Mantra Asana, Pranayama, dan Kara Sodhana (Sarira Suddha) Dalam Agama Hindu


MUTIARAHINDU -- Secara literal “Mantra” artinya “itu yang melindungi ketika direnungkan” (Mantra Samhita, 2013 : 6). Chawdhi (2003 : 97) menjelaskan mantra adalah sebuah pola gabungan kata-kata bahasa Veda yang diindentikkan dengan dewa atau dewi tertentu. Mantra adalah sejumlah huruf, kata yang dijadikan satu.


Mantra Asana, Pranayama, dan Kara Sodhana (Sarira Suddha) Dalam Agama Hindu
Image; kopralvanani
Di dalam buku Rahasia Yantra, Mantra dan Tantra (Dr. L. R. Chawdhri, (2003 : 97) dijelaskan bahwa Mantra digunakan dalam sadhana Tantra atau berbagai ritual, diucapkan atau diulang-ulang dalam berbagai kombinasi dan konteks, yang kemudian membuat pola vibrasi tertentu. Seseorang juga dapat mencapai kesehatan yang baik, nasib baik dan kemenangan atas musuh dengan mengucapkan mantra tertentu.

Di dalam ajaran agama Hindu, mantra memiliki banyak fungsi salah satunya yakni mantra berfungsi sebagai sadhana untuk memohon perlindungan agar selalu berada dalam keadaan selamat (Mantra Samhita, 2013 : 13).


Ada banyak mantra yang bisa memberikan manfaat bagi kehidupan dalam ajaran agama Hindu jika dilafalkan dengan benar salah satunya yakni sebagai berikut:

Mantra Asana, Pranayama, dan Kara Sodhana (Sarira Suddha) 

Mantra Asana, Pranayama dan Kara Sodhana diucapkan ketika ingin melaksanakan suatu persembahyangan. Ketiganya diucapkan pada awal persembahyangan sebagai bentuk penyucian diri. Salah contoh ketika anda akan melaksanakan persembahyangan Tri sandhya, maka terlebih dahulu mengambil sikap "Asana" yaitu sikap duduk, bisa Padmasana, Sidhasana, Silasana atau Vajrasana. Setelah itu, lakukan penyucian diri dengan diawali mantra "Asana".

Mantra Asana

“ Om prasada sthiti sarira Siva suci nirmala Yan amah svaha”.

Artinya:

'Om Sanghyang Widhi Wasa, Yang Maha Suci, pemelihara kehidupan, hamba puja Dikau dengan sikap yang tenang" (Dana Dan Suratnaya, 2013: 50).

Setelah itu dilanjutkan dengan pranayama dengan mantra sebagai berikut:

Pranayama (Mantra Pranayam)

Puraka (menarik nafas) dengan mantra “Om ang Namah”
Kumbaka (menahan nafas) dengan mantra “ Om ung Namah”
Recaka (mengeluarka/menghembuskan nafas) dengan mantra “ Om Mang Namah”.

Artinya:

"Om Sanghyang Widhi, Pencipta, Pemelihara, dan Pelebur alam semesta hamba puja Dikau" (Dana Dan Suratnaya, 2013: 50-51).

Setelah itu dilanjutkan dengan Kara Sodhana dengan mantra sebagai berikut:

Kara Sodhana (Sarira Suddha)

“Om soddaman svaha
Om ati Sidha mam svaha”

Artinya:

"Om Sanghyang Widhi Wasa, sucikanlah hamba dari segala dosa", (Dana Dan Suratnaya, 2013: 51).

Setelah mengucapkan mantra Kara Sodhana, dilanjutkan dengan mengambil sikap: 

"Amustikarana"

Setelah penyucian diri, maka ambil sikap amustikarana, tangan diletakkan di depan dada, dengan posisi dikepal. Kedua ibu jari berhadapan menempel, setelah itu lantunkan Puja Tri Sandhya.


Catatan: Ke-tiga mantra di atas wajib dilaksanakan ketika ingin melaksanakan persembahyangan.

Dalam ajaran agama Hindu Mantra diucapkan saat sembahyang sebagai salah satu metode berhubungan (berkomunikasi) dengan Tuhan. Mantra umumnya berbentuk harapan, permohonan, pemakluman, pemujaan penyembahan dan mengakui kesalahan agar diberi pengampunan.

Selain itu, mantra yang sering juga digunakan saat sembahyang berisi penguatan diri dari kesusahan atau kesulitan yang dihadapi manusia di bumi ini. 

Sangat penting diketahui bahwa di dalam mengucapkan mantra seseorang harus berserah diri sepenuhnya kepada Sang Hyang Widhi Wasa, karena sesungguhnya Dia yang menciptakan segala yang ada, baik alam yang nyata (Sakala) maupun alam yang tidak nyata (Niskala).


Mantra dalam agama Hindu termuat di dalam weda ada yang berbentuk lagu-lagu pujian (sama Weda Samgita), ada juga mantra yang memuat ajaran yang bersifat magis (Atharwa Weda Samhita), Yayur Weda Samhita merupakan kumpulan mantra-mantra yang memuat ajaran umum mengenai pokok-pokok yadnya (yajus, pluralnya yajumsi), dan ada juga memuat tentang mantra untuk sembahyang atau berisi kumpulan mantra-mantra yang bentuk pujaan (Rg Weda Samhita).

Mantra yang diucapkan secara benar akan memberi manfaat tersendiri terhadap orang yang melantunkan, tetapi bila mana tidak dilakukan dengan benar maka tidak ada gunanya seperti dijelaskan dalam Nirukta 1.13 yang berbunyi demikian:

"Seorang yang mengucapkan mantra dan tidak memahami makna yang terkandung dalam mantra itu, tidak pernah memperoleh penerangan (kurang berhasil) seperti halnya sepotong kayu bakar, walaupun disiram dengan minyak tanah, tidak akan terbakar bila tidak disulut dengan korek api. Demikian pula halnya orang yang hanya mengucapkan mantra tidak pernah memperoleh cahaya pengetahuan yang sejati".

Pengucapan mantra di dalam ajaran agama Hindu dibagi menjadi tiga bagian diantaranya yakni (1) Vaikari yaitu pengucapan mantra didengar oleh orang lain, (2) Upamsu yaitu pengucapan mantra secara berbisik-bisik atau tidak di dengar tetapi bibir bergerak, dan Manasika yaitu pengucapan mantra di dalam hati, mulut tidak bergerak.

Dari ketiga jenis pengucapan mantra di atas yang paling baik yakni pengucapan mantra di dalam hati, tetapi bagi anak-anak atau orang tua yang mengajarkan anaknya bisa menggunakan vaikari atau upamsu. Karena pada intinya tujuan dari sembahyang atau pengucapan mantra dalam agama Hindu yakni ketulusan dan penyerahan sepenuhnya kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa.

Referensi

Chawdhri, Dr. L. R. 2003. Rahasia Yantra, Mantra dan Tantra. Surabaya : Paramita.
Dana, I Nengah dan Suratnaya, Dewa K. 2013. Mantra Samhita, Himpunan Doa Hindu. Jakarta : Media Hindu
Nyoman Jelantik Oka, Ida Pedanda Gde. 2009. Sanatana Hindu Dharma. Denpasar: Widya Dharma.
Titib, I Made. 1996. Veda Sabda Suci (Pedoman Praktis Kehidupan). Surabaya: Paramita.



0 Response to "Mantra Asana, Pranayama, dan Kara Sodhana (Sarira Suddha) Dalam Agama Hindu"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel