Pengertian dan Bagian-Bagian Catur Guru
Thursday, December 19, 2019
2 Comments
MUTIARAHINDU.COM -- Catur Guru terdiri dari dua kata yaitu kata catur dan kata guru. Kata catur artinya empat dan guru artinya berat. Jadi, Catur Guru berarti empat guru yang bertanggung jawab kepada kita. Guru yang dimaksud adalah Guru yang melahirkan kita, Guru yang mendidik, mengajar, dan melatih kita, Guru yang mengawasi kita di masyarakat, Guru yang memberikan kita hidup/jiwa.
Bagian-Bagian Catur Guru
Adapun bagian dari catur guru adalah sebagai berikut :
Penjelasan Catur Guru
1. Guru Rupaka
Guru Rupaka adalah orang tua yang melahirkan kita ke dunia ini. Guru Rupaka merupakan guru yang pertama dan paling utama. Mengapa demikian? Beliaulah yang memberikan kita pendidikan paling pertama dan paling utama. Pendidik paling pertama artinya orang tua mendidik, mengajar, dan melatih kita dalam hal makan dan minum serta berbicara dan berjalan. Semua itu dilakukan orang tua berdasarkan dari isyarat-isyarat tangisan anak. Misalnya ketika anak menangis diberi air susu akhirnya diam, atau anak menangis diberi bubur akhirnya diam. Dengan isyarat itulah orang tua kita memahami maksud tangisan anaknya. Demikian pula apabila anak kepanasan atau belum dimandikan pasti rewel. Setelah dimandikan sang bayi akan tertawa kemudian tidur nyenyak. Saat memberikan makan anak dilatih berbicara, mengucapkan kata maem berkali-kali, dari kata maem kemudian mengucapkan kata mama, berulang kali dan selanjutnya mengucapkan kata pa, pa, pa, dan seterusnya. Hal ini menunjukkan bahwa Guru Rupaka adalah guru yang paling pertama, paling utama, dan bertanggung jawab terhadap jiwa dan raga kita. Beliaulah yang mengetahui ketika badan kita terasa gerah atau panas maupun dingin melalui indra kulitnya. Begitulah keutamaan dari Guru Rupaka, (Duwijo dan Darta, 2014:54).
Mari kita simak lagu yang terkait dengan Guru Rupaka di bawah ini!
Lagu Hymne Guru
"Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sbagai prasasti trimakasihku tuk pengabdianmu
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa".
Pupuh Semarandhana
"Megantung ban bok akatih, Angkihane yan upami
Kadi manyuwun gedahe, Metatakan batu lumbang
Yan pelih magulikan, Tan urungan pacang labuh
Dekdek buyar tan tuptupan".
Terjemahan
"Ibaratkan tergantung dengan sehelai rambut, Jiwa sang Ibu di saat,
melahirkan kita, Bagaikan menjunjung gentong,
Beralaskan batu besar, Kalau salah bergerak batu itu akan bergerak,
Sudah pasti akan terjatuh, Hancur lebur tak dapat disatukan".
Maksud dari lagu di atas adalah ketika ibu sebagai Guru Rupaka akan melahirkan kita ke dunia ini jiwanya sangat terancam. Tak ubahnya bergantung dengan sehelai rambut. Sedikit saja salah nyawanya pun bisa hilang. Begitu berat beban sang ibu di saat melahirkan kita, maka kita tidak boleh berani dan menentang nasihat dan petuah Guru Rupaka. Apabila ada anak yang menentang nasihat orang tua, maka anak itu dikatakan Alpaka Guru Rupaka. Untuk itu, mari kita hormati orang tua dengan jalan mendengarkan dan menjalankan nasihatnya, agar orang tua kita merasa bahagia. Apabila kita melakukan nasihat dan perintah orang tua, pasti kita akan mendapatkan kebahagiaan. Anak yang baik dikatakan anak yang suputra, su berarti baik dan putra berarti anak. Jadi suputra berarti anak yang baik. Anak yang baik memiliki karakter dan jiwa yang mampu membahagiakan orang tua, (Duwijo dan Darta, 2014:55).
2. Guru Pengajian
Guru Pengajian adalah guru yang memberikan kita pendidikan secara formal di sekolah berdasarkan aturan-aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Syarat pertama yang harus dimiliki oleh seorang guru pengajian adalah ijazah guru. Seorang guru diwajibkan berpendidikan serendah-rendahnya Sarjana Pendidikan Guru, agar memiliki profesi untuk mendidik, mengajar dan melatih siswanya di sekolah berdasarkan Kurikulum yang ada sebagai dasar dan pedoman dalam memberikan pendidikan secara formal.
Tiga tugas pokok guru di sekolah antara lain:
Jadi, dengan melihat tiga tugas pokok guru di atas, maka kita tahu betapa berat tanggung jawab yang diemban oleh seorang guru. Dengan demikian, sebagai siswa kita berhutang budi terhadap Guru Pengajian.
3. Guru Wisesa
Guru Wisesa adalah guru yang memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab terhadap masyarakat, bangsa, dan negara. Yang disebut Guru Wisesa di tingkat desa adalah pemuka masyarakat, Kepala Dusun/Ketua RW, Kepala Desa/Lurah, dan Pemuka Adat. Guru Wisesa di tingkat kecamatan ada yang disebutkan Tripika yaitu Camat, Polsek, Koramil. Di tingkat kabupaten adalah Bupati, Polres, Kodim.Di tingkat provinsi yaitu: Gubernur, Polda dan Kodam, sedangkan di tingkat pusat yaitu Presiden, TNI, POLRI, dan lain-lainnya.
Guru Wisesa tersebut di atas semua mempunyai tugas dan fungsi masing-masing sesuai dengan kedudukan dan tingkatannya. Kepala desa/perbekel mempunyai tugas dan tanggung jawab mengayomi dan memimpin masyarakat desa itu sendiri. Sedangkan camat mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap beberapa desa yang ada di wilayah kecamatan. Bupati/Walikota mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap beberapa camat yang ada di kabupaten tersebut. Gubernur mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap beberapa Kabupaten/Kota Madya yang ada pada daerah yang dipimpinnya. Sedangkan Presiden mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap Wilayah Republik Indonesia. Demikianlah tugas, we-wenang dan tanggung jawab Guru Wisesa yang patut kita hormati bersama, (Duwijo dan Darta, 2014:57).
Berikut ini menggambarkan Hirarki kewenangan, tugas dan tanggung jawab dari masing-masing pemegang kebijakan.
4. Guru Swadhyaya
Guru Swadhyaya adalah Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai umat hindu sangat meyakini adanya Sang Hyang Widhi Wasa sebagai sumber dari segala kehidupan yang dapat kita jalankan. Beliaulah sebagai penuntun dalam kehidupan sehingga kita bisa selamat dalam melaksanakan segala kegiatan, sebab betapapun pintarnya kita sebagai umat apabila beliau tidak berkenan, segala yang kita lakukan tidak akan mendapatkan hasil yang diharapkan. Oleh karena itu, sebelum melakukan suatu kegiatan terlebih dahulu kita memanjatkan doa kehadapan-Nya agar kita mendapat rahmat-Nya sehingga tujuan kita bisa ter-capai. Hal itu dapat pula diawali dengan melakukan persembahyangan dengan menggunakan sarana upacara sebagai wujud korban suci yang tulus dan ikhlas.
Sebagai dasar kepercayaan atau keyakinan bagi umat Hindu sebelum memulai belajar tentang ilmu keagamaan atau ilmu pengetahuan lainnya, sesuai dengan harapan Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) ada upacara yang kita lakukan yaitu seperri berikut.
Para Resi kita mendapatkan ilmu pengetahuan berupa sabda suci dari Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus wajib menghormati apa yang diwariskan Para Resi tersebut baik yang ter-tulis maupun yang diterima secara turun temurun sekalipun hal itu berupa cerita-cerita atau mitos. Namun sampai sekarang masih diyakini keberadaannya sebagai guru kerohanian yang dituangkan dalam buku-buku suci agama Hindu seperti pustaka suci Veda, Manavadharmaśāstra dan pustaka suci lainnya. Pustaka lain menyebutkan, bahwa Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, memiliki empat sifat kemahakuasaan yang disebut Catur Sakti atau Cadhu Sakti. Catur Sakti/Cadhu Sakti terdiri dari :
Tuhan/Sang Hyang Widhi Wasa sebagai sumber ilmu pengetahuan tetap di-puja oleh umat Hindu dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Aji Saraswati, dilambangkan dengan wanita cantik bertangan empat, dengan masing-masing tangan beliau memegang atribut seperti berikut.
Simbol-simbol tersebut merupakan satu kesatuan yang sangat terkait yaitu pentingnya ilmu pengetahuan suci yang harus dimiliki dan tidak akan habis di-pelajari, maka orang suci kita mengemas dalam sebuah keropak dengan isi berbagai aspek keilmuan. Apabila semua aspek keilmuan itu kita padukan, maka akan mewujudkan suatu seni budaya yang sangat agung dan mempunyai tempat yang sangat terhormat.
Demikianlah keagungan Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, sebagai Guru Swadyaya. Dalam Buku Dainika Upasana disebutkan salah satu pemujaan terhadap Guru Swadhyaya:
“Om Guru Brahman, Guru Wisnu, Guru Dewa Maheswaram, Guru Saksat Param Brahman, Tasmai Sri Guruwe namah.”
Terjemahan:
"Oh Tuhan Guru Brahman, Guru Wisnu dan Guru Maheswara, semua Guru bagaikan Tuhan, kami hormat kepada semua Guru mulya", (Duwijo dan Darta, 2014:60).
Makna simbol atau atribut pada gambar Dewi Sarasawati adalah seperti berikut. Wanita yang cantik mengandung makna atau arti, ilmu pengetahuan itu sangatlah menarik.
Adapun bagian dari catur guru adalah sebagai berikut :
- Guru Rupaka
- Guru Pengajian
- Guru Wisesa
- Guru Swadhyaya, (Duwijo dan Darta, 2014:53).
Penjelasan Catur Guru
1. Guru Rupaka
Guru Rupaka adalah orang tua yang melahirkan kita ke dunia ini. Guru Rupaka merupakan guru yang pertama dan paling utama. Mengapa demikian? Beliaulah yang memberikan kita pendidikan paling pertama dan paling utama. Pendidik paling pertama artinya orang tua mendidik, mengajar, dan melatih kita dalam hal makan dan minum serta berbicara dan berjalan. Semua itu dilakukan orang tua berdasarkan dari isyarat-isyarat tangisan anak. Misalnya ketika anak menangis diberi air susu akhirnya diam, atau anak menangis diberi bubur akhirnya diam. Dengan isyarat itulah orang tua kita memahami maksud tangisan anaknya. Demikian pula apabila anak kepanasan atau belum dimandikan pasti rewel. Setelah dimandikan sang bayi akan tertawa kemudian tidur nyenyak. Saat memberikan makan anak dilatih berbicara, mengucapkan kata maem berkali-kali, dari kata maem kemudian mengucapkan kata mama, berulang kali dan selanjutnya mengucapkan kata pa, pa, pa, dan seterusnya. Hal ini menunjukkan bahwa Guru Rupaka adalah guru yang paling pertama, paling utama, dan bertanggung jawab terhadap jiwa dan raga kita. Beliaulah yang mengetahui ketika badan kita terasa gerah atau panas maupun dingin melalui indra kulitnya. Begitulah keutamaan dari Guru Rupaka, (Duwijo dan Darta, 2014:54).
Mari kita simak lagu yang terkait dengan Guru Rupaka di bawah ini!
Lagu Hymne Guru
"Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sbagai prasasti trimakasihku tuk pengabdianmu
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa".
By Sartono
Pupuh Semarandhana
"Megantung ban bok akatih, Angkihane yan upami
Kadi manyuwun gedahe, Metatakan batu lumbang
Yan pelih magulikan, Tan urungan pacang labuh
Dekdek buyar tan tuptupan".
Terjemahan
"Ibaratkan tergantung dengan sehelai rambut, Jiwa sang Ibu di saat,
melahirkan kita, Bagaikan menjunjung gentong,
Beralaskan batu besar, Kalau salah bergerak batu itu akan bergerak,
Sudah pasti akan terjatuh, Hancur lebur tak dapat disatukan".
Maksud dari lagu di atas adalah ketika ibu sebagai Guru Rupaka akan melahirkan kita ke dunia ini jiwanya sangat terancam. Tak ubahnya bergantung dengan sehelai rambut. Sedikit saja salah nyawanya pun bisa hilang. Begitu berat beban sang ibu di saat melahirkan kita, maka kita tidak boleh berani dan menentang nasihat dan petuah Guru Rupaka. Apabila ada anak yang menentang nasihat orang tua, maka anak itu dikatakan Alpaka Guru Rupaka. Untuk itu, mari kita hormati orang tua dengan jalan mendengarkan dan menjalankan nasihatnya, agar orang tua kita merasa bahagia. Apabila kita melakukan nasihat dan perintah orang tua, pasti kita akan mendapatkan kebahagiaan. Anak yang baik dikatakan anak yang suputra, su berarti baik dan putra berarti anak. Jadi suputra berarti anak yang baik. Anak yang baik memiliki karakter dan jiwa yang mampu membahagiakan orang tua, (Duwijo dan Darta, 2014:55).
2. Guru Pengajian
Guru Pengajian adalah guru yang memberikan kita pendidikan secara formal di sekolah berdasarkan aturan-aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Syarat pertama yang harus dimiliki oleh seorang guru pengajian adalah ijazah guru. Seorang guru diwajibkan berpendidikan serendah-rendahnya Sarjana Pendidikan Guru, agar memiliki profesi untuk mendidik, mengajar dan melatih siswanya di sekolah berdasarkan Kurikulum yang ada sebagai dasar dan pedoman dalam memberikan pendidikan secara formal.
Tiga tugas pokok guru di sekolah antara lain:
- Mendidik, yaitu suatu proses yang dilakukan oleh guru terhadap peserta didik atau siswa untuk mencapai tujuan pendidikan dengan menggunakan suatu metode untuk mendidik siswa dari tidak tahu menjadi tahu, seperti menulis, membaca dan berhitung. Di samping itu yang paling penting adalah mendidik mental spiritual agar dapat mewujudkan siswa yang memiliki kepribadian luhur, berbudi perkerti, serta memiliki karakter yang baik, (Duwijo dan Darta, 2014:56).
- Mengajar, yaitu suatu proses pentransferan ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh guru kepada peserta didik berdasarkan kurikulum pendidikan, program tahunan, silabus, satuan pelajaran, dengan mengacu pada kriteria ketuntasan minimum untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional dengan delapan Standar Isi.
- Melatih, artinya suatu proses yang dilakukan oleh seorang guru terhadap siswanya dalam bentuk latihan-latihan baik dalam bidang keahlian maupun dalam bentuk keterampilan. Ada pepatah mengatakan; rajin pangkal pandai, keuletan pangkal keberhasilan, dan ahli karena berlatih. Seseorang akan menjadi ahli karena seringnya berlatih. Para siswa akan bisa menjadi ahli karena diajak berlatih. Siswa akan menjadi terampil karena sering dilatih. Latihan-latihan itu bisa berupa evaluasi kemampuan berpikir, kecekatan pikiran, sikap dan ada pula yang berupa keterampilan. Melatih kecekatan pikiran misalnya anak/siswa diajak belajar pelajaran berhitung/matematika dan pengetahuan yang lain. Melatih sikap misalnya melaksanakan upacara bendera yang dapat menumbuhkan sikap disiplin dan jiwa patriotisme. Melatih keterampilan dapat dilakukan dengan kerajinan tangan, sesuai dengan lingkungan dalam bidang otomotif atau per-bengkelan. Sedangkan melatih keahlian misalnya menjadi pemain sirkus. Karena latihan seorang pemain sirkus bisa naik sepeda satu roda di atas pipa dengan keseimbangan tanpa bantuan siapa-siapa.
Jadi, dengan melihat tiga tugas pokok guru di atas, maka kita tahu betapa berat tanggung jawab yang diemban oleh seorang guru. Dengan demikian, sebagai siswa kita berhutang budi terhadap Guru Pengajian.
3. Guru Wisesa
Guru Wisesa adalah guru yang memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab terhadap masyarakat, bangsa, dan negara. Yang disebut Guru Wisesa di tingkat desa adalah pemuka masyarakat, Kepala Dusun/Ketua RW, Kepala Desa/Lurah, dan Pemuka Adat. Guru Wisesa di tingkat kecamatan ada yang disebutkan Tripika yaitu Camat, Polsek, Koramil. Di tingkat kabupaten adalah Bupati, Polres, Kodim.Di tingkat provinsi yaitu: Gubernur, Polda dan Kodam, sedangkan di tingkat pusat yaitu Presiden, TNI, POLRI, dan lain-lainnya.
Guru Wisesa tersebut di atas semua mempunyai tugas dan fungsi masing-masing sesuai dengan kedudukan dan tingkatannya. Kepala desa/perbekel mempunyai tugas dan tanggung jawab mengayomi dan memimpin masyarakat desa itu sendiri. Sedangkan camat mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap beberapa desa yang ada di wilayah kecamatan. Bupati/Walikota mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap beberapa camat yang ada di kabupaten tersebut. Gubernur mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap beberapa Kabupaten/Kota Madya yang ada pada daerah yang dipimpinnya. Sedangkan Presiden mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap Wilayah Republik Indonesia. Demikianlah tugas, we-wenang dan tanggung jawab Guru Wisesa yang patut kita hormati bersama, (Duwijo dan Darta, 2014:57).
Berikut ini menggambarkan Hirarki kewenangan, tugas dan tanggung jawab dari masing-masing pemegang kebijakan.
- Presiden, Gubernur,
- Bupati/Walikota,
- Camat,
- Kepala Desa, (Duwijo dan Darta, 2014:58).
4. Guru Swadhyaya
Guru Swadhyaya adalah Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai umat hindu sangat meyakini adanya Sang Hyang Widhi Wasa sebagai sumber dari segala kehidupan yang dapat kita jalankan. Beliaulah sebagai penuntun dalam kehidupan sehingga kita bisa selamat dalam melaksanakan segala kegiatan, sebab betapapun pintarnya kita sebagai umat apabila beliau tidak berkenan, segala yang kita lakukan tidak akan mendapatkan hasil yang diharapkan. Oleh karena itu, sebelum melakukan suatu kegiatan terlebih dahulu kita memanjatkan doa kehadapan-Nya agar kita mendapat rahmat-Nya sehingga tujuan kita bisa ter-capai. Hal itu dapat pula diawali dengan melakukan persembahyangan dengan menggunakan sarana upacara sebagai wujud korban suci yang tulus dan ikhlas.
Sebagai dasar kepercayaan atau keyakinan bagi umat Hindu sebelum memulai belajar tentang ilmu keagamaan atau ilmu pengetahuan lainnya, sesuai dengan harapan Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) ada upacara yang kita lakukan yaitu seperri berikut.
- Upacara Upanayana yaitu suatu upacara yang dilakukan untuk pensucian rohani sebelum belajar ilmu pengetahuan terutama ilmu agama.
- Upacara Penjaya-jaya yaitu upacara yang dilakukan oleh seseorang apabila terpilih sebagai pemimpin dalam sebuah instansi atau lembaga baik di tingkat desa, tingkat kecamatan, tingkat kabupaten baik formal maupun nonformal, (Duwijo dan Darta, 2014:59).
Para Resi kita mendapatkan ilmu pengetahuan berupa sabda suci dari Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus wajib menghormati apa yang diwariskan Para Resi tersebut baik yang ter-tulis maupun yang diterima secara turun temurun sekalipun hal itu berupa cerita-cerita atau mitos. Namun sampai sekarang masih diyakini keberadaannya sebagai guru kerohanian yang dituangkan dalam buku-buku suci agama Hindu seperti pustaka suci Veda, Manavadharmaśāstra dan pustaka suci lainnya. Pustaka lain menyebutkan, bahwa Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, memiliki empat sifat kemahakuasaan yang disebut Catur Sakti atau Cadhu Sakti. Catur Sakti/Cadhu Sakti terdiri dari :
- Prabhu Sakti yaitu sifat Tuhan Maha Kuasa.
- Wibhu Sakti yaitu sifat Tuhan yang meresap pada semua benda.
- Jnana Sakti yaitu sifat Tuhan yang Maha Tahu.
- Kriya Sakti yaitu sifat Tuhan yang Maha Karya.
Tuhan/Sang Hyang Widhi Wasa sebagai sumber ilmu pengetahuan tetap di-puja oleh umat Hindu dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Aji Saraswati, dilambangkan dengan wanita cantik bertangan empat, dengan masing-masing tangan beliau memegang atribut seperti berikut.
- Bunga Teratai sebagai lambang bahwa ilmu pengetahuan itu suci.
- Keropak sebagai lambang tempat menyimpan ilmu pengetahuan.
- Genitri sebagai lambang ilmu pengetahuan tidak habis-habis dipelajari.
- Gitar sebagai lambang seni budaya yang agung.
Simbol-simbol tersebut merupakan satu kesatuan yang sangat terkait yaitu pentingnya ilmu pengetahuan suci yang harus dimiliki dan tidak akan habis di-pelajari, maka orang suci kita mengemas dalam sebuah keropak dengan isi berbagai aspek keilmuan. Apabila semua aspek keilmuan itu kita padukan, maka akan mewujudkan suatu seni budaya yang sangat agung dan mempunyai tempat yang sangat terhormat.
Demikianlah keagungan Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, sebagai Guru Swadyaya. Dalam Buku Dainika Upasana disebutkan salah satu pemujaan terhadap Guru Swadhyaya:
“Om Guru Brahman, Guru Wisnu, Guru Dewa Maheswaram, Guru Saksat Param Brahman, Tasmai Sri Guruwe namah.”
Terjemahan:
"Oh Tuhan Guru Brahman, Guru Wisnu dan Guru Maheswara, semua Guru bagaikan Tuhan, kami hormat kepada semua Guru mulya", (Duwijo dan Darta, 2014:60).
Dewi Saraswati
Makna simbol atau atribut pada gambar Dewi Sarasawati adalah seperti berikut. Wanita yang cantik mengandung makna atau arti, ilmu pengetahuan itu sangatlah menarik.
- Burung angsa sebagai lambang kebijaksanaan.
- Burung merak sebagai lambang kewibawaan dan ego.
- Air yang mengalir sebagai lambang ilmu itu mengalir terus.
- Genitri lambang ilmu itu tak habis-habisnya dipelajari.
- Keropak sebagai lambang tempat menyimpan ilmu pengetahuan.
- Rebab/gitar sebagai lambang seni budaya yang agung.
- Bunga teratai sebagai lambang ilmu pengetahuan itu adalah suci, (Duwijo dan Darta, 2014:61).
Referensi
Duwijo dan Darta, I Ketut. 2014. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas V. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan. Balitbang Kemdikbud
guru rupaka n guru pengajian ya seperti itu penjelasannya.
ReplyDeletetetapi klo guru wisesa rasanya kpk tidak pas klo itu adl pemerintah.
dari nananya saja wisesa, ahli, expert, mumpuni, pradnyan, linuwih, sakti dll. jd guru wisesa adl sosok guru selevel nabe, resi, yogi n para guru spititual yg minimal sdh mampu bertemu n ngobrol dg guru swadyaya. sehingga sdh punya kapasitas n kemampuan utk membimbing orang lain utk menemukan sang diri sejati.
lalu siapa itu guru swadyaya?
guru swadyaya bukanlah ida sang hyang widhi wasa. dari namanya saja swa-dyaya.....
swadaya, swakarsa, swasembada, swakelola, dll..... yg semua maknanya adl diri sendiri
jadi guru swadyaya adl guru yg ada bersemayam di dalam diri kita masing2, dia adl sang guru sejati, Zat TUHAN yg bersemayam di dalam diri kita yaitu ROH
Terimah kasih atas masukanya. Materi ini sebenarnya memang belum begtu lengkap karena hanya digunakan untuk mengajar anak kelas 5 SD. Makanya setiap artikel di cantumkan referensi biar bisa di baca sesuai kebutuhan.
Delete