Contoh Cerita Perilaku Dasa Mala dalam Kehidupan

MUTIARAHINDU.COM -- Ǎracyakǎcaa adalah kitab ketiga epos Rǎmǎyana. Dalam kitab ini diceritakanlah bagaimana sang Rǎmǎ  dan  Laksamana  membantu  para  tapa di sebuah asrama mengusir para raksasa yang datang mengganggu. Selama masa pembuangan, Laksmana membuat pondok untuk Rǎmǎ dan Sitǎ. Ia juga melindungi mereka di saat malam sambil berbincang-bincang dengan para pemburu di hutan. Saat menjalani masa pengasingan di hutan, Rǎmǎ dan Laksmana didatangi seorang rakshasi bernama Surpanaka. Ia mengubah wujudnya menjadi seorang wanita cantik dan menggoda Rǎmǎ dan Laksmana. Rǎmǎ menolak  untuk  menikahinya  dengan  alasan bahwa ia sudah beristri, maka ia menyuruh agar Surpanaka membujuk Laksmana, namun Laksmana pun menolak. Surpanaka iri melihat kecantikan Sitǎ dan hendak membunuhnya. Dengan sigap Rǎmǎ melindungi Sitǎ dan Laksmana mengarahkan pedangnya kepada Surpanaka yang hendak menyergapnya. Hal itu membuat hidung Surpanaka terluka. Surpanaka mengadukan peristiwa tersebut kepada kakaknya yang bernama Kara. Kara marah terhadap Rǎmǎ yang telah melukai adiknya dan hendak membalas dendam.

Cerita Contoh Perilaku Dasa Mala dalam Kehidupan

Dengan angkatan perang yang luar biasa, Kara dan sekutunya menggempur Rǎmǎ, namun mereka semua gugur. Akhirnya Surpanaka melaporkan ke- luhannya kepada Rǎvana di Kerajaan Alengka. Surpanaka mengadu kakaknya sang Rǎvana dan memprovokasinya untuk menculik Dewi Sitǎ yang katanya sangat cantik. Sang Rǎvana pun pergi diiringi oleh Marica. Marica menyamar menjadi seekor kijang emas yang menggoda Dewi Sitǎ. Dewi Sitǎ tertarik dan meminta Rǎmǎ untuk menangkapnya, (Suhardi dan Sudirga, 2015:41).

Pada suatu hari, Sitǎ melihat seekor kijang yang sangat lucu sedang melompat-lompat di halaman pondoknya. Rǎmǎ dan Laksmana merasa bahwa kijang tersebut bukan kijang biasa, namun atas desakan Sitǎ, Rǎmǎ memburu kijang tersebut, sementara Laksmana ditugaskan untuk menjaga Sitǎ. Dewi Sitǎ ditinggalkannya dan dijaga oleh Laksamana. Rǎmǎ pun pergi memburunya, tetapi si Marica sangat gesit. Kijang yang diburu Rǎmǎ terus mengantarkannya ke tengah hutan.

Oleh karena Rǎmǎ merasa bahwa kijang tersebut bukan kijang biasa, ia memanahnya.  Saat  Rǎmǎ  memanah  kijang  kencana  tersebut,  hewan  itu berubah menjadi rak- sasa Marica, patih Sang Rǎvana dan mengerang dengan suara keras. Si- tǎ yang merasa cemas, menyuruh Laksmana agar menyusul kakak- nya ke hutan. Karena teguh dengan tugasnya untuk melindungi Sitǎ, Laksmana menolak se- cara  halus.  Kemudian Sitǎ berprasangka bah- wa Laksmana memang ingin membiarkan ka-

kaknya mati di hutan sehingga apabila Sitǎ menjadi janda, maka Laksmana akan menikahinya. Mendengar perkataan Sitǎ, Laksmana menjadi sakit hati dan bersedia menyusul Rǎmǎ, namun sebelumnya ia membuat garis pelindung dengan anak panahnya agar makhluk jahat tidak mampu meraih Sitǎ. Garis pelindung tersebut bernama Laksmana Rekha, dan sangat ampuh melindungi seseorang yang berada di dalamnya, selama ia tidak keluar dari garis tersebut, (Suhardi dan Sudirga, 2015:42).

Saat Laksmana meinggalkan Sitǎ sendirian, rakshasa Rǎvana yang me- nyamar sebagai seorang brahmana muncul dan meminta sedikit air kepada Sitǎ. Karena Rǎvana tidak mampu meraih Sitǎ yang berada dalam Lakshmana Rekha, maka ia meminta agar Sitǎ mengulurkan tangannya. Pada saat tangan Rǎvana  memegang  tangan  Sitǎ,  ia  segera  menarik  Sitǎ  keluar  dari garis pelindung dan menculiknya. Laksmana menyusul Rǎmǎ ke hutan, Rǎmǎ terkejut karena Sitǎ ditinggal sendirian. Ketika mereka berdua pulang, Sitǎ sudah tidak ada. Di tengah perjalanan Rǎvana bertemu dengan seekor burung sakti sang Jatayu, tetapi Jatayu kalah dan sekarat. Di sisa hidupnya Jatayu menceritakan kisahnya tentang penculikan Sita oleh Ravana yang kemudian ia mati (Kala Subramanyam, 2003).

Berangkat dari cerita di atas, bahwa peristiwa penculikan Sita yang di- lakukan oleh Ravana dengan cara menyamar sebagai seorang brahmana. Jika dilihat dari latar belakang Ravana menculik Sita adalah karena ketertarikan dengan kecantikan dewi Sita yang merupakan istri Rama. Kejadian ini sebagai perbuatan yang mencerminkan sifat dari raksasa yang hendaknya dijauhkan karena dapat menyebabkan kerugian bagi diri sendiri dan orang lain. Perbuatan Ravana ini jika dikaitkan dengan dasa mala adalah karena bermula dari Leja (bernafsu) dan ragastri karena melihat kecantikan Sita yang kemudian Ravana berniat untuk memiliki dewi tersebut. Kutila (pemabuk), Megata (berkata manis) dengan berkata manis kepada Dewi Sita melalui penyamarannya sebagai seorang Brahmana. Kemudian yang terakhir adalah kimburu (pencuri) yang dalam hal ini adalah berujung kepada penculikan  sita oleh Ravana yang membawanya ke negaranya yaitu Alengkapura. Cerita ini sesungguhnya cerminan dari kehidupan masa kini, di mana orang sudah mementingkan diri sendiri dengan berusaha untuk menimbun segala kekayaan untuk kepentingan pribadi atau pun golongannya, dan hal-hal yang menjadi kepentingan umum seolah-olah terabaikan. Untuk itu, perbuatan seperti ini hendaknya dijauhkan agar tecipta keharmonisan di dunia ini, (Suhardi dan Sudirga, 2015:43).


Referensi:

Suhardi, Untung dan Sudirga, Ida Bagus. 2015. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas IX (Cetakan Ke-1, 2015). Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.

0 Response to "Contoh Cerita Perilaku Dasa Mala dalam Kehidupan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel