Sloka dan Mantram Terkait dengan Asta Aiswarya
Tuesday, November 12, 2019
Add Comment
MUTIARAHINDU.COM -- Tuhan adalah sumber dan awal serta akhir dan pertengahan dari segalan yang ada. Di dalam Veda Bhagavadgitǎ X.20, Tuhan (Hyang Widhi) bersabda mengenai hal ini, sebagai berikut:
"Aham atmǎ guaǎkesa sarva bhutǎsaya sthita?
aham ǎdis cha madhyan cha bhutǎnǎm anta eva cha".
Terjemahan:
"Aku adalah jiwa yang berdiam dalam hati segala insani, wahai Gudakesa. Aku adalah permulaan, pertengahan, dan penghabisan dari makhluk semua", (Gede Pudja, 1999: 258).
Tuhan (Hyang Widhi), yang bersifat maha ada, juga berada di setiap makhluk hidup, di dalam maupun di luar dunia (imanen dan transenden). Tuhan (Hyang Widhi) meresap di segala tempat, ada dimana-mana (Wyapi Wyapaka) kekal abadi (Nirwikara). Di dalam Upanisad (Katha Upanisad. 1.2) disebutkan bahwa Hyang Widhi adalah “telinga dari semua telinga, pikiran dari segala pikiran, ucapan dari segala ucapan, nafas dari segala nafas, dan mata dari segala mata.” Namun demikian, Hyang Widhi itu bersifat gaib (maha suksma) dan abstrak, tetapi ada. Di dalam Lontar Bhuana Kosa II.17 dinyatakan sebagai berikut, (Suhardi dan Sudirga, 2015:8).
"Bhatara Siwa sira wyapaka sira suksma tan kênêng angen-angen kadiang ganing akasa tan kagrahita dening manah muang indriya".
Terjemahan :
"Tuhan (Siwa), Dia ada di mana-mana, Dia gaib, sukar dibayangkan, bagaikan angkasa (ether), dia tak dapat ditangkap oleh akal maupun panca indriya", (Bantas, 2000: 25).
Walaupun amat gaib, tetapi Tuhan hadir di mana-mana. Beliau bersifat wyapi-wyapaka, meresapi segalanya. Tiada suatu tempat pun yang Beliau tiada tempati, karena Tuhan memenuhi jagad raya ini. Hal ini dijelaskan dalam Rg Veda X.90.1, yang menyatakan bahwa:
"Sahasrasircǎ puruca? sahasrǎkca? sahasrapǎt, sa bhumin visato vctvatyaticIad dasǎngulam".
Terjemahan :
"Tuhan berkepala seribu, bermata seribu, berkaki seribu, Ia memenuhi bumi-bumi pada semua arah, mengatasi kesepuluh penjuru", (Dewanto, 2009: 918).
Seribu dalam mantra Rg Veda di atas berarti tak terhingga. Tuhan berkepala tak terhingga, bermata tak terhingga, bertangan tak terhingga. Semua kepala adalah kepala-Nya, semua mata adalah mata-Nya, semua tangan adalah tangan-Nya. Walaupun Tuhan tak dapat dilihat dengan mata biasa, tetapi Tuhan dapat dirasakan kehadirannya dengan hati, bagaikan garam dalam air. Ia tidak tampak, namun bila mencicipinya akan terasa keberadaan-Nya, (Suhardi dan Sudirga, 2015:9).
Hal ini juga dijelaskan dalam Wrhaspati Tattwa 69 yang menyatakan bahwa:
"Umahas sira ring sedantara, pinuja ta sira sinambah wineh sarwabhoga, wineh bhojana, apan aprabhrti, yeka mahima ngaranya, nihan tang mahima ngaranya".
Terjemahan:
"Kemana saja Ia bisa pergi sesuka hatinya, disana Ia bisa tinggal sesuka hatinya. Dan karena di mana-mana, Ia dihormati, Ia dinamakan mahima. Ia berkeliling ke berbagai tempat. Di tempat Ia disambut, dihormati, dan diberi segala yang menyenangkan, makanan dan hadiah. Itulah yang dinamakan mahima," (Bantas, 2000: 42).
Hal ini membuktikan bahwa Tuhan berada di mana-mana, Ia mengetahui segalanya dan dihormati dalam segala keadaan di dunia ini. Tidak ada sesuatu apapun yang Ia tidak ketahui. Tidak ada apapun yang dapat disembunyikan kepada-Nya. Tuhan adalah saksi agung akan segala yang ada dan terjadi. Oleh karena demikian sifat Tuhan, maka manusia tidak dapat lari kemanapun untuk menyembunyikan segala perbuatannya. Kemanapun berlari akan selalu berjumpa dengan Dia. Tidak ada tempat sepi yang luput dari kehadiran-Nya. Hal ini dijelaskan dalam Kitab Atharva Veda. IV.16.2 bahwa:
"Yas ticIhati carati yasca vañcati Yo nilǎyan carati ya? pratankam dvatu sannicadya yanmantrayete rǎjǎ tad veda varucas tctîya"?
Terjemahan:
"Siapapun berdiri, berjalan atau bergerak dengan sembunyi-sem- bunyi, siapapun yang membaringkan diri atau bangun, apapun yang dua orang duduk bersama bisikan satu dengan yang lain, semuanya itu diketahui oleh Tuhan (Sang Raja Alam Semesta), ia adalah yang ketiga hadir di sana" (Griffith, 2006: 342), (Suhardi dan Sudirga, 2015:10).
Kendatipun Tuhan itu selalu hadir dan meresap di segala tempat, tetapi sukar dapat dilihat oleh mata biasa. Indra kita hanya dapat menangkap apa yang dilihat, didengar, dikecap, dan dirasakan. Kemampuannya terbatas, sedangkan Tuhan (Hyang Widhi) adalah Maha Sempurna dan tak terbatas. Di dalam Weda disebutkan bahwa Tuhan (Hyang Widhi) tidak berbentuk (nirupam), tidak bertangan dan berkaki (nirkaram nirpadam), tidak berpanca indra (nirindryam), tetapi Tuhan (Hyang Widhi) dapat mengetahui segala yang ada pada makhluk, (Suhardi dan Sudirga, 2015:11).
Referensi:
Suhardi, Untung dan Sudirga, Ida Bagus. 2015. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas IX (Cetakan Ke-1, 2015). Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.
0 Response to "Sloka dan Mantram Terkait dengan Asta Aiswarya"
Post a Comment