Daftar Pura di Pulau Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan dan Lombok
Wednesday, January 8, 2020
Add Comment
MUTIARAHINDU.COM -- Di antara pulau yang ada di Wilayah Republik Indonesia, Pulau Bali disebut Pulau Dewata. Mengapa demikian? Karena di Pulau Bali terdapat beribu pura dengan berbagai macam bentuk dan berbagai macam fungsi sebagai tempat pemujaan terhadap Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa. Pulau Bali merupakan daerah tujuan wisata domestik dan dunia. Bali menjadi terkenal di seluruh dunia adalah karena seni budayanya yang agung, penduduknya yang ramah, serta keamanan lingkungannya. Hal tersebut menjadikan para pengunjung betah tinggal di Bali. Kesemua itu dijiwai oleh Agama Hindu, (Duwijo dan Darta, 2014:81).
Pura Giri Selaka Alas Purwo |
Mengenal Beberapa Pura yang ada di Pulau Jawa
1. Pura Semeru Jawa Timur
Pura Mandhara Giri Semeru Agung terletak di kaki gunung Semeru tepatnya di Jl. Serma Dohir, Sumberagung, Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur 67361. Pura ini dibangun di atas tanah 50x125 meter. Pada tanggal 11 Mei 1992, Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat menetapkan nama sebagai Pura Pura Mandara Giri Semeru Agung dengan status Pura Kahyangan Jagat, tempat memuja Hyang Widhi Wasa. Penetapan ini tertuang dalam Surat Keputusan Nomor: 07/Kep/V/PHDI/1992, (Duwijo dan Darta, 2014:82).
Pura Mandhara Giri Semeru Agung terletak di kaki gunung Semeru tepatnya di Jl. Serma Dohir, Sumberagung, Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur 67361. Pura ini dibangun di atas tanah 50x125 meter. Pada tanggal 11 Mei 1992, Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat menetapkan nama sebagai Pura Pura Mandara Giri Semeru Agung dengan status Pura Kahyangan Jagat, tempat memuja Hyang Widhi Wasa. Penetapan ini tertuang dalam Surat Keputusan Nomor: 07/Kep/V/PHDI/1992, (Duwijo dan Darta, 2014:82).
2. Pura Blambangan di Jawa Timur
Pura Agung Blambangan terletak di Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi - Provinsi Jawa Timur 68472. Pura ini merupakan petilasan Kerajaan Blambangan, kerajaan Hindu terakhir di Pulau Jawa. Hal ini berkaitan erat dengan leluhur suku Osing [orang Banyuwangi asli] yang jumlahnya cukup banyak menjadi penganut Hindu. Pada jaman dahulu, Muncar merupakan Ibukota kerajaan Blambangan. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya situs dan petilasan kerajaan Blambangan ditemukan di Kecamatan Muncar. Pemilihan desa Tembokrejo sebagai lokasi pura, karena disinilah dahulu merupakan lokasi istana kerajaan Blambangan. Hal ini bisa dibuktikan dengan adanya situs Umpak Songo [balai pertemuan raja] dan Umpak Lima [tempat raja bermeditasi] dekat pura. Bukti lainnya adalah Tembok Rejo, berupa tembok bekas benteng kerajaan Blambangan sepanjang lebih kurang 5 km terpendam pada kedalaman 1-0,5 meter dari permukaan tanah dan membentang dari pasar muncar hingga di areal persawahan Desa Tembokrejo. Serta Gumuk Sepur, bukit yang memanjang. Konon dahulu ini adalah benteng raksasa kerajaan Blambangan.
Pura Agung Blambangan terletak di Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi - Provinsi Jawa Timur 68472. Pura ini merupakan petilasan Kerajaan Blambangan, kerajaan Hindu terakhir di Pulau Jawa. Hal ini berkaitan erat dengan leluhur suku Osing [orang Banyuwangi asli] yang jumlahnya cukup banyak menjadi penganut Hindu. Pada jaman dahulu, Muncar merupakan Ibukota kerajaan Blambangan. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya situs dan petilasan kerajaan Blambangan ditemukan di Kecamatan Muncar. Pemilihan desa Tembokrejo sebagai lokasi pura, karena disinilah dahulu merupakan lokasi istana kerajaan Blambangan. Hal ini bisa dibuktikan dengan adanya situs Umpak Songo [balai pertemuan raja] dan Umpak Lima [tempat raja bermeditasi] dekat pura. Bukti lainnya adalah Tembok Rejo, berupa tembok bekas benteng kerajaan Blambangan sepanjang lebih kurang 5 km terpendam pada kedalaman 1-0,5 meter dari permukaan tanah dan membentang dari pasar muncar hingga di areal persawahan Desa Tembokrejo. Serta Gumuk Sepur, bukit yang memanjang. Konon dahulu ini adalah benteng raksasa kerajaan Blambangan.
3. Pura Luhur Poten Gunung Bromo di Jawa Timur
Pura Luhur Poten Gunung Bromo terletak di Cemorolawang, Ngadisari, Sukapura, Probolinggo, Jawa Timur 67254. Pura ini adalah tempat persembahyangan umat Hindu Tengger. Pura ini sangat unik karena letaknya di lautan pasir. Bangunan permanen yang dibangun di atas lautan pasir hanya pura ini dan tidak ada lagi bangunan di sekitarnya. Pendiriannya ditujukan untuk tempat masyarakat Hindu Tengger menyembah dewa Brahma. Pura ini resmi didirikan pada Tahun 2000 oleh masyarakat Hindu tengger di atas ketinggian 2200 meter di atas permukaan laut, (Duwijo dan Darta, 2014:83).
4. Pura Amerta Jati Bale Kambang di Jawa Timur
Pura Kahyangan Jagad Amerta Jati terletak di Pantai Balekambang Kabupaten Malang, Jawa Timur. Pura ini dibangun pada tahun 1985 dan pada setiap tahunnya dilaksanakan upacara adat jalanidhipuja dan suroan. Upacara jalanidhipuja atau melasti merupakan rangkaian upacara Nyepi, sedangkan upacara Larung Sesaji Suroan adalah upacara untuk memperingatai Tahun Baru Saka. Jalanidhipuja ini merupakan prosesi ritual untuk menyambut Tahun Baru Saka yang dilakukan para umat Hindu Dharma (saat matahari bergeser ke utara meninggalkan khatulistiwa). Sedangkan upacara Larung Sesaji Suran merupakan acara selamatan penduduk Desa Srigonco, Kecamatan Bantur, yang dilaksanakan sejak 1910 (setiap 1 Sura sesuai kalender Jawa).
5. Pura Alas Purwa (Pura Giri Selaka)
Pura Giri Selaka atau yang disebut sebagai Pura Alas Purwo berada di tengah hutan Alas Purwo, sekitar tiga kilometer dari kawasan wisata Pantai Plengkung, ujung selatan Alas Purwo, yang juga ujung tenggara Pulau Jawa. Menurut masyarakat setempat, Pura Giri Selaka ditemukan pada tahun 1967, kala itu masyarakat Kecamatan Tegaldlimo melakukan perabasan terhadap sejumlah kawasan hutan Alas Purwo untuk bercocok tanam palawijanya. Di tempat berdirinya Pura Alas Purwo inilah, masyarakat menemukan sebuah gundukan tanah. Karena ketikdatahuan, warga lalu mengambil bata-bata tersebut. Beberapa waktu kemudian muncul musibah yang mengakibatakan warga yang mengambil bata itu, jatuh sakit. Pada saat itulah, ada sabda agar bongkahan batu bata tersebut dikembalikan ke tempatnya semula, karena bongkahan-bongkahan itu adalah tempat petapaan maharesi suci Hindu zaman dulu.
Meski belum ada catatan resmi dalam prasasti, masyarakat mempercayai yang malinggih (bertahta) di situs Pura Alas Purwo adalah Empu Bharadah, sosok yang menurut legenda mampu membelah Sungai Brantas dengan kesaktiannya. Selanjutnya, pasca-penemuan, masyarakat setempat lalu menjadi sangat yakin dengan kekuatan dan kesucian situs Alas Purwo tersebut. Umat Hindu akhirnya membuatkan sebuah pura, sekitar 65 meter dari situs Alas Purwo saat ini. Ini dilakukan pada 1996, ketika agama Hindu sudah berkembang kembali di tanah air, dan warga setempat yang sebagian besar petani sudah banyak yang beralih menganut agama leluhur mereka, Hindu. Umat Hindu yang ingin menuju ke Pura Alas Purwo akan melewati kawasan hutan Taman Nasional Alas Purwo. Dari pintu depan kawasan hutan Taman Nasional, diperlukan waktu satu jam menuju Pura Giri Selaka, melewati hutan jati yang rimbun, yang terkadang bercabang jalannya tanpa adanya petunjuk arah, (Duwijo dan Darta, 2014:84).
Meski belum ada catatan resmi dalam prasasti, masyarakat mempercayai yang malinggih (bertahta) di situs Pura Alas Purwo adalah Empu Bharadah, sosok yang menurut legenda mampu membelah Sungai Brantas dengan kesaktiannya. Selanjutnya, pasca-penemuan, masyarakat setempat lalu menjadi sangat yakin dengan kekuatan dan kesucian situs Alas Purwo tersebut. Umat Hindu akhirnya membuatkan sebuah pura, sekitar 65 meter dari situs Alas Purwo saat ini. Ini dilakukan pada 1996, ketika agama Hindu sudah berkembang kembali di tanah air, dan warga setempat yang sebagian besar petani sudah banyak yang beralih menganut agama leluhur mereka, Hindu. Umat Hindu yang ingin menuju ke Pura Alas Purwo akan melewati kawasan hutan Taman Nasional Alas Purwo. Dari pintu depan kawasan hutan Taman Nasional, diperlukan waktu satu jam menuju Pura Giri Selaka, melewati hutan jati yang rimbun, yang terkadang bercabang jalannya tanpa adanya petunjuk arah, (Duwijo dan Darta, 2014:84).
6. Pura Tirta Amerta Loka
Pura Tirta Amerta Loka terletak di Desa Melancu, Kec.Kandangan, Kabupaten Kediri Provinsi Jawa Timur. Pura ini dibangun tahun 2001 dengan bangunan utama Padmasana Candi tinggi 9 m.
Pura Tirta Amerta Loka terletak di Desa Melancu, Kec.Kandangan, Kabupaten Kediri Provinsi Jawa Timur. Pura ini dibangun tahun 2001 dengan bangunan utama Padmasana Candi tinggi 9 m.
7. Pura Purwana Sidhi.
Desa Pondok Asem, Kec. Tegal Dlimo, Kab. Banyuwangi. Pura ini dibangun tahun 2000 Terletak di tepi hutan Purwa Desa Pondok Asem
Desa Pondok Asem, Kec. Tegal Dlimo, Kab. Banyuwangi. Pura ini dibangun tahun 2000 Terletak di tepi hutan Purwa Desa Pondok Asem
7. Pura Penataran Giri Purwa,
Desa Kutorejo, Kec.Tegaldlimo Kab. Banyuwangi Jawa Timur Pura ini sudah dilengkapi denganTembok panyengker, Bale Pawedan, Bale Gong, Dapur suci, Kori Agung dan Candi bentar, (Duwijo dan Darta, 2014:85).
Desa Kutorejo, Kec.Tegaldlimo Kab. Banyuwangi Jawa Timur Pura ini sudah dilengkapi denganTembok panyengker, Bale Pawedan, Bale Gong, Dapur suci, Kori Agung dan Candi bentar, (Duwijo dan Darta, 2014:85).
8. Pura Agung Jagadkartta di Jawa Barat
Pura ini berada di Tamansari, Kec. Tamansari, Bogor, Jawa Barat 16610. Pura Parahyangan Agung Jagatkarta ("alam dewata suci sempurna") atau sering disebut hanya Pura Jagatkarta adalah pura agama Hindu Nusantara yang terletak di Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Setelah dibangun, Pura Jagatkarta adalah pura terbesar di Jawa Barat dan terbesar ke-2 di Indonesia setelah Pura Besakih di Bali, dianggap sebagai tempat persemayaman dan pemujaan terhadap Prabu Siliwangi dan para hyang (leluhur) dari Pakuan Pajajaran yang pernah berdiri di wilayah Parahyangan.
Pura Jagatkarta terletak di kaki Gunung Salak, di Ciapus, Kecamatan Tamansari di Kabupaten Bogor. Pura Jagatkarta dibangun di lokasi unik di Gunung Salak karena konon Pakuan Pajajaran Sunda pernah berdiri di lokasi tersebut. Pakuan Pajajaran adalah wilayah ibu kota Kerajaan Sunda Galuh, Kerajaan Hindu terakhir di Nusantara (bersama Majapahit) yang mengalami masa keemasannya di bawah pemerintahan Prabu Siliwangi, sebelum ditaklukkan oleh Muslim Jawa pada abad ke-16.
Pura ini berada di Tamansari, Kec. Tamansari, Bogor, Jawa Barat 16610. Pura Parahyangan Agung Jagatkarta ("alam dewata suci sempurna") atau sering disebut hanya Pura Jagatkarta adalah pura agama Hindu Nusantara yang terletak di Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Setelah dibangun, Pura Jagatkarta adalah pura terbesar di Jawa Barat dan terbesar ke-2 di Indonesia setelah Pura Besakih di Bali, dianggap sebagai tempat persemayaman dan pemujaan terhadap Prabu Siliwangi dan para hyang (leluhur) dari Pakuan Pajajaran yang pernah berdiri di wilayah Parahyangan.
Pura Jagatkarta terletak di kaki Gunung Salak, di Ciapus, Kecamatan Tamansari di Kabupaten Bogor. Pura Jagatkarta dibangun di lokasi unik di Gunung Salak karena konon Pakuan Pajajaran Sunda pernah berdiri di lokasi tersebut. Pakuan Pajajaran adalah wilayah ibu kota Kerajaan Sunda Galuh, Kerajaan Hindu terakhir di Nusantara (bersama Majapahit) yang mengalami masa keemasannya di bawah pemerintahan Prabu Siliwangi, sebelum ditaklukkan oleh Muslim Jawa pada abad ke-16.
Mengenal Pura yang ada di Pulau Lombok
1. Pura Lingsar di Lombok Barat
1. Pura Lingsar di Lombok Barat
2. Pura Batu Bolong di Lombok Barat
3. Pura Cakra di Lombok Barat
Gambar Pura di Pulau Kalimantan
1. Pura Tenggarong di Kalimantan Timur
Pura di Kalimantan Barat
1. Pura Payogan Agung Pontianak
Pura yang ada di Pulau Sumatra
1. Pura Khayangan Jagat Kerti Bhuana Lampung
2. Pura Jagat Natha di Padang
Pura yang ada di Pulau Bali
Mari kita perhatikan gambar pura yang ada di Pulau Bali sebagai Pulau Seribu Pura sehingga disebut Pulau Dewata dan Pulau Sorga.
Mari kita perhatikan gambar pura yang ada di Pulau Bali sebagai Pulau Seribu Pura sehingga disebut Pulau Dewata dan Pulau Sorga.
1. Pura Ulun Danu Bratan
2. Pura Tanah Lot
3. Pura Besakih di Kabupaten Karangasem
4. Pura Lempuyang
Kalau kita ingin melihat dan mengenal tempat-tempat suci agama Hindu dapat kita lakukan melalui perjalanan suci yang disebut dengan Tirta yatra. Kapankah hal ini dapat kita lakukan? Yaitu pada saat, kegiatan tengah semester, akhir semester, akhir tahun pelajaran setelah siswa kelas VI melaksanakan ujian sekolah atau ujian nasional tergantung dengan program sekolah masing-masing. Di samping itu perjalanan suci ini dapat juga dilakukan pada saat ada upacara besar di pura yang kita tuju, mengapa demikian, sebab sebagai umat Hindu kita merasa peduli dan ikut memiliki kewajiban untuk mendukung Upacara Yajña yang diselenggarakan itu, misalnya Upacara Panca Wali Krama di Pura Besakih yang dilaksanakan sepuluh tahun sekali, Upacara Eka Dasa Rudra yang dilaksanakan seratus tahun sekali di Besakih.
Di samping rasa bhakti kita juga ingin tahu berbagai macam bentuk sarana upakara yang dapat kita lihat. Pelaksanaan Yajña di Bali di samping merupakan kewajiban bagi umat Hindu khususnya juga sangat berdampak terhadap kehidupan masyarakat, karena Bali merupakan daerah tujuan wisata. Banyak wisatawan yang tertarik datang ke Bali untuk melihat upacara itu sehingga masyarakat yang bergelut di bidang pariwisata dapat ikut merasakan dampak dari upacara tersebut.
Untuk menjaga kebersihan dan kelestarian pura sebagai tempat suci, semua umat Hindu diharapkan agar memiliki rasa peduli dan rasa ikut memiliki, saat melaksanakan persembahyangan. Seperti halnya sarana kuwangen/bunga, dupa, plastik/daun pembungkus sarana persembahyangan setelah digunakan perlu kita kumpulkan dan ditaruh di tong sampah yang telah disediakan. Dengan demikian setelah sembahyang tempat kembali bersih. Apabila semua umat mau melakukan hal itu dengan rasa sadar, maka tempat itu akan selalu bersih untuk sembahyang dan seterusnya. Hal itu juga merupakan bagian dari Yajña pula, (Duwijo dan Darta, 2014:91).
Referensi
Duwijo dan Darta, I Ketut. 2014. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas V. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan. Balitbang Kemdikbud
0 Response to "Daftar Pura di Pulau Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan dan Lombok"
Post a Comment