJ Teknis Substantif Model-Model Pembelajaran menemui beberapa kendala diantaranya:
a) Signal setiap daerah berbeda-beda. Tidak bisa untuk selalu online, terkadang putus di tengah jalan, solusinya adalah berupaya mencari signal yang baik sehingga tetap bisa berinteraksi secara online.
b) Kemampuan peserta dalam bidang ICT tidak semuanya sama dan kecenderungan ada beberapa yang masih lemah, solusi untuk mengatasinya adalah mendampingi peserta dan terus memberikan motivasi.
c) Sebaiknya peserta dalam mengikuti PJJ Teknis Substantif Model-model Pembelajaran diberikan surat tugas penuh untuk mengikuti PJJ tanpa melaksanakan tugas tupoksi lainnya.
3. Evaluasi PJJ Teknis Substantif Model Model Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran merupakan bagian integral dari proses pembelajaran, artinya dalam pembelajaran akan melibatkan tiga aktivitas yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pengukuran dalam bahasa inggris diartikan measurement, dapat diartikan sebagai kegiatan untuk “mengukur” sesuatu. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar ukuran tertentu. Penilaian berarti, menilai sesuatu, sedangkan menilai itu mengandung arti: mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau berpegang pada ukuran tertentu. Sedang evaluasi adalah mencakup dua kegiatan yang telah dikemukakan terdahulu, yaitu mencakup pengukuran dan penilaian.
Evaluasi hasil belajar peserta dilakukan melalui berbagai jenis penilaian, penilaian tersebut meliputi:
a) Nilai Sikap, yaitu sikap selama melaksanaa PJJ;
b) Tugas-tugas. Tugas-tugas merupakan tugas yang diberikan widyaiswara untuk menilai penguasaan peserta atas materi secara utuh nilai keterampilan;
c) Ujian atau kuiz, harus diikuti oleh setiap peserta. Setiap akhir materi diberikan ujian untuk penilaian pengetahuan yang memang sudah diberikan waktu khusus dalam pengerjaannya. Bentuk ujian dapat berupa tes objektif.
d) Praktik penerapan model-model pembelajaran di kelas. Dalam hal ini peserta diwajibkan membuat video pembelajaran yang diupload di youtube untuk nilai keterampilan
Berdasarkan data hasil wawancara dan observasi di atas mengenai evaluasi pembelajaran pada PJJ Model-model Pembelajaran, peneliti menyimpulkan bahwa ada 4 macam bentuk tes atau evaluasi yang harus ditempuh peserta yaitu penialain sikap yang didapat dalam keseharian selama PJJ berlangsung, Ujian atau Kuiz yang dilaksanakan setiap akhir materi, Tugas-tugas LK dan praktik membuat video pembelajaran dalam hal ini Penerapan Model-Model Pembelajaran.
Evaluasi terhadap peserta diklat meliputi tiga komponen yaitu: Hasil Penilaian Pengetahuan-Ketrampilan Penilaian Sikap, dan penilaian produk dalam penyiapan konsep rencana tindak lanjut dengan penjelasan sebagai berikut: a. Penilaian Widyaiswara terhadap pengetahuan dan keterampilan pada tiap Mata pelatihan; b. Penilaian Sikap terdiri atas perilaku, disiplin, kehadiran, prakarsa, kerjasama, partisipasi, dan tanggung jawab yang diobservasi selama pelaksanaan pelatihan; c. Penilaian Produk penyiapan RTL pada aspek: dokumen, waktu, format, isi dan kreatifitas.
Dalam melakukan evaluasi hasil belajar dituntut untuk mengevaluasi secara menyeluruh terhadap peserta, baik dari segi pemahamannya terhadap mata pelatihan (aspek kognitif), maupun dari segi penghayatan (aspek afektif) dan pengalamannya (aspek psikomotor). Dari teori tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi yang dilaksanakan pada program PJJ ModelModel Pembelajaran di BDK Denpasar telah dilaksanakan dengan baik dan tidak menemui kendala. Peserta dievaluasi dari tiga aspek, yakni aspek kognitif, psikomotorik dan afektif. Dengan demikian kemampuan peserta dapat diketahui secara menyeluruh dan maksimal.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian dan pembahasan dalam penelitian pada Pelaksanaan PJJ ModelModel Pembelajaran di BDK Denpasar, dapat disimpulkan berikut ini. Penyelenggaraan PJJ Teknis Substantif Model-Model Pembelajaran di BDK Denpasar terdiri tiga hal diantaranya perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Dalam perencanaan hal-hal yang dilakukan adalah merumuskan tujuan yang baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang diharapkan dapat tercapai setelah PJJ berakhir. Selain itu perencanaan sudah dilakukan dengan sebaik-baiknya ditandai dengan mengadakan bimtek tentang PJJ dan adanya rapat persiapan untuk menyamakan persepsi tentang laman dan cara mengisi konten. Untuk pelaksanaan PJJ sudah berjalan dengan baik sesuai dengan perencanaan, tetapi adanya kendala signal atau internet yang ngadat tidak mengurangi antusias dan motivasi peserta dalam mengikuti PJJ. Sedangkan evaluasi dalam PJJ ini adalah terdiri dari dapat berupa pemberian tugas, forum diskusi, ujian. Sehingga ketiga aspek baik itu penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan bisa terpenuhi.
Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh dari penelitian ini, maka penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut:
a) Karena kesiapan widyaiswara dan peserta dalam memahami PJJ berbasis internet ini harus dimiliki agar dalam pelaksanaannya berjalan dengan kondusif walaupun secara geografis memisahkan mereka dalam proses belajar mengajar, maka dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh melalui internet perlu dipertimbangkan mengenai sumber daya manusia dan jaringan internet.
b) Penelitian ini masih merupakan langkah awal khususnya dalam pengembangan pembelajaran. Alternatif pembelajaran yang ditawarkan masih bersifat konseptual. Untuk itu hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan pada penelitian tindakan atau ekperimen yang sejenis.
Analisis Pelaksanaan Pelatihan Jarak Jauh Teknis Substantif Model-Model Pembelajaran Di Balai Diklat Keagamaan Denpasar
Oleh: I Wayan Arya Adnyana
Balai Diklat Keagamaan Denpasar,
0 Response to "Analisis Pelaksanaan Pelatihan Jarak Jauh Teknis Substantif Model-Model Pembelajaran Di Balai Diklat Keagamaan Denpasar"
Post a Comment