Masatua sebagai Salah Satu Kearifan Lokal Bali Untuk Melestarikan Bahasa Bali

MUTIARAHINDU.COM -- Masatua sebagai Salah Satu Kearifan Lokal Bali Untuk Melestarikan Bahasa Bali. Salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia adalah bahasa Bali. Bahasa Bali merupakan sebuah bahasa yang mengenal tingkatan-tingkatan atau lebih dikenal dengan sor singgih basa atau anggah ungguhing basa Bali. Sor singgih basa atau anggah ungguhing basa Bali mencirikan sebuah kesantunan berbahasa yang direalisasikan melalui pemilihan katakata yang sesuai dengan kondisi si penutur atau lawan penuturnya. Ada beberapa anggapan yang menyatakan bahasa Bali dianggap sulit untuk dipelajari oleh generasi muda yang cenderung terpengaruh dengan bahasa pergaulan yang sudah mulai berkembang saat ini. Hal ini bisa membuat semakin tergerusnya motivasi atau keinginan untuk menguasai kemampuan berbahasa Bali di kalangan generasi muda. Perlu diketahui dalam bahasa Bali dikenal istilah alus singgih, alus sor, alus madya, andap, dan kasar. Jadi dalam berkomunikasi si pembicara harus sangat memperhatikan siapa yang diajak bicara serta situasi dan kondisi saat bertutur kata. Artinya si penutur harus mengetahui status sosial dan kasta orang yang diajak bicara sehingga dapat menentukan bahasa yang digunakan sehingga akan terbangun situasi yang penuh saling menghormati dan menghargai.



Kemampuan berbahasa atau kemampuan menguasai bahasa Bali bisa dilakukan secara formal dan non formal. Secara formal artinya bahasa Bali bisa diperoleh dari pembelajaran disekolah yang sudah terjadwalkan dan sudah disiapkan sesuai dengan kurikulumnya yang telah dirancang oleh pemerintah. Jadi disini terjadi interaksi antara guru dan siswa yang terjadi di sekolah. Banyak upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah khususnya dinas pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan khususnya bahasa Bali. Upaya pemerintah ini yaitu: pengadaan sarana dan prasarana penunjang pendidikan, kegiatan yang berupa ajang tahunan yang dikemas dalam kegiatan porsenijar atau pekan olahraga dan seni pelajar dari tingkat SD, SMP, dan SMA/SMK. Pada kegiatan porsenijar siswa akan diberikan surat pemberitahuan melalui sekolah yang akan diteruskan kepada para siswa. Pada ajang ini siswa yang dipilih akan mempersiapkan diri dengan baik untuk bisa menjadi yang terbaik dalam masatua. Selain itu melakukan peningkatan kualitas tenaga pendidik atau dalam hal ini guru melalui kegiatan workshop, seminar, dan program KKG atau kelompok kerja guru pada tingkat sekolah dasar dan MGMP pada tingkat SMP dan SMA/SMK. Secara non formal yang dimaksudkan disini bahwa kemampuan berbahasa atau pengetahuan bahasa Bali diperoleh dari interaksi di dalam masyarakat atau dikeluarga itu sendiri. Dalam masyarakat, kemampuan atau pengetahuan itu diperoleh secara langsung maupun tidak langsung dari interaksi di tengah-tengah kegiatan masyarakat misalnya dalam paruman adat, gotong royong, upacara keagamaan, dan sebagainya. Seseorang akan memiliki kemampuan berbahasa yang bagus tergantung keikutsertaan dalam kegiatan-kegiatan masyarakat yang dimaksud. Di dalam keluarga kemampuan berbahasa akan di peroleh dari interaksi antar anggota keluarga. Pada ranah keluarga sangat dipengaruhi dari intensitas keluarga tersebut dalam pemakaian bahasa Bali untuk komunikasi sehari-hari. Selain komunikasi sehari-hari, kegiatan yang bisa dilakuan ialah kebiasaan atau tradisi masatua.

Tradisi masatua berarti kegiatan untuk menceritakan satua atau mendongeng. Satuasatua yang yang disampaikan adalah satua-satua yang menggunakan bahasa Bali. Satua Bali adalah salah satu produk seni tradisional Bali yang diberikan kepada anak–anak, namun sayang keberadaan pengaplikasian satua Bali saat ini sangat minim padahal satua Bali merupakan warisan leluhur yang patut dijaga dan dilestarikan keberadaannya mengingat nilai–nilai moral yang terkandung didalam satua Bali ini sangat baik dalam pembentukan karakter anak serta dapat pula menanamkan rasa penghargaan anak terhadap budaya dan kebiasaan setempat. 

Namun, kehidupan dahulu berbeda dengan sekarang. Di zaman yang serba modern ini, tradisi masatua Bali sudah mulai pudar dan dipastikan akan menjadi kisah lalu. Satua Bali yang dahulu biasanya dibacakan oleh orang tua menjelang anak tidur, namun berbeda dengan kondisi sekarang, dimana para orang tua sangat disibukkan oleh pekerjaan masing – masing sehingga budaya masatua perlahan mulai ditinggalkan. Satua yang merupakan sastra lisan yang menjadi budaya masyarakat Bali khususnya yang disebut dengan sastra tutur yang merupakan cikal bakal berkembang dan lahirnya kehidupan sastra. Sastra lisan dimaksudkan sebagai sastra yang hidup secara lisan, yaitu sastra yang tersebar dalam bentuk tidak tertulis, disampaikan dengan cara lisan dari generasi kegenerasi. Kini dengan adanya kemajuan teknologi, dengan munculnya media-media elektronik seperti televisi dan sejenisnya membuat budaya masatua mulai ditinggalkan. Dengan beralasan media elektronik lebih praktis dan anak-anak lebih menyukai sebab terdapatkeunggulan berupa efek visual.

Tradisi masatua di keluarga biasanya terjadi pada orang tua dengan anak. Tradisi ini dilakukan sebelum si anak tidur atau dengan tujuan membuat anak cepat tidur. Dalam pelaksanaanya orang tua akan meluangkan waktunya untuk memberikan cerita dongeng dan berusahan mengembangkan bahasa atau menyisipkan hal-hal yang lucu supaya si anak menjadi senang dan merasa nyaman. Berkaitan dengan hal tersebut yang menjadi rumusan masalah dalam tulisan ini adalah bagaimana tradisi masatua dilaksanakan dalam keluarga dan kegiatan formal? dan bagaimana bahasa yang digunakan dalam kegiatan masatua? Adapun tujuan dari penulisan ini artikel ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan tadisi masatua dalam keluarga dan kegiatan formal. Di samping itu tujuannya adalah bagaimana bahasa yang digunakan pada kegiatan masatua. 

II. Metode

Di dalam penelitian ini ada tiga permasalahan yang dikaji yakni: (1) Bagaimanakah tradisi masatua baik secara formal maupun non formal; dan (2) Penggunaan sor singgih dalam tradisi mesatua. Maka berdasarkan analisis yang telah dilakukan dapat diketahui dan disimpulkan bahwa: (1) tradisi masatua biasanya dilakukan sebelum si anak tidur yang terjadi pada lingkup keluarga. Masatua dalam kegiatan non formal dalam hal ini di keluarga merupakan kegiatan budaya yang mentradisi. Pada kegiatan formal sudah terjadi kegiatan masatua ini yang sudah dikemas dalam kegiatan pembelajaran. (2) Penggunaan bahasa Bali sangat erat kaitannya dalam tradisi masatua baik secara formal maupun non formal. Ini sangat penting untuk memilih kosa kata atau tingkatan bahasa Bali supaya penggunaanya benar dan bisa dipahami oleh penyimak yaitu si anak dalam keluarga atau siswa dan bahkan orang umum.

III. Pembahasanan

1. Tradisi Masatua

Tradisi masatua biasaanya dilakukan sebelum si anak tidur yang terjadi pada lingkup keluarga. Tetapi kegiatan ini juga bisa kita temukan pada proses pembelajaran di kelas atau di sekolah bahkan pada ajang-ajang yang sifatnya kedinasan. Satu Bali adalah cerita atau dongeng yang menggunakan bahasa Bali sebagai media penymapaiannya.

Menurut Jiwa Atmaja (1988: 14), dalam kaitannya dengan kesusastraan, nilai tidak lain dari persepsi dan pengertian yang diperoleh penyimak melalui karya sastra yang disamakannya. Nilai-nilai yang terkandung yakni nilai agama, nilai filsafat (tattwa), nilai etika (susila), dan nilai upacara (ritual), nilai pendidikan dan nilai sosial. 

a. Masatua Pada Kegiatan Non Formal

Masatua dalam kegiatan non formal dalam hal ini di keluarga merupakan kegiatan budaya yang mentradisi. Tradisi merupakan sesuatu yang diwariskan dari generasi ke generasi. Tradisi masatua sudah ada sejak dahulu. Kegiatan masatua dari orang tua merupakan momen-momen yang ditunggu oleh anak-anak. Momen dimana anak-anak mendapat hiburan dari orang tua mereka, momen dimana anak-anak mengembangkan dunia imajinasi mereka, pun juga kesempatan orang tua untuk mendekatkan diri dengan anak secara emosional. Manfaat yang bisa diberikan dalam kegiatan masatua ini diantaranya:
  1. Meningkatkan kemampuan bicara anak, melalui mendengarkan akan banyak memperoleh kosa kata baru yang akan bias mereka gunakan dalam berkomunikasi nantinya.
  2. Meningkatkan imajinasi anak dengan mencontoh tokoh-tokoh yang berbuat baik dalam dongeng atau satua.
  3. Meningkatkan daya nalar dengan memahami inti cerita, memahami alur cerita dan menarik kesimpulan cerita yang didongengkan.
  4. Melatih daya ingat anak dengan meminta anak untuk menceritakan kembali dongeng yang telah di dengar dengan kata-katanya sendiri.
  5. Dapat mengetahui perasaan dan emosi anak seperti sedih, marah, takut, kecewa, senang, dan sebagainya.
  6. Meningkatkan konsentrasi anak dalam mendengarkan satua. Si anak akan dengan penuh kosentrasi mendengarkan dongeng yang dikemas secara menarik.
  7. Mentransfer nilai-nilai moral atau budi pekerti anak sehingga memiliki kemampuan sehingga dapat membedakan mana yang baik dan buruk. 
Semua manfaat tersebut diperoleh dari kegiatan satua atau dongeng tersebut yang dikemas dengan sangat santai dan dibalut rasa kekeluargaan yang erat. si anak bisa bertanya langsung kepada orang tuanya jika ada kata-kata yang sulit dipahami. Mungkin saja orang tuanya sedang bercerita si anak langsung menyela karena rasa ingin tahunya yang tinggi. Bahkan bisa saja si anak mengatur orang tuanya dengan memilih satua atau dongeng yang disukai. Jadi kegiatan yang dilakukan secara turun temurun akan kan menjadi sebuah kebiasaa atau tradisi. 

2. Masatua Kegiatan Formal

Pada kegiatan formal sudah terjadi kegiatan masatua ini yang sudah dikemas dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang dimaksud sudah terjadwal dan sesuai dengan kurikulum yang sudah ditentukan. Yang berperan penting disini adalah peran seorang guru khususnya guru bahasa Bali. Jadi guru bahasa Bali sudah mengkemas pembelajaran bahasa Bali yang berisi masatua dalam bentuk sebuah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Masatua ini bias diberikan pada tahap apersepsi yaitu di awal sebelum pembelajaran inti dimulai atau pada pembelajaran inti yang berisi materi satua Bali. Prosesnya adalah guru akan masatua atau mendongeng di depan kelas dan siswa akan menyimak dengan seksama. Pada kegiatan ini gru akan menyisipkan lelucon yang bias menarik siswa untuk senang belajar bahasa Bali. Selain itu akan diisi sesi Tanya jawab tentang isi satua atau kosa kata yang dianggap sulit oleh siswa. Secara otomatis dan langsung pembelajaran bahasa sudah terjadi dengan sendirinya.

Selain di kelas, kegiatan masatua terjadi pada ajang tahunan yang dikemas dalam kegiatan Porsenijar oleh dinas pendidikan. Pada kegiatan ini yang masatua atau mendongen itu adalah siswa yang diambil dari kelas tiga sampai enam karena siswa pada tingkat ini dianggap sudah memiliki kosa kata bahasa Bali yang lebih. Siswa-siswa yang akan dilatih terlebih dahulu temtang tata cara pembawaan satua oleh guru pembina yang dalam hal ini adalah guru bahasa Bali. Pembinaan dilakukan mulai dari penguasaan kosa kata dan improvisasinya sesuai kreativitas siswa, wiraga atau gerak gerak tubuh yang sesuai dengan latar atau kondisi, wirasa atau ekspresi yang dibawakan sesuai dengan tokoh atau pemeran dalam satua tersebut. Berikut adalah salah satu kutipan teks satua yang dilombakan dalam ajang porsenijar. 

I Kasiapa Kepuh

Om Swastiastu
Para dewan juri sane baktinin titiang
Para diaksa miwah uleman sane wangiag titiang
Para pamilet pacentokan sane tresna sihin titiang 

Eh timpal-timpal maije malu demen masatua?amun demen pirengang gih!

Eh timpal-timpal nawang punyan kepuh?punyan kepuhe ento tongosne di tegale,punyane gede ,tegeh turmananing bek misi mentul-mentul di punyane cara nyonyo......! 

Nah timpal-timpal ajak makejang jani dingehang satuane gih! Ada kone katuturan satua I kasiapa Kepuh. 

Katuturan ada kone I Kasiapa Kepuh, ane mentik di tegale linggah, punyane gede turmaning tegeh ngalik nyujus langit.carangnyane i par ngarem puyak sakewala gobanyane layu dudus,awak nyane telah metatu turmaning don nyane ligir. 

Kaceritayang di carangnyane i kasiapa kepuh liu ada kedis ane ngetis turmaning masebun ditu luiri:goak,nawang goak?awak ne gede,bulune selem turminyine:gok....gok....gok,ditu masih ada kedis blatuk,nawang blatuk?ane munyine kene to apa tok....tok....tok,keto...!ditu ada masi kedis kukur,tuu-tuu,jelatik,sang sia,miwah sane lianan. 

Sedek dina anu masan panes mapi I kasiapa kepuh sedih turmaning nyelselin padewekane: 

Lacur titiang manu madi, Nyrewedi mana di taru, Wenten manten ne nyengkalen,Tan luputin panca baya.Uduh ratu sang hyang bparama kawi,napi puaran titiange maurip,dados setate manggihin kebiah paran,tan surud-surud i manusa nunjel,mabak,nyakitin padewekan titiange ratu suryanin titiangring dija minab kirang pangubaktin titiange. 

Keto pariselselne I kasiapa kepuh sekan caning kedis ane ada ditu pada kapiolasan teken i kasiapa kepuh ditu lantas I goak mapajar!ih cai kasiapa kepuh suud monto cai maselselan,jani wake sumanggup nulungin paukudan caine. 

Keto munyine goak turmaning masaut I kasiapa kepuh:duh cai goak.....,tulu sang pesan nyen legan caine teken wake!buin mani yen nyak sadia wake seger kadi jati mula,wake tusing ngengsapang pitresne caine!keto pesautnyane I kasiapa kepuh. 

Eh.....eh.....to dadi bengong!nyanan mati siap seleme!engken tugtugan mesatuane?nah lamun keto dingehan geh 

Gelisin satua enggal jani I goak nyadia nulungin i kasiapa kepuh,ditu ia ngalih sakancang bangke ane berek luir ipun tendas,batis,basang tur kakeberang kagantung di carang I kasiapa kepuh.benyehnyane paketeltel ulung katanahe 

Buin manine sedek tengai tepete I rare angon pada ngungsi bongkol I kasiapa kepuh bakal ngetis tengkejut i pun ningalin bek ada bebangkaan paseranting turmaning mabo bengu!sami pada nekep cunguh tur wek.......wek.......wek kautah-utah tumuli malaib sasukar ento tusing ada manusa ane bani majelawatan,turmaning ngetis ditu.makelo-kelo rob punyannyane I kasiapa kepuh,carangnyane ngerempayak turmaning donyane ngerimbun. 

Caritayang jani I goak mapajar teken I kasiapa kepuh!ih cai I kasiapa kepuh jani wake bakal masebun tur maning mataluh dini pangidih wakene apange cai nyaga taluh wakene apang tusing kanti amaha teken I lelipi!masaut I kasiapa kepuh!ih cai goak eda cai sumanangsaya tekening wake,wake sumanggup nyaga taluh lan pianak caine!keto pesautnyane I kasiapa kepuh. 

We.....we to dadi kiap adi megadang ibi sanja? pasti mabalih sule kanti peteng!enken tugtugang tiang mesatuane? nah men keto jani tugtugang tiang mesatuane! 

edek dina anu ada kone lelipi ane bedak, layah nuut punyane I kasiapa kepuh,turmaning malilit di carangne,laut matakon! 

Ih iba kasiapa kepuh nyen ento ngelah taluh ajak panake ane ada di sebune ento?masaut I kasiapa kepuh!ene taluh I goak!masaut biin I lelipi nah amun keto luwungan taluhe ne baang i cang,sedeng luwunge basang i cange layah!masaut buin I kasiapa kepuh da......da......da juange taluhne I goak nyanan i cang salahange teken I goak ......karane i pidan Ia suba nulungin I cang!keto sautne I kasiapa kepuh ngejer!

I lelipi kedek ngakak...kok...kok...kok...kok!Ih iba kasiapa kepuh yen ibe tusing ngemaang taluhe ne!sing buungan iba lakar geseng wake kanti dadi abu!apang cai nawang !kai ne suba banas pati raja!yen cai maang kai amah-amahan ane jani!pitresnan ibane lakar wales kai baan pitresnan aidupan!turmaning bakal gebag kai kayang kawekas.reh kai luwining mawisesa tan patanding dijagate.buine tusing sedeng cai masawitra teken I kedis goak!reh ia mula kedis nista joh pesan tandingane teken kawisesan kaine. 

Mara keto munyine I lelipi kapineh baan ipun I kasiapa kepuh!yen keto luwungan masawitra ngajak I lelipi bandingan teken I goak! 

Kacerita jani I lelipi suba masawitra ngajak I kasiapa kepuh turmaning ditu kaserahang makejang taluh I goak kanti kapanaknyane teken I lelipi turmaning lantas amaha!lege pesan kenehnyane I lelipi maan tetedan. 

Sedek dina anu I goak teke maincegang di carang I kasiapa kepuh ditu Ia tengkejut nepukin sebunyane uug, taluh lan pianaknyane telah! ngencolang ipun matakon !ih cai I kasiapa kepuh nguda sebun wakene uug turmaning taluh lan pianak wakene telah? 

Masaut I kasiapa kepuh:ih iba goak apang iba nawang unduk sebun ibane uug,taluh lan pianak ibene amaha teken I lelipi wake ane ngemaang! 

Wake sing suka mesawitra teken buron nista buka iba!jani wake suba ngelah sawitra I lelipi,ane sakti mawisesa turmaning tusing ada nandingin di jagate! 

Keto pesautnyane I kasiapa kepuh ditu lantas I goak masaut bangras:ih iba I kasiapa kepuh dadi ati iba nguluk-nguluk wake!uli kebe ban iba ngawales pitrasna wake!sakewala de nen iba marasa kendel di kenehe!sakewala ingetang pesan nah sekancan sang manumadi tan luput tekenin karmapala ala ulah ala tinemu ayu kinar di ayu pinangih!yen luung pareilaksanan caine luung ane tepukin cai jani jele pari laksanan caine sinah kaseng kalan ane bakal tepukin cai!keto pemadbadne I goak teken I kasiapa kepuh turmaning ipun makeber ngalih tongos masebun di punyan kyune ane lenan. 

Ceriyang mangkin ring puri wanwadesa!ida sang prabu mangsalia sedeng ngawentenang paperuman,sane maosang indik pikobete sane nibeni panjak.indik ipun I lelipi gede sane maumah dibonkol I kasiapa kepuh sane setate mencanen I manusa miwah buron sane upapira. Ring paparuman punika sampun ka sungkemin jagi pacang ngematiang I lelipi punika antuk nuljel umahnyane. 

Gelisin satua enggal suba panamaya galah ida sang prabu kairing baan bau danda tandamantri, sareng i panjak sampun seregep sarwa senjata miwah saang ngungsi genahnyane I lelipi!sesampune rauh irika I kasiapa kepuh ke iter olih I panjak!saangnyane kadugdugin turmaning kegenahan ngiterin bongkol I kasiapa kepuh laut kanyitin!apine mengabar-abar murub sayan sue sayan ngedenan,turmaning ngamedalang panes bara!I lelipi dengak-dengok di guokne kepanesan tusing nyidayang pesu,pemutputne ipun mati. 

Di subane I lelipi mati ida sang prabu nitahang panjakne apang ngebah I kasiapa kepuh apang tusing ada buin lelipi ane maumah ditu.ditu lantas panjake sami ngandik turmaning ngebah I kasiapa kepuh!pemutputne I kasiapa kepuh ngemasin mati. 

Inggih wantah kadi asapunika satuanyane I kasiapa kepuh mungguingsuu semahnyane satuane punika: 

Kapertama:pineh-pinehin malu satonde malaksana!eda kadropon ngugu munyin anak ane ngeranayang i raga nemu sengkala. 

Kaping kalih:sesamen maurip i raga patut bisa saling asah,asih,asuh paras,paros salunglung sabayan taka. 

Kaping tiga :i raga patut bisa miara tur ngupepira sarwa sane wenten ring jagate mangda gumanti presida lestari. 

Eh timpal-timpal ajak makejang engken satuane luung?nah jani kanggoang amonto dogan malu tiang masatua.ingetang denyen timpal-timpal ngengsapang malajah gih. Goak Mamaling Kuud, Satwa Bawak Suba Suud 

Om santi....santi.....santi om 

3. Penggunaan Bahasa Bali dalam Tradisi Masatua

Penggunaan bahasa Bali sangat erat kaitannya dalam tradisi masatua baik secara formal maupun non formal. Ini sangat penting untuk memilih kosa kata atau tingkatan bahasa Bali supaya penggunaanya benar dan bisa dipahami oleh penyimak yaitu si anak dalam keluarga atau siswa dan bahkan orang umum pada ajang kegiatan formal yang sifatnya kedinasan. Dalam keluarga bahasa ini harus diperhatikan melihat kemampuan si anak dalam memahami bahasa. Dalam ajang lomba yang sifatnya formal tentu ini sangat penting sekali berkaitan dengan kriteria penilaian dalam lomba. Dari teks satua di atas dapat di kelompokkan tingkatan bahasa Bali yang digunakan dalam penyampaian satua yang berjudul “ I Kasiapa Kepuh”. 

a. Kata Alus (Kruna Alus)

Kata alus (Kruna alus) berdasarkan rasa bahasanya dapat dibedakan juga menjadi empat, yaitu: (a) kata alus singgih; (b) kata alus madia; (c) kata alus mider; dan (d) kata alus sor.

1) Kata Alus Singgih
Contohnya: Ida, suryanin, maosang

2) Kata Alus Madia
Contohnya: tan

3) Kata Alus Mider
Contohnya : galah, ngawentenang, jagate, maurip, dados, masawitra, kirang, rauh dan sebagainya

4) Kata Alus Sor
Contohnya : mapajar, titiang, padewekan, ipun, 

b. Kata Mider (Kruna Mider)
 
Kata mider adalah kata yang rasa bahasanya netral. Maksudnya kata-kata mider tidak memiliki rasa bahasa yang berbeda, sehingga dalam pemakaiannya tidak memiliki bentuk yang lain.
Contohnya : sekancan, kagantung, carang, paketeltel, layu, masebun dan sebagainya

c. Kata Andap (Kruna Andap)

Kata andap digunakan dalam berbicara antar seseorang yang telah akrab, yang bersifat kekeluargaan antara sesama wangsa, dan juga apabila golongan atas berbicara dengan golongan bawah.
Contohnya : misi, punyan, liu, kedis, nawang, gede, ditu, munyine dan sebagainya

d. Kata Kasar (Kruna Kasar)

Kata kasar adalah kata yang rasa bahasanya kasar. Kata-kata kasar digunakan terutama dalam keadaan atau kondisi marah atau jengkel, sehingga sering digunakan dalam bertengkar, dalam bercacimaki.
Contohnya: Wake, iba

Dari beberapa contoh-contoh kosa kata dalam satua “ I Kasiapa Kepuh” bias dilihat tingkatan bahasa yang secara langsung mapun tidak langsung ditransfer dari orang tua, guru, atau siswa kepada sinak dalam keluarga, siswa di sekolah, dan siswa atau orang umum pada jang kegiatan tertentu. 

IV. Kesimpulan

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa tradisi masatua biasanya dilakukan sebelum si anak tidur yang terjadi pada lingkup keluarga. Masatua dalam kegiatan non formal dalam hal ini di keluarga merupakan kegiatan budaya yang mentradisi. Pada kegiatan formal sudah terjadi kegiatan masatua ini yang sudah dikemas dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang dimaksud sudah terjadwal dan sesuai dengan kurikulum yang sudah ditentukan. Yang berperan penting disini adalah peran seorang guru khususnya guru bahasa Bali. Selain di kelas. Selain di kelas, kegiatan masatua terjadi pada ajang tahunan yang dikemas dalam kegiatan Porsenijar oleh dinas pendidikan. Pada kegiatan ini yang masatua atau mendongeng itu adalah siswa yang diambil dari kelas tiga sampai enam karena siswa pada tingkat ini dianggap sudah memiliki kosa kata bahasa Bali yang lebih.

Penggunaan bahasa Bali sangat erat kaitannya dalam tradisi masatua baik secara formal maupun non formal. Ini sangat penting untuk memilih kosa kata atau tingkatan bahasa Bali supaya penggunaanya benar dan bisa dipahami oleh penyimak yaitu si anak dalam keluarga atau siswa dan bahkan orang umum. Penggunaan tingkatan bahasa pada satua “ I Kasiapa Kepuh” yaitu: kruna Alus yang yang terdiri dari alus singgih, alus sor, alus madia, alus mider; kruna Mider, kruna Andap, dan kruna Kasar. 

Masatua sebagai Salah Satu Kearifan Lokal Bali Untuk Melestarikan Bahasa Bali
Oleh: I Dewa Agung Made Candrakusuma
UHN IGB Sugriwa Denpasar

Related Posts

0 Response to "Masatua sebagai Salah Satu Kearifan Lokal Bali Untuk Melestarikan Bahasa Bali"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel