Membina Keharmonisan dalam Keluarga Menurut Perspektif Hindu
Monday, August 19, 2019
Add Comment
MUTIARAHINDU.COM -- Wiwaha adalah ikatan suci dan komitmen seumur hidup menjadi suami-istri dan merupakan ikatan sosial yang paling kuat antara laki laki dan wanita. Wiwaha juga merupakan sebuah cara untuk meningkatkan perkembangan spiritual. Lelaki dan wanita adalah belahan jiwa, yang melalui ikatan pernikahan dipersatukan kembali agar menjadi manusia yang seutuhnya karena di antara keduanya dapat saling mengisi dan melengkapi. Wiwaha harus berdasarkan pada rasa saling percaya, saling mencintai, saling memberi dan menerima, dan saling berbagi tanggung jawab secara sama rata, saling bersumpah untuk selalu setia dan tidak akan berpisah.
Baca: Pengertian dan Hakikat Wiwaha Dalam Ajaran Agama Hindu
Baca: Pengertian dan Hakikat Wiwaha Dalam Ajaran Agama Hindu
Image: beingbalipodcast |
"Iha-imāv-indra saṁ nuda
cakravākeva daṁpatì".
Terjemahan:
"Sang Hyang Indra, doronglah pasangan ini untuk memiliki cinta yang mendalam, bagaikan cinta angsa yang berwajah sehat (semarak) di dalam keluarga", (Atharva Veda XIV.2.64).
Pasangan suami-istri mampu mewujudkan kemakmuran, kesejahteraan dan kebahagiaan dengan mengembangkan cinta kasih yang mendalam, melakukan kerja keras untuk kemakmuran, menumbuhkan keserasian dalam keluarga, tidak menurutkan dorongan nafsu seksualitas, tetap riang gembira, memperhatikan kesejahteraan orangtua (termasuk mertua), memiliki keberanian, tidak takut, sabar dan percaya diri, menjadikan rumah sebagai sorga di bumi, dengan menanami bunga-bunga yang indah, memelihara kebersihannya, mengembangkan pikiran mulia, dan hidup nyaman, (Mudana dan Ngurah Dwaja, 2014:174).
Baca: Pahala Bagi Anak-anak yang Berbhakti Kepada Orang Tua Menurut Perspektif Hindu
Baca: Pahala Bagi Anak-anak yang Berbhakti Kepada Orang Tua Menurut Perspektif Hindu
Pasangan (suami-istri) seharusnya memiliki keserasian pemikiran, melakukan kerja keras untuk mencapai kemakmuran dengan ketekunan. Hendaknyalah mereka tetap riang gembira agar terwujud keserasian dalam keluarga. Suami-istri hendaknya mampu mengembangkan sifat-sifat mulia seorang anak seperti mendidik kebijaksanaan, gagah-berani, suka bekerja, cerdas, tampan, patuh dan dapat mengangkat derajat orangtuanya.
"Anvārabhethām anusam-rabhethām,
etaṁ lokaṁ ṡrad-dadhānāh sacante".
Terjemahan:
"Wahai pasangan suami-istri, tekunlah dan tetaplah berbuat. Hanya orang-orang yang bersungguh-sungguh berhasil di dunia ini", (Atharva Veda VI. 122. 3)
Baca: Tujuan Wiwaha Menurut Ajaran Agama Hindu
Baca: Tujuan Wiwaha Menurut Ajaran Agama Hindu
"Saṁjñapanaṁ vo manasaá, atho saṁjñapanaṁ hṛdah.
atho bhagasya yat ṡrāntaṁ, tena saṁjñapayāmi vaá".
Terjemahan:
"Hendaknyalah terdapat keserasian pikiranmu dan hatimu. Kami menyerasikan (mengharmoniskan) anda dengan kemasyhuran Kuvera (dewanya) kekayaan", (Atharva Veda VI. 74.2).
Sebuah rumah adalah tempat tinggal beberapa orang, tetapi rumah tangga lebih dari itu. Sebuah rumah tangga adalah tempat tinggal beberapa orang yang saling berhubungan dalam lingkungan yang saling menghargai, saling mengerti, dan saling mengasihi satu dengan yang lain. Unit sosial ini membentuk keluarga, yang idealnya terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Keluarga itu mungkin diperbesar termasuk seorang atau lebih kakek-nenek di dalamnya, (Mudana dan Ngurah Dwaja, 2014:175).
Wiwaha hendaknya dibangun berdasarkan rasa saling percaya, saling mencintai, saling memberi dan menerima, dan saling berbagi tanggung jawab secara sama rata. Sebuah rumah tangga adalah tempat tinggal beberapa orang yang saling berhubungan dalam lingkungan saling menghargai, saling mengerti, dan saling mengasihi satu sama lain. Pasangan suami istri memiliki tanggung-jawab untuk membangun sebuah rumah tangga yang harmonis, dengan demikian hidup ini menjadi tenang dan nyaman.
Baca: Sistem Pawiwahan (Perkawinan) dalam Ajaran Agama Hindu
Baca: Sistem Pawiwahan (Perkawinan) dalam Ajaran Agama Hindu
Unit keluarga seperti ini atau rumah tangga bermula bilamana suatu pasangan-seorang pemuda dan seorang pemudi pertama-tama saling tertarik satu sama lain. Sementara penarikan bertumbuh dan mendalam, ikatan emosi yang kuat menyatukan mereka dalam ikatan kasih. Pasangan ini rindu saling menemani satu sama lain sesering mungkin. Hambatan dan kesulitan sering dianggap sepele dan mereka menghadapi masa depan dengan optimis. Mereka mengharapkan kehidupan bersama di mana hubungan kasih sayang ini tidak akan pernah berakhir, dan hidup mereka dipenuhi oleh kebahagiaan, yang akan dibagikan kepada anak-anak yang akan lahir, (Mudana dan Ngurah Dwaja, 2014:176).
Renungan Yajur Veda XII. 58
"Saṁ vām manāmsi saṁ vratā
sam u cittāni-ākaram".
Terjemahan:
"Aku harmoniskan pikiran, tindakan dan hati pasangan (suami-istri) ini".
Baca: Syarat Sah Suatu Perkawinan atau Pawiwahan Menurut Hindu
"Saṁ vām manāmsi saṁ vratā
sam u cittāni-ākaram".
Terjemahan:
"Aku harmoniskan pikiran, tindakan dan hati pasangan (suami-istri) ini".
Baca: Syarat Sah Suatu Perkawinan atau Pawiwahan Menurut Hindu
Referensi:
Mudana dan Ngurah Dwaja. 2014. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti : Buku Siswa / Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. -- Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014.vi, 190 hlm.; 25 cm
Untuk SMA/SMK Kelas XI
Kontributor Naskah : I Nengah Mudana dan I Gusti Ngurah Dwaja.
Penelaah : I Wayan Paramartha. – I Made Sutrisna.
Penyelia Penerbitan : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud
Cetakan Ke-1, 2014
0 Response to "Membina Keharmonisan dalam Keluarga Menurut Perspektif Hindu"
Post a Comment