Analisis Swot Konsep Dasar Filsafat Idealisme Implikasi Dan Aplikasi Dalam Pendidikan
Thursday, November 25, 2021
Add Comment
MUTIARAHINDU.COM -- Analisis Swot Konsep Dasar Filsafat Idealisme Implikasi Dan Aplikasi Dalam Pendidikan. Keberadaan idea tampak dalam wujud lahiriah, tetapi gambaran yang asli hanya dapat dipotret oleh jiwa murni. Alam dalam pandangan idealisme adalah gambaran dari dunia idea, sebab posisinya tidak menetap. Sedangkan yang dimaksud dengan idea mutlak, tidak bisa dijangkau oleh material. Pada kenyataannya, idea digambarkan dengan dunia yang berbentuk demikian jiwa bertempat di dalam dunia yang tidak bertubuh yang dikatakan dunia idea.
Inti yang terpenting dari ajaran ini adalah manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga dan lebih tinggi dibandingkan dengan materi baik kehidupan manusia. Roh itu pada dasarnya dianggap suatu hakikat yang sebenarnya, sehingga benda atau materi disebut sebagai penjelmaan dari roh atau sukma. Pokok utama yang diajukan oleh idealisme adalah jiwa mempunyai kedudukan yang utama dalam alam semesta.
Idealisme adalah filsafat Barat yang sangat berpengaruh di abad ke-19 dalam pencaturan pemikiran. Salah satu tokoh yang sangat berpengaruh adalah Hegel. Hegel mengatakan realitas yang sesungguhnya adalah jiwa. Jiwa itu adalah inti dari keberadaan dunia ini, sedangkan pikiran manusia menjadi penentu sebuah kenenaran, karena indra tidak mampu secara langsung memahami seluruh idealitas, maka dari itu menurut filosuf idealisme cara untuk bisa mengetahui kebenaran adalah intuisi, pernyataan atau wahyu, dan rasio.
II. PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Filsafat Idealisme
Pokok-pokok pikiran dari filafat idealisme meliputi :
1. Pengetahuan Spiritual
Secara absolut kenyataan yang sebenarnya adalah pengetahuan spiritual dan rohaniah. Suatu pandangan dunia atau metafisik yang mengatakan bahwa realita dasar terdiri atas, sangat erat hubungannya dengan ide, pikiran atau jiwa. Dunia mempunyai arti yang berlainan dari apa yang tampak pada permukaannya. Dunia dipahami dan ditafsirkan oleh penyelidikan tentang hukumhukum pikiran dan kesadaran, dan tidak hanya oleh metoda ilmu obyektif semata-mata.
Alam diciptakan oleh Tuhan, Aku yang Maha Tinggi dalam masyarakat individu. Jiwa yang tertinggi mengekspresikan dirinya dalam dunia material dari atom dan dalam jiwa-jiwa yang sadar yang timbul pada tahap-tahap tertentu dari proses alam. Terdapat suatu masyarakat person atau akuaku yang ada hubungannya dengan personalitas tertinggi. Nilai-nilai moral dan spiritual diperkuat oleh jiwa kreatif personal, dan jiwa mempunyai hubungan dengan segala sesuatu. Personalisme bersifat theistic (percaya adanya Tuhan), yang memberi dasar metafisik kepada agama dan etika. Kehidupan manusia di atur oleh kewajibankewajiban moral yang diturunkan dari pendapat tentang kenyataan atau metafisika.
Jika dikaitkan bahwa benda-benda itu ada ketika benda-benda itu tidak terlihat dan jika percaya kepada wujud yang terdiri dari dunia luar, Berkeley menjawab bahwa ketertiban dan konsisten alam adalah riil disebabkan oleh akal yang aktif yaitu akal Tuhan, akal yang tertinggi, adalah pencipta dan pengatur alam. Kehendak Tuhan adalah hukum alam. Tuhan menentukan urutan dan susunan ide-ide.
2. Hakikat Realita
Bagi penganut idealisme, realitas ditemukan dari suatu substansi fundamental yang sifatnya non material yaitu pikiran/ spirit/ roh. Bendabenda yang bersifat material yang tampak nyata, sesunguhnya ditentukan dari pikiran/ jiwa/ roh. Idealisme mengatakan bahwa realitas terdiri atas ide-ide, pikiran-pikiran, akal (mind) atau jiwa (selves) dan bukan benda material dan kekuatan, idealisme menekankan mind sebagai hal yang lebih dahulu daripada materi.
Jika materialism mengatakan bahwa materi adalah riil dan akal (mind) adalah fenomena yang menyertainya, maka idealisme mengatakan bahwa akal itulah yang riil dan materi adalah produk sampingan. Dengan begitu maka idealisme mengandung pengingkaran bahwa dunia ini pada dasarnya adalah sebuah mesin besar dan harus ditafsirkan sebagai materi, mekanisme atau kekuatan saja. Kekuatan-kekuatan spiritual (non material) menentukan proses alam.
Idealisme subyektif diwakili oleh George Barkeley (1685-1753), seorang filosof dari Irlandia. Ia lebih suka menamakan filsafatnya dengan immaterialisme. Menurutnya, hanya akal dan ide-idenyalah yang ada. Ia mengatakan bahwa ide itu ada dan dia dipersepsikan oleh suatu akal. Baginya ide adalah ‘esse est perzipi’ (ada berarti dipersepsikan). Tetapi akal itu sendiri tidak perlu dipersepsikan agar dapat berada. Akal adalah yang melakukan persepsi. Segala yang riil adalah akal yang sadar atau suatu persepsi atau ide yang dimiliki oleh akal tersebut.
3. Hakikat Manusia
Pandangan umum yang disepakati oleh para filosof yaitu, jiwa (soul), manusia adalah unsur yang paling penting dalam hidup. Manusia hakikatnya bersifat spiritual/ kejiwaan, menurut Plato setiap manusia memiliki tiga bagian jiwa yaitu, nous (akal pikiran) yang merupaka bagian rasional, thumos (semangat atau keberanian), dan epithumia (keinginan, kebutuhan, atau napsu). Dari ketiga bagian jiwa tersebut akan muncul mana yang dominan.
Idealisme personal atau personalisme muncul sebagai protes terhadap materialism mekanik dan idealisme monistik. Bagi seorang personalis, realitis dasar itu bukannya pemikiran yang abstrak atau proses pemikiran yang khusus, akan tetapi seseorang, suatu jiwa atau seorang pemikir. Realitas itu termasuk dalam personalitas yang sadar. Jiwa (self) adalah suatu kehidupan yang tak dapat diperkecil lagi, dan hanya dapat dibagi dengan cara abstraksi yang palsu. Kelompok personalis berpendapat bahwa perkembangan terakhir dalam sains modern, termasuk di dalamnya formulasi teori realitas dan pengakuan yang selalu bertambah terhadap ‘tempat berpijaknya si pengamat’ telah memperkuat sikap mereka. Realitas adalah suatu sistem jiwa personal, oleh karena itu realitas bersifat pluralistik. Kelompok personalis menekankan realitas dan harga diri orang-orang, nilai moral dan kemerdekaan manusia. Jadi hakikatnya manusia bukanlah badanya, melainkan jiwa/ spiritnya, manusia adalah mahluk berpikir, mampu memilih atau mahluk yang memiliki kebebasan hidup dengan suatu aturan moral yang jelas dan bertujuan.
B. Analisis SWOT
Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat) atau dalam bahasa indonesia yaitu Analisis KE KE PAN (Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman), adalah suatu kajian terhadap akar permasalahan sesuia dengan konteknya. Dalam uraian ini akan memaparkan analisi SWOT terhadap konsep filsafat idealisme.
1. Analisis SWOT : Pengetahuan Spiritual - Kekuatan
Pengetahuan spiritual secara inplisit sudah tersurat pada kitab suci dari semua agama yang dimulai di Indonesia sebagai dasar kekuatan yang mendukung. Juga terdapat pada perundang-undangan, yaitu :
TAP MPR NO.IV/MPR/1999, tentang GBHN Bab IV Huruf D mengenai agama butir 1 :
a. Menetapkan fungsi, peran dan kedudukan agama sebagai landasan moral, spiritual dan etika dalam penyelenggaraa negara. Perundang-undangan tidak bertentangan dengan moral agama.
b. Meningkatkan jaminan kesejahteraan tenaga kependidikan sehingga mampu berfungsi secara optimal terutama dalam meningkatkan pendidikan watak dan budi pekerti agar dapat mengembalikan wibawa lembaga dan tenaga.
UU No. 2/1989 Penjelasan Pasal 39 ayat (2) : menyatakan bahwa pendidikan pancasila mengarahkan perhatian pada moral yang diharapan diwujudkan ke dalam kehidupan sehari-hari.
- Kelemahan
Kelemahan yang muncul dalam menerapkan pengetahuan spiritual yang sarat dengan nilai-nilai moral dan budi pekerti diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Pemerintah melalui lembaga-lembaga yang terkait (lembaga-lembaga agama) belum optimal dalam upaya menginternal isasi nilai-nilai agama/ spiritual/ moral dan budi pekerti pada semua generasi.
b. Era globalisasi dengan tingkat kemajuan teknologi informasi yang sangat cepat, dunia menjadi tanpa batas ruang dan waktu. Individu yang hidup di era globalisasi menjadi tahu segalanya. Pengetahuan spiritual yang bersifat dogmatis tanpa ada penjelasan secara rasional atau bahkan semakin membuat masyarakat merasa terhegenomi akibat agama dasar akan semakin ditinggal sehingga akan berpengaruh terhadap batas-batas moral semakin tipis.
c. Teladan atau penutan para birokrat atau para politisi dan juga pendidik atau orang tua terasa semakin berkurang. Perilaku mereka yang melanggar moral menjadi tontonan generasi muda dan masyarakat umum. Hal ini menjadi titik lemah yang cukup fatal bagi usaha untuk menanamkan nilai-nilai spiritual baik di sekolah maupun di rumah.
- Peluang
Peluang yang diharapkan dapat digunakan dalam rangka mengatasi akan kesulitan masyarakat untuk memahami nilai-nilai spiritual atau nilai-nilai kebenaran absolut yang turun dari wahyu Tuhan, saat ini masyarakat sudah mulai muncul kesadaran kolektif untuk memahami nilai-nilai agama sesuai dengan pengetahuan dan pengalamannya masing-masing seperti misalnya :
a. Khususnya masyarakat yang beragama Hindu di Bali mulai membentuk kelompok-kelompok spiritual baru untuk mengisi kehausan religiusnya, terutama bentuk keagamaan yang datang dari India, karena secara faktual India tempat lahirnya agama Hindu. Sebagai contoh masuknya sampradaya misalnya dengan bhajan, agni hotra dan yang lainnya.
b. Para orang tua sudah mulai menanamkan nilai-nilai agama sejak usia dini, pembentukan moral sejak dini akan membawa dengan positif bagi perkembangan jiwa anak hingga dewasa.
c. Pemerintah khususnya melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengambil kebijakan menambah jam belajar mata pelajaran agama dari 2 jam menjadi 4 jam setiap minggu.
Tantangan
Tantangan yang akan menghadang dalam upaya menanamkan nilai-nilai atau pengetahuan spiritual antara lain sebagai berikut :
a. Arus globalisasi dengan teknologinya yang berkembang pesat merupakan tantangan tersendiri di mana informasi baik positif maupun negatif dapat langsung diakses dalam kamar atau rumah. Tanpa adanya bekal yang kuat dalam penanaman agama (yang telah tercakup di dalamnya nilai moral dan budi pekerti) dan itu akan berdampak negatif jika tidak disaring dengan benar.
b. Moral para pejabat/ birokrat yang memang sudah amat melekat seperti “koruptor”, curang tidaj jujur, tidak peduli pada kesusahan orang lain, dan lain-lain, ikut menjadi tantangan tersendiri karena bila mengeluarkan kebijakan, diragukan ketulusan dan keseriusannya mengimplementasikan secra benar.
c. Kurikulum sekolah yang terus dan cepat berubah berpengaruh pada kesiapan guru dan tidak semua guru memiliki kemampuan untuk mengaplikasikannya.
d. Para orang tua subuk mengejar materi dan karir sehingga kurang memiliki waktu untuk menjadi teladan/ panutan berprilaku baik di mata putra-putrinya.
1. Analisis SWOT : Hakikat Realita
- Kekuatan
Paham ini mengajarkan bahwa ada yang sesungguhnya berada di dunia ide dan oleh Friedriech Hegel bahwa segala sesuatu yang ada adalah bentuk dari suatu pikiran. Bangsa Indonesia memiliki lambang Negara yaitu Garuda Pancasila yang bagian pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, hal ini menggambarkan bahwa manusia Indonesia mengakui bahwa yang tidak tampak/ ide yang mengatur semua kehidupan di muka bumi, maka ada itu disebut Tuhan karena akal yang aktif itu adalah Tuhan.
- Kelemahan
Kelemahan-kelemahan bakal timbul bagi indvidu atau kelompok penguasa dan pengusaha yang rakus dan serakah selalu berambisi untuk menguasai manusia dengan segala isi alam ini, sehingga terjadi eksploitasi alam dengan berkedok reklamasi tanpa memperdulikan kerusakan alam karena mereka tidak percaya dengan hukum alam (hakikat realita) yang terpenting dapat berkuasa dan mengatur segala isi bumi ini.
- Peluang
Pada dasarnya peluang untuk menyadarkan individu atau kelompok masyarakat di era ini adalah dengan meningkatkan kesadaran masyarakat melalui lembaga pendidikan baik formal, informal dan nonformal sebagaimana :
a. Pemerintah Indonesia melalui Mendikbud gencar untuk membantu masyarakat menyelesaikan wajib belajar 9 tahun.
b. Memberdayakan masyarakat atau generasi muda untuk memiliki keterampilan vokasional dan dilanjutkan dengan memberi kemudahan pinjaman lunak melalui KUR/ UKM.
c. Memberi prioritas pembangunan infrastruktur di wilayah Indonesia Timur.
- Tantangan
Tantangan yang membentang luas justru pada level implementasi. Kita masih saja merasa was-was kalau-kalau rencana baik dan manis yang telah digariskan hanya sebatas wacana, tidak sampai implementasi, kalapun ada implementasi dikhawatirkan terjadi kebocoran di mana-mana sehingga pada akhirnya kebijakan yang diharapkan dapat mengalir hingga taget group, kenyataannya hanya menetes saja.
2. Analisis SWOT : Hakikat Manusia
- Kekuatan : Manusia Indonesia Multikultur
Manusia adalah mahluk berpikir atau mahluk cerdas, mahluk sosial dan mahluk alam yang sekaligus sebagai mahluk Tuhan atau disebut mahluk religious/ mahluk spiritual.
Sumber daya manusia Indonesia sangat melimpah dan cerdas-cerdas serta sehat baik pisik maupun menlat, hal ini merupakan modal/ asset besar bagi bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia maju sangat ditentukan oleh keberhasilan pendidikan berkarakter dalam upaya mewujudkan visi Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP Tahun 2005- 2015)
- Kelemahan
a. Masih ada para pendidik baik guru maupun dosen yang belum sepenuhnya berusaha mengisi ketertinggalan iptek baik penguasaan materi ajar, metode, strategi belajar dan pembelajaran sehngga mencerminkan pendidikan yang kurang professional.
b. Orang tua, guru, pemerintah dan masyarakat masih mengejar materi dan karir dan mengabaikan tugas personalnya untuk membantu mengembangkan generasi muda yang berkarakter.
c. Kurikulum pendidikan dasar dan menengah serta di perguruan tinggi sampai saat ini masih berubahubah mencari bentuk yang pasti. Hal ini menambah semakin bingung para guru/ dosen sehingga berimbas terhadap aspek penguasaan dan implementasinya sulit mencapai target yang diharapkan.
- Peluang
a. Kesadaran para orang tua akan dampak negatif dari era globalisasi, sehingga mereka mulai meluangkan waktu untuk keluarga, khususnya waktunya lehih banyak untuk mendampingi putra-putrinya agar terhindar dari kenakalan remaja.
b. Pemerintah (Mendikbud) mulai menyederhanakan pemberlakuan pembuatan kurikulum 2013 dengan menekankan pendidikan karakter agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan.
c. Secara intensif pemerintah Indonesia melalui lembaga terkait (lembaga hukum, kepolisian, TNI, KPK, dan lain-lain), serempak menegakkan keadilan untuk mewujudkan masyarakat yang adil, damai, dan makmur.
- Tantangan
a. Gaya hidup sebagaian masyarakat dengan gaya hidup hedonisme dan konsumerisme membuat individu atau kelompok lebih menonjolkan penampilan hura-hura yang serba instan dengan mengabaikan nilainilai etika, moral dan hukum.
b. Sistem penerimaan siswa/ mahasiswa baru di sebagaian jenjang pendidikan masih nampak sekolah menuntut uang sumbangan orang tua dengan berbagai istilahnya dengan mengabaikan bakat, minat, potensi atau kemampuan anak sehingga akan berdampak kurang baik terhadap motivasi atau semangat belajar anak.
c. Belum semua lembaga pendidikan negeri dan swasta memiliki sarana dan prasarana memadai yang mendukung proses belajar dan pembelajaran. Hal ini akan berpengaruh terhadap implementasi sistem evaluasi ujian nasional berintegritas.
d. Para oknum atau kelompok yang merasa dirugikan akibat penegakan hukum membabi buta, berontak melawan, agar tidak menimbulkan kekacauan dan mengganggu kesetabilan di masyarakat, maka diperlukan kerjasama dari semua lapisan masyarakat.
A. Implikasi Dalam Pendidikan
1. Tujuan pendidikan
a. Penjabaran tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan yang berkaitan dengan hakikat manusia sebagai mahluk yang mengagungkan ide ilahi yang universal sehingga pendidikan mampu menyadarkan dan menumbuhkan hakikat keutamaan hidup untuk selalu menjaga keharmonisan.
b. Penjabaran tujuan pendidikan idealisme agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulya, serta keterampilan yang diperlukan nuntuk dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
2. Kurikulum Pendidikan
Kurikulum pendidikan idealisme mengajarkan untuk muatan materi pelajaran yang seimbang antara pengembangan kemampuan/ kecerdasan rasional atau kecerdasan intelektual dan kecerdasan moral. Demikian juga diberikan materi pelajaran untuk pengembangan vokasional sebagai keterampilan di dunia kerja dan sebaiknya sudah mulai di kembangkan pada kurikulum pendidikan menengah dan pengala man harus lebih banyak dari pada pengajaran yang text-book.
3. Strategi Dan Metode Dalam Pendidikan
Dalam proses belajar dan pembelajaran filsafat idealisme memberi gambaran bahwa untuk tercapainya tujuan pendidikan tidak ada satu-satunya cara yang dominan, artinya kemampuan menggunakan metode pembelajaran dengan cerdas akan mampu membangkitkan semangat siswa untuk menambah wawasan, mendorong siswa lebih melatih keterampilan-keterampilan berpikir lagis, meningkatkan minat terhadap isi materi pelajaran, dan mendorong siswa untuk menerima nilainilai peradaban manusia, menumbuhkan jiwa-jiwa insan yang rela mengorbankan diri melalui ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
a. Peran Guru
Pemikiran filsafat idealisme yang menganggap peserta didik merupakan mahluk spiritual dengan segala kelebihan dan keterbatasannya masing-masing, sehingga guru senantiasa berusaha untuk lebih memahami kondisi siswa dengan pendekatan individual, menjadi pribadi yang komonikatif dan mengembangkan sikap demokratis sebagai implementasi guru yang professional.
b. Peran Siswa
Bagi aliran idealisme anak didik itu unik, memiliki ciri khas pribadi tersendiri bagi mahluk spiritual, sehingga perilaku mereka merupakan ekspresi dari keyakinannya sebagai pusat utama pengalaman pribadinya sebagai mahluk spiritual dan bagian dari alam semesta. Peserta didik adalah faktor utama sebuah pendidikan, mereka akan menjadi orang yang berkualitas sangat tergantung dari kualitas guru dan sarana prasarana yang disediakan berkualitas.
B. Aplikasi Dalam Pendidikan (Penutup)
a. Untuk aplikasi konsep dasar filsafat idealisme yang terkait dengan pengetahuan spiritual menekankan bahwa personalisme bersifat theistic (percaya adanya Tuhan) yang memberi dasar metafisik kepada agama dan etika, sehingga konsep ini tepat diaplikasikan pada proses pembelajaran agama, agama lebih menekankan pada memberi kesempatan peserta didik untuk menjalani atau terjun langsung di lingkungan sosial masyarakat untuk peduli dengan sesama, menjaga kebersihan lingkungan alam baik berupa praktek memilah dan mendaur ulang sampah, peduli korban bencana alam dan menyadari bahwa kita semua adalah besaudara, maka para siswa terlatih dan terbiasa untuk mengendalikan diri, sehingga tercipta karakter luhur dan berkualitas.
b. Aplikasi yang terkait dengan konsep hakikat realita idealisme menekankan bahwa akal yang aktif adalah akal Tuhan, akal yang tertinggi adalah pencipta dan pengatur alam, sehingga bagaimanapun pintar dan hebatnya manusia maka ia harus tunduk pada hukum alam. Hal ini dapat diaplikasikan pada pembelajaran tentang Ilmu Budaya Dasar dan Ilmu Alomiah Dasar. Dari dua materi pembelajaran ini memberi wawasan yang menambah kecerdasan mahasiswa untuk menjaga nilainilai budaya yang tercermin dari kearifan lokal dari masing-masing budaya daerah, sehingga dapat menjaga dan melestarikan lingkungan alam dari para investor yang cenderung mengeksploitasi alam untuk meraup keuntungan yang besar tanpa mengindahkan dampak kerusakan alam yang terjadi.
c. Untuk aplikasi konsep hakikat manusia dari filsafat idealisme bahwa manusia adalah makhluk sosia-spiritual yang cerdas, maka untuk memajukan dunia pendidikan diawali dari proses perekrutan tenaga guru sebaiknya diambil dari para lulusan master yang menduduki peringkat ke-10 besar di universitas. Fakta ini membuktikan guru yang cerdas dan memiliki integritas yang luas maka mereka akan melahirkan generasi yang berkarakter disiplin, jujur dan bertanggung jawab.
Judul: Analisis Swot Konsep Dasar Filsafat Idealisme Implikasi Dan Aplikasi Dalam Pendidikan
Oleh : I Gusti Ayu Suasthi
Dari: Dosen Fakultas Pendidikan Agama Dan Seni Unhi
0 Response to "Analisis Swot Konsep Dasar Filsafat Idealisme Implikasi Dan Aplikasi Dalam Pendidikan"
Post a Comment