Contoh-Contoh Perilaku Catur Pātaka

MUTIARAHINDU.COM -- Kata Catur Pātaka berasal dari bahasa Sansekerta dari kata Catur dan Pātaka. Catur artinya empat dan Pātaka artinya dosa. Jadi, Catur Pātaka adalah empat jenis perbuatan yang berdosa. Adapun Contoh-Contoh Perilaku Catur Pātaka adalah sebagai berikut:

Contoh-Contoh Perilaku Catur Pātaka


1. Contoh Perilaku Pātaka

Setiap hari kita sering mendengar orang melakukan perbuatan- perbuatan yang tidak baik, seperti pembunuhan, kekerasan, dan yang lain. Perilaku yang tergolong Pātaka atau dosa, meliputi:
  1. Bhrunaha artinya menggugurkan kandungan. Perbuatan orang yang seperti ini tergolong orang yang berdosa, karena tidak memberikan kesempatan kepada bayi yang akan lahir ke dunia ini untuk hidup.
  2. Purusaghna artinya melakukan pembunuhan terhadap sesama manusia lain. Orang yang melakukan pembunuhan terhadap orang lain yang tidak bersalah, termasuk orang yang berdosa. Karena hidup atau matinya seseorang ditentukan oleh Sang Hyang Widhi.
  3. Kanyacora artinya menculik atau melarikan seorang gadis. Perilaku demikian tergolong perilaku berdosa, karena orang yang diculik atau dilarikan tersebut kehilangan kebebasannya.
  4. Agrayajaka artinya kawin mendahului kakak laki-laki atau kakak perempuannya. Perbuatan ini juga dikatakan berdosa karena orang tersebut tidak mengindahkan hukum agama.
2. Contoh Perilaku Ūpa Pātaka

PerbuatanmembunuhdalamkitabSlokantaradikatakanperilaku yang tergolong Ūpa Pātaka atau dosa sedang, antara lain:
  1. Gowadha artinya membunuh sapi. Dalam agama Hindu, sapi telah dianggap seperti ibu. Oleh karena itu, orang yang membunuh sapi dianggap sudah melakukan dosa sedang, (Duwijo dan Susila, 2014: 26).
  2. Yuwatiwadha artinya membunuh wanita muda. Orang yang melakukan pembunuhan pada wanita muda dianggap melakukan dosa sedang, karena perbuatan tersebut bertentangan dengan agama Hindu.
  3. Bala-wadha artinya membunuh anak-anak. Orang yang melakukan pembunuhan terhadap anak-anak tergolong orang yang melakukan dosa sedang, sebab anak-anak tersebut belum tahu apa-apa. Oleh karenanya, berdosalah orang membunuh anak-anak.
  4. Wrddha-wadha artinya membunuh orang tua. Jika ada seseorang membunuh orang tua, maka orang tersebut telah melakukan dosa.
  5. Agnidaha artinya membakar rumah dan penghuninya. Jika ada seseorang yang membakar rumah dan penghuninya, orang tersebut telah melakukan dosa sedang sebab perbuatanya dapat menyebabkan kematian.
3. Contoh Perilaku Maha Pātaka

Berikut ini adalah contoh perilaku Maha Pātaka.
  1. Brahma-wadha artinya membunuh Brāhmanā atau orang suci. Orang yang berani membunuh orang suci tergolong dosa besar. Orang suci adalah orang yang dapat membimbing kita menuju jalan yang benar.
  2. Perilakuminum-minuman keras disebut surapana. Surapana tergolong dosa besar, karena dengan meminum-minuman keras, orangtersebut sering lepas kendali dan menyebabkan keresahan dalam masyarakat.
  3. Suwarnasteya artinya mencuri emas atau barang milik orang lain. Suwarnasetya tergolong dosa besar, karena mencuri barang milik orang lain menyebabkan keresahan dalam masyarakat, (Duwijo dan Susila, 2014: 27).
  4. Guru-wadha artinya membunuh guru. Jika ada seseorang melakukan pembunuhan terhadap guru, maka orang tersebut telah melakukan dosa besar, sebab dengan membunuh guru, maka orang tersebut telah menghilangkankesempatan oranglainuntukmendapatkan ilmu dari guru tersebut.
4. Contoh Perilaku Āti Pātaka

Perilaku yang tergolong dosa terbesar (Āti Pātaka) dalam pandangan Agama Hindu dijelaskan dalam kitab Slokantara, sebagai berikut:
  1. Swaputri-bhajana artinya melakukan perbuatan asusila putri sendiri. Melakukan perbuatan asusila terhadap putri kandung sendiri tergolong melakukan dosa yang sangat besar, karena orang tersebut tidak memiliki nurani.
  2. Matr-bhajana artinyamelakukan perbuatan asusilaterhadap ibu sendiri. Jika ada orang yang melakukan perbuatan ini, maka dia akan masuk neraka. Orang yang melakukan matrbhajana termasuk orang yang tidak berbudi luhur.
  3. Lingga-grahana artinyaorangyangmerusaktempat-tempat suci. Jika ada orang yang melakukan perbuatan ini, berarti orang tersebut tidak memiliki rasa peduli akan agama.
Selain apa yang telah dituangkan di atas, Kitab Suci Saramuscaya memberikan contoh perilaku yang menyebabkan orang berdosa, antara lain:
  1. Brahmagha artinya membunuh Brāhmanā.
  2. Surapa artinya meminum minuman keras.
  3. Orang yang berbudi pekerti buruk/jahat.
  4. Orang yang mengusahakan penyakit dan kesedihan terhadap orang lain, (Duwijo dan Susila, 2014: 38).
Semua perbuatan-perbuatan di atas akan menggiring pelakunya mendapatkan hukuman, baik di dunia maupun di akhirat nanti. Semua perilaku tersebut melanggar ajaran-ajaran agama yang mengajarkan umatnya untuk selalu melakukan perbuatan baik (dharma) sehingga mencapai kebahagian abadi.

Bagi orang yang melakukan Pātaka akan mendapatkan hasil masuk neraka, karena perilaku pataka dapat menyebabkan orang lain menderita, sehingga mendapatkan pahala / buah yang buruk. Di dalam kitab Visnu Purāna II.6 disebutkan terdapat 28 jenis neraka bagi orang yang melakukan dosa, antara lain:
  1. Tāmisra adalah neraka bagi yang mencuri kekayaan milik orang lain termasuk istri orang, dan anak orang lain. di neraka tāmisra orang yang melakukan dosa di pukul sampai pinsan, dan dilakukan berulang-ulang.
  2. Andhatāmisra adalah neraka bagi seorang istri yang mencuri barang milik suaminya atau sebaliknya suami mencuri barang istrinya.
  3. Raurawam adalah neraka bagi mereka yang melakukan penyiksaan terhadap makhluk lain dan yang menginginkan barang milik orang lain.
  4. Mahāraurawam adalah neraka bagi mereka yang rakus terhadap warisan, dan mengambil yang bukan bagiannya.
  5. Kumbhīpākam adalah neraka bagi mereka yang melakukan pembunuhanpadaburung-burungdanbinatang-binatang.
  6. Kālasūtra adalah neraka bagi mereka yang tidak respek kepada ibu, ayah, dan orang yang lebih tua.
  7. Asi(ta)patram adalah neraka bagi mereka yang tidak melaksanakan tugas dan kewajiban.
  8. Sūkaramukham adalah neraka bagi seorang raja yang melalaikan tugas dan menindas rakyatnya.
  9. Andhakūpam adalah neraka bagi mereka yang melakukan penindasan terhadap Brāhmana, menghina Dewa dan orang-orang miskin, (Duwijo dan Susila, 2014: 29).
  10. Krmibhojanam adalah neraka bagi seorang Brāhmana yang rusak budhinya.
  11. Taptamūrti adalah neraka bagi mereka yang mencuri emas, permata, perhiasan dan uang.
  12. Śālmali adalah neraka bagi mereka yang melakukan perzinahan.
  13. Vajrakantakaśāli adalah neraka bagi mereka yang melakukan hubungan badan dengan tidak normal seperti dengan binatang dan yang lain.
  14. Vaitarani adalah neraka bagi para pemimpin yang melakukan pelanggaran hukum dan melanggar sastra agama.
  15. Pūyodakam adalah neraka bagi seorang Brāhmana yang melakukan hubungan badan dengan wanita murahan dan melanggar hukum.
  16. Prānodham adalah neraka bagi Brāhmana yang berburu binatang.
  17. Viśasanam adalah neraka bagi mereka yang melakukan yajña dengan membunuh sapi untuk dipamerkan.
  18. Lālābhaksam adalah neraka bagi laki-laki yang tidak mampu menahan hawa nafsunya dengan memaksa istrinya melakukan hal diluar sewajarnya dalam berhubungan badan.
  19. Sārameyāśanam adalah neraka bagi mereka yang melakukan pembakaran rumah, meracun,  pembantai missal dan meruntuhkan Negara.
  20. Avīci adalah neraka bagi mereka yang menjadi saksi palsu, sumpah palsu, dan juga nama palsu.
  21. Ayahpanam adalah neraka bagi mereka yang suka minum- minuman yang memabukkan.
  22. Ksārakardamam adalah neraka bagi mereka yang suka menghina orang suci.
  23. Raksobhaksam adalah neraka bagi mereka yang makan daging.
  24. Śulaprotam adalah neraka bagi mereka yang membunuh orang yang tidak berdosa dengan jalan berkhianat dan menipu.
  25. Dandaśukam adalah neraka bagi mereka yang suka menyiksa binatang.
  26. Vatarodham adalah neraka bagi mereka yang menyiksa binatang di gunung-gunung dan di hutan-hutan.
  27. Paryāvartanakam adalah neraka bagi mereka yang menolak makan saat makan dan melakukan kekejaman.
  28. Sūcimukham adalah neraka bagi mereka yang angkuh dan pelit, (Duwijo dan Susila, 2014: 30).

Referensi:

Duwijo dan Susila, Komang. 2014. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. - Edisi Revisi. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

0 Response to "Contoh-Contoh Perilaku Catur Pātaka"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel