Mantra Asana, Pranayama, dan Kara Sodhana (Sarira Suddha) Dalam Agama Hindu
Friday, November 16, 2018
Add Comment
MUTIARAHINDU -- Secara literal “Mantra”
artinya “itu yang melindungi ketika direnungkan” (Mantra Samhita, 2013 : 6).
Chawdhi (2003 : 97) menjelaskan mantra adalah sebuah pola gabungan kata-kata
bahasa Veda yang diindentikkan dengan dewa atau dewi tertentu. Mantra adalah
sejumlah huruf, kata yang dijadikan satu.
Image; kopralvanani |
Di dalam buku Rahasia Yantra, Mantra dan
Tantra (Dr. L. R. Chawdhri, (2003 : 97) dijelaskan bahwa Mantra digunakan dalam
sadhana Tantra atau berbagai ritual, diucapkan atau diulang-ulang dalam
berbagai kombinasi dan konteks, yang kemudian membuat pola vibrasi tertentu.
Seseorang juga dapat mencapai kesehatan yang baik, nasib baik dan kemenangan
atas musuh dengan mengucapkan mantra tertentu.
Di dalam ajaran agama Hindu, mantra
memiliki banyak fungsi salah satunya yakni mantra berfungsi sebagai sadhana
untuk memohon perlindungan agar selalu berada dalam keadaan selamat (Mantra
Samhita, 2013 : 13).
Ada banyak mantra yang bisa memberikan
manfaat bagi kehidupan dalam ajaran agama Hindu jika dilafalkan dengan benar
salah satunya yakni sebagai berikut:
Mantra Asana, Pranayama, dan Kara Sodhana (Sarira Suddha)
Mantra Asana, Pranayama dan Kara Sodhana diucapkan ketika ingin melaksanakan suatu persembahyangan. Ketiganya diucapkan pada awal persembahyangan sebagai bentuk penyucian diri. Salah contoh ketika anda akan melaksanakan persembahyangan Tri sandhya, maka terlebih dahulu mengambil sikap "Asana" yaitu sikap duduk, bisa Padmasana, Sidhasana, Silasana atau Vajrasana. Setelah itu, lakukan penyucian diri dengan diawali mantra "Asana".
Mantra Asana
“ Om prasada sthiti sarira Siva suci nirmala Yan amah svaha”.
Artinya:
'Om Sanghyang Widhi Wasa, Yang Maha Suci, pemelihara kehidupan, hamba puja Dikau dengan sikap yang tenang" (Dana Dan Suratnaya, 2013: 50).
Setelah itu dilanjutkan dengan pranayama dengan mantra sebagai berikut:
Pranayama (Mantra Pranayam)
Puraka (menarik nafas) dengan mantra “Om ang Namah”
Kumbaka (menahan nafas) dengan mantra “ Om ung Namah”
Recaka (mengeluarka/menghembuskan nafas) dengan mantra “ Om Mang Namah”.
Artinya:
"Om Sanghyang Widhi, Pencipta, Pemelihara, dan Pelebur alam semesta hamba puja Dikau" (Dana Dan Suratnaya, 2013: 50-51).
Setelah itu dilanjutkan dengan Kara Sodhana dengan mantra sebagai berikut:
Kara Sodhana (Sarira Suddha)
“Om soddaman svaha
Om ati Sidha mam svaha”
Artinya:
"Om Sanghyang Widhi Wasa, sucikanlah hamba dari segala dosa", (Dana Dan Suratnaya, 2013: 51).
Setelah mengucapkan mantra Kara Sodhana, dilanjutkan dengan mengambil sikap:
"Amustikarana"
Setelah penyucian diri, maka ambil sikap amustikarana, tangan diletakkan di depan dada, dengan posisi dikepal. Kedua ibu jari berhadapan menempel, setelah itu lantunkan Puja Tri Sandhya.
Catatan: Ke-tiga mantra di atas wajib dilaksanakan ketika ingin melaksanakan persembahyangan.
Dalam ajaran agama Hindu Mantra diucapkan
saat sembahyang sebagai salah satu metode berhubungan (berkomunikasi) dengan
Tuhan. Mantra umumnya berbentuk harapan, permohonan, pemakluman, pemujaan
penyembahan dan mengakui kesalahan agar diberi pengampunan.
Selain itu, mantra yang sering juga
digunakan saat sembahyang berisi penguatan diri dari kesusahan atau kesulitan
yang dihadapi manusia di bumi ini.
Sangat penting diketahui bahwa di dalam
mengucapkan mantra seseorang harus berserah diri sepenuhnya kepada Sang Hyang
Widhi Wasa, karena sesungguhnya Dia yang menciptakan segala yang ada, baik alam
yang nyata (Sakala) maupun alam yang tidak nyata (Niskala).
Mantra dalam agama Hindu termuat di dalam
weda ada yang berbentuk lagu-lagu pujian (sama Weda Samgita), ada juga mantra
yang memuat ajaran yang bersifat magis (Atharwa Weda Samhita), Yayur Weda
Samhita merupakan kumpulan mantra-mantra yang memuat ajaran umum mengenai
pokok-pokok yadnya (yajus, pluralnya yajumsi), dan ada juga memuat tentang
mantra untuk sembahyang atau berisi kumpulan mantra-mantra yang bentuk pujaan
(Rg Weda Samhita).
Mantra yang diucapkan secara benar akan
memberi manfaat tersendiri terhadap orang yang melantunkan, tetapi bila mana
tidak dilakukan dengan benar maka tidak ada gunanya seperti dijelaskan dalam
Nirukta 1.13 yang berbunyi demikian:
"Seorang yang mengucapkan mantra dan
tidak memahami makna yang terkandung dalam mantra itu, tidak pernah memperoleh
penerangan (kurang berhasil) seperti halnya sepotong kayu bakar, walaupun
disiram dengan minyak tanah, tidak akan terbakar bila tidak disulut dengan
korek api. Demikian pula halnya orang yang hanya mengucapkan mantra tidak
pernah memperoleh cahaya pengetahuan yang sejati".
Pengucapan mantra di dalam ajaran agama
Hindu dibagi menjadi tiga bagian diantaranya yakni (1) Vaikari yaitu pengucapan
mantra didengar oleh orang lain, (2) Upamsu yaitu pengucapan mantra secara
berbisik-bisik atau tidak di dengar tetapi bibir bergerak, dan Manasika yaitu
pengucapan mantra di dalam hati, mulut tidak bergerak.
Dari ketiga jenis pengucapan mantra di
atas yang paling baik yakni pengucapan mantra di dalam hati, tetapi bagi
anak-anak atau orang tua yang mengajarkan anaknya bisa menggunakan vaikari atau
upamsu. Karena pada intinya tujuan dari sembahyang atau pengucapan mantra dalam
agama Hindu yakni ketulusan dan penyerahan sepenuhnya kepada Ida Sanghyang
Widhi Wasa.
Referensi
Chawdhri, Dr. L. R. 2003. Rahasia
Yantra, Mantra dan Tantra. Surabaya : Paramita.
Dana, I Nengah dan Suratnaya, Dewa K.
2013. Mantra Samhita, Himpunan Doa Hindu. Jakarta : Media Hindu
Nyoman Jelantik Oka, Ida Pedanda Gde.
2009. Sanatana Hindu Dharma. Denpasar: Widya Dharma.
Titib, I Made. 1996. Veda Sabda
Suci (Pedoman Praktis Kehidupan). Surabaya: Paramita.
0 Response to "Mantra Asana, Pranayama, dan Kara Sodhana (Sarira Suddha) Dalam Agama Hindu"
Post a Comment