Bagian-bagian Catur Varna (Warna) Dalam Agama Hindu

MUTIARAHINDU.COM -- Tat twam asi adalah sebuah kata yang berarti kau adalah aku. Jika kamu menyakiti orang lain bayangkanlah bagaimana jika orang itu menyakiti kamu? Jika kamu membenci orang lain bayangkanlah bagaimana jika orang itu membenci kamu? Apapun yang kamu lakukan pada orang lain bayangkanlah jika hal tersebut terjadi pada dirimu.

Jika kamu bisa menerapkan dalam kehidupan sehari hari maka kamu akan menjadi orang yang selalu sadar dan menghargai orang lain dan kamu akan selalu dihormati dan disayang oleh orang-orang di sekelilingmu. Dengan memberikan senyum maka kamu akan mendapati wajah yang tersenyum padamu sepanjang hari.
Bagian-bagian Catur Varna (Warna) Dalam Agama Hindu
Odalan Pura Aditya Jaya Rawamangun. Image Mutiarahindu.com
tat twam asi
aku adalah kamu
sakitmu adalah sakitku
bahagiamu adalah bahagiaku juga
damai di hati, damai di dunia, damai di akhirat

Umumnya manusia lebih memikirkan egonya sendiri. Seolah-olah dunia ini menjadi miliknya sendiri. Diberi satu minta dua, diberi dua minta tiga, diberi tiga minta seratus, diberi seratus minta satu juta dan seterusnya. Tidak ada kepuasan yang ada dalam diri seorang manusia. Tragisnya dari jutaan manusia yang ada di dunia ini jika satu dengan lainnya memiliki sifat egoisnya sendiri-sendiri, maka cepatlah rusak dunia ini. Bayangkan saja, jika sudah menguasai hutan, maka ia bisa bertindak seenaknya sendiri untuk mendapatkan keuntungan demi memuaskan egonya, (Sudirga dan Yoga Segara, 2014:180).

Setiap agama yang ada di dunia ini tidak mengajarkan manusia untuk hidup sendiri-sendiri. Islam sendiri mengajarkan manusia diciptakan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal satu dengan lainnya. Demikian juga Hindu yang terkenal dengan ajaran Tat Twam Asi. Arti sebenarnya dari Tat Twam Asi adalah “aku adalah engkau, engkau adalah aku.” Intinya adalah engkau dan aku adalah sama.

Bagian-bagian Catur Varna

Untuk dapat menjadi manusia yang baik, manusia hendaknya selalu mengadakan kerja-sama yang harmonis dengan sesama mahluk ciptaan-Nya. Manusia itu hendaknya selalu merealisasikan ajaran Tat Twam Asi, dalam hidup dan kehidupan ini. Ida Sang Widhi Wasa yang bersifat Maha pencipta, Maha karya, Maha ada, Maha kekal, tanpa awal dan akhir disebut “Wiyapi-wiyapaka nirwikara”.

Wiyapi-wiyapaka berarti meresap, mengatasi, berada di segala tempat (semua mahkluk) terutama pada manusia. Kriya (karya) saktinya Tuhan, yang paling utama adalah mencipta, memelihara, dan melebur alam semesta ini beserta segala isinya termasuk manusia. Manusia adalah ciptaan Tuhan. Percikan Tuhan yang ada dalam tubuh manusia disebut atman atau jiwatman. Di dalam kitab Upanisad disebutkan “Brahman atman aikyam” yang artinya Brahman (Tuhan) dengan atman adalah tunggal adanya.

Kitab Candogya Upanisad menyebutkan “Tat Twam Asi”. Kata Tat berarti itu atau dia, Twam berarti engkau, dan asi berarti adalah/juga. Jadi Tattwamasi berarti dia atau itu adalah engkau juga. Di dalam filsafatHindu, dijelaskan bahwa Tat Twam Asi adalah ajaran kesusilaan yang tanpa batas, yang identik dengan “perikemanusiaan” dalam Pancasila. Konsepsi sila perikemanusiaan dalam Pancasila, bila kita cermati secara sungguh-sungguh adalah merupakan realisasi ajaran tattwamasi yang terdapat dalam kitab suci Veda.

Dengan demikian dapat dikatakan mengerti dan memahami, serta mengamalkan, melaksanakan Pancasila berarti telah melaksanakan ajaran Veda. Karena maksud yang terkandung di dalam ajaran Tattwamasi ini “ia adalah kamu, saya adalah kamu, dan semua mahkluk adalah sama” sehingga bila kita menolong orang lain berarti juga menolong diri kita sendiri. Di sini ia dapat melaksanakan tugasnya dengan rasa cinta dan keikhlasan sesuai dengan ajaran agama Hindu.

"brāhmaṇ -kṣatriy -viśāḿ
śūdrāṇā ca parantapa
karmāṇ pravibhaktāni
svabhāva-prabhavair guṇai," (Bhagavadgītā XVIII.41).

Terjemahan:

"Oh, Arjuna tugas-tugas adalah terbagi menurut sifat dan watak kelahirannya sebagai halnya Brahmana, Ksatriya, Vaisya, dan juga Sudra", (Sudirga dan Yoga Segara, 2014:181).

Pengelompokkan masyarakat menjadi empat kelas ini sebenarnya bukan saja hanya terdapat pada Hindu saja, tetapi bersifat universal. Klasifikasi tergantung dari tipe alam dan bakat kelahiran manusia. Setiap kelompok dari empat kelas ini mempunyai karakter tertentu. Ini tidak selalu ditentukan oleh keturunan, sebagaimana dijelaskan dalam kitab Bhagawad Gita.

Teori Varna adalah sangat luas dan mendalam. Tiap-tiap individu adalah fokus dari yang maha tinggi. Selama manusia melakukan pekerjaan sesuai dengan alam kelahirannya, itu adalah baik dan benar. Dan bila mereka hanya mengabdikan diri kepada Tuhan, pekerjaannya adalah menjadi alat penyempurna dari jiwanya.

Problem dari kehidupan manusia pada dasarnya adalah menemui kebenaran dari jiwa kita dan lalu hidup menurut kebenaran itu. Ada empat tipe pada garis besarnya kehidupan manusia itu, yakni dengan mengembangkan empat macam kehidupan sosial. Keempat kelas ini tidak ditentukan oleh kelahiran akan tetapi karakteristik psikologis. Yang manakah bagian-bagian dari Catur Varna tersebut?

Untuk lebih memudahkan kita memahami tentang keberadaan “Catur Varna” ke empat bagian yang dimaksud adalah;
  1. Brāhmaṇa Varna
  2. Kṣatriya Varna
  3. Waiṣya Varna
  4. Śudra Varna

Masing-masing bagian dari Catur Varna tersebut di atas dapat dijelaskan secara singkat seperti di bawah ini:
  1. Brāhmaṇa Varna adalah individu atau golongan masyarakat yang berkecimpung dalam bidang kerohanian. Keberadaan golongan ini tidak berdasarkan atas keturunan, melainkan karena ia mendapatkan kepercayaan dan memiliki kemampuan untuk menjalankan tugas itu. Seseorang disebut Brahmana karena ia memiliki kelebihan dalam bidang kerohanian.
  2. Kṣatriya Varna ialah individu atau golongan masyarakat yang memiliki keahlian dibidang memimpin bangsa dan negara. Keberadaan golongan ini tidak berdasarkan atas keturunan, melainkan karena ia mendapatkan kepercayaan dan memiliki kemampuan untuk menjalankan tugas itu. Seseorang disebut ksatrya karena ia memiliki kelebihan dalam bidang kepemimpinan.
  3. Waiṣya Varna adalah individu atau golongan masyarakat yang memiliki keahlian dibidang pertanian dan perdagangan. Keberadaan golongan ini tidak berdasarkan atas keturunan, melainkan karena ia mendapatkan kepercayaan dan memiliki kemampuan untuk menjalankan tugas-tugas untuk meningkatkan kesejahtraan masyarakat. Seseorang disebut waisya karena ia memiliki kelebihan dalam bidang pertanian dan perdagangan, (Sudirga dan Yoga Segara, 2014:182).
  4. Śudra Varna ialah individu atau golongan masyarakat yang memiliki keahlian dibidang pelayanan atau membantu. Keberadaan golongan ini tidak berdasarkan atas keturunan, melainkan karena ia memiliki kemampuan tenaga yang kuat dan mendapatkan kepercayaan untuk menjalankan tugas-tugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Seseorang disebut sudra karena ia memiliki kelebihan dalam bidang pelayanan.

Berdasarkan uraian singkat tersebut dapat dinyatakan bahwa yang disebut Catur Varna adalah mengelompokkan masyarakan berdasarkan guna dan karma. Penggolongan masyarakat ini didasarkan atas fungsional, oleh karena pembagian golongan ini didasarkan atas tugas, kewajiban, dan fungsinya di dalam masyarakat. Penggolongan ini bukan bersifat turun-tumurun. Adanya penggolongan ini merupakan suatu kenyataan dan kebutuhan dalam masyarakat.

Sistem Varna tidak sama dengan kasta, sebab agama Hindu mengutamakan ajaran Tat Twam Asi dalam memupuk pergaulan dan kerjasama dalam masyarakat. Jadi semuanya itu berdasarkan sifat dan sikap saling hormat-menghormati untuk meningkatkan sikap kemanusiaan yang agamais. Siapa saja diantara umat kebanyakan akan dapat menjadi “Brahmana, Ksatriya, Wesya, dan Sudra” bila memiliki kemauan dan kemampuan untuk itu. Tinggi rendahnya kedudukan seseorang di dalam masyarakat tidak ditentukan oleh keturunannya, melainkan oleh kemampuannya untuk menjalankan suatu tugas, (Sudirga dan Yoga Segara, 2014:183).

Referensi:

Sudirga, Ida Bagus dan Yoga Segara, I Nyoman. 2014. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti                 Untuk SMA/SMK Kelas X (cetakan ke-1). Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan,
           Balitbang, Kemdikbud.


0 Response to "Bagian-bagian Catur Varna (Warna) Dalam Agama Hindu"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel