Pembagian Yajña Dalam Ajaran Agama Hindu
Friday, August 23, 2019
Add Comment
MUTIARAHINDU.COM -- Hyang Widhi menciptakan alam dengan segala isinya untuk memutar kehidupan. Sekecil apapun ciptaan-Nya memiliki fungsi tersendiri dalam kehidupan ini. Dewa, Asura, manusia, binatang, tumbuhan, bulan, bintang, bahkan bakteri dan kumanpun semuanya memiliki tugas dan fungsi tersendiri dalam memutar kehidupan ini. Alam dengan segala isinya memiliki keterkaitan dan ketergantungan satu sama lain. Oleh karena itu, manusia sebagai bagian alam semesta mempunyai kewajiban untuk menjalankan tugas dan fungsinya untuk ikut menciptakan keharmonisan kehidupan.
Agar perputaran roda kehidupan ini berjalan dengan harmonis maka peranan manusia sangat penting. Jika manusia dalam melakoni hidup penuh keserakahan dan mengabaikan prinsip-prinsip Dharma maka kehancuran pasti terjadi. Hanya dengan Yajña keharmonisan alam dapat tercipta. Yajña menciptakan hubungan yang harmonis antara manusia dengan Hyang Widhi, manusia dengan sesamanya, dan keharmonisan hubungan manusia dengan alam.
Baca: Nilai-Nilai Yajña dalam Cerita Rāmāyana
Dalam melaksanakan Yajña ada tiga kewajiban utama yang harus dilunasi manusia atas keberadaannya di dunia ini yang disebut Tri Ṛna (tiga hutang hidup). Tri Ṛna ini dibayar dengan pelaksanaan Pañca Yajña. Perlu diingat bahwa Yajña tidak semata-mata dilaksanakan dengan upakara/ritual. Alam semesta dengan segala isinya termasuk manusia adalah ciptaan Hyang Widhi. Oleh karena itu hidup manusia dalam rangka mencapai tujuannya tidak akan lepas dari tuntunan dan kekuasaan Tuhan. Untuk menjaga agar senantiasa jalan kehidupan kita pada arah yang benar dan selalu mendapat sinar suci serta tuntunan Hyang Widhi maka haruslah kita selalu menjalin hubungan yang harmonis dengan Tuhan, sebagaimana dalam ajaran Tri Hita Karana.
Agar perputaran roda kehidupan ini berjalan dengan harmonis maka peranan manusia sangat penting. Jika manusia dalam melakoni hidup penuh keserakahan dan mengabaikan prinsip-prinsip Dharma maka kehancuran pasti terjadi. Hanya dengan Yajña keharmonisan alam dapat tercipta. Yajña menciptakan hubungan yang harmonis antara manusia dengan Hyang Widhi, manusia dengan sesamanya, dan keharmonisan hubungan manusia dengan alam.
Baca: Nilai-Nilai Yajña dalam Cerita Rāmāyana
Dalam melaksanakan Yajña ada tiga kewajiban utama yang harus dilunasi manusia atas keberadaannya di dunia ini yang disebut Tri Ṛna (tiga hutang hidup). Tri Ṛna ini dibayar dengan pelaksanaan Pañca Yajña. Perlu diingat bahwa Yajña tidak semata-mata dilaksanakan dengan upakara/ritual. Alam semesta dengan segala isinya termasuk manusia adalah ciptaan Hyang Widhi. Oleh karena itu hidup manusia dalam rangka mencapai tujuannya tidak akan lepas dari tuntunan dan kekuasaan Tuhan. Untuk menjaga agar senantiasa jalan kehidupan kita pada arah yang benar dan selalu mendapat sinar suci serta tuntunan Hyang Widhi maka haruslah kita selalu menjalin hubungan yang harmonis dengan Tuhan, sebagaimana dalam ajaran Tri Hita Karana.
Pembagian Yajña Dalam Ajaran Agama Hindu
Kewajiban seluruh umat Hindu untuk melaksanakan Yajña atau korban suci kehadapan Sang Hyang Widi Wasa dengan segala manifestasinya. Dengan tujuan untuk mewujudkan sraddhā dan bhakti, menyampaikan rasa hormat, memohon kesucian, perlindungan dan menyampaikan rasa syukur atas rahmat yang dianugrahkannya. Pañca Yajña merupakan realisasi dari ajaran Tri Ṛṇa yaitu tiga macam hutang yang kita miliki dalam kehidupan ini. Kemudian Pañca Yajña menjadi rumusan dalam upaya membayar hutang (Ṛṇa).
Dalam śāstra-śāstra Agama Hindu berbagai macam adanya rumusan tentang pelaksanaan Pañca Yajña, namun makna dan hakikatnya adalah sama. Maka perlu untuk mengetahui rumusan-rumusan yang benar tentang pedoman dalam pelaksanaan Pañca Yajña yang benar menurut kitab suci Veda dan śāstra-śāstra Agama yang ada, (Sudirga dan Yoga Segara, 2014:6).
Kitab-kitab tersebut antara lain:
1. Kitab Sataphata Brāhmana. Merumuskan tentang Pañca Yajña sebagai berikut:
"Setelah bersumpah dengan tegas, beberapa diantara mereka dibebaskan dari kebodohan dengan cara mengorbankan harta bendanya, sedangkan orang lain dengan melakukan pertapaanya yang keras, dengan berlatih yoga kebathinan terdiri atas delapan bagian, atau dengan mempelajari Veda untuk maju dalam pengetahuan rohani".
Baca: Pengertian dan Ringkasan Cerita Rāmāyana
Dalam śloka ini rumusan Pañca Yajña yang agak berbeda antara lain:
- Bhūta Yajña yang dipersembahkan sehari-hari yang ditujukan kepada para bhūta.
- Manuṣa Yajña persembahan berupa makanan yang ditujukan kepada orang lain atau sesama manusia.
- Pitra Yajña adalah Yajña atau persembahan yang ditujukan kepada pada leluhur yang disebut swada.
- Deva Yajña persembahan kehadapan para dewa yang disebut Swaha.
- Brahma Yajña adalah persembahan yang dilaksanakan dengan mempelajari pengucapan ayat-ayat suci Veda.
"Setelah bersumpah dengan tegas, beberapa diantara mereka dibebaskan dari kebodohan dengan cara mengorbankan harta bendanya, sedangkan orang lain dengan melakukan pertapaanya yang keras, dengan berlatih yoga kebathinan terdiri atas delapan bagian, atau dengan mempelajari Veda untuk maju dalam pengetahuan rohani".
Baca: Pengertian dan Ringkasan Cerita Rāmāyana
Dalam śloka ini rumusan Pañca Yajña yang agak berbeda antara lain:
- Dravya Yajña adalah persembahan yang dilakukan dengan berdana punia harta benda.
- Tapa Yajña adalah persembahan berupa pantangan untuk mengendalikan Indriya.
- Yoga Yajña adalah Yajña persembahan dengan melakukan aṣṭāṅga yoga untuk mencapai hubungan dengan Tuhan.
- Swādhyāya Yajña yaitu suatu persembahan berupa pengendalian diri dengan belajar sendiri langsung kehadapan Tuhan Yang Maha Esa.
- Jñāna Yajña adalah Yajña dengan melaksanakan persembahan berupa ilmu pengetahuan ayat-ayat suci Veda.
3. Kitab Mānawa Dharma Śāstra
Mengajar dan belajar adalah Yajña bagi Brāhmana, Menghanturkan tarpana dan air adalah kurban untuk para Leluhur. Susu adalah kurban untuk para dewa, Persembahan dengan bali untuk para bhūta, dan penerimaan tamu dengan ramah tamah adalah kurban untuk manusia, (Sudirga dan Yoga Segara, 2014:7).
Dalam śloka ini rumusan Pañca Yajña adalah sebagai berikut:
- Brahma Yajña adalah persembahan yang dilaksanakan dengan belajar dan mengajar dengan penuh keikhlasan.
- Pitra Yajña adalah persembahan yang dilakukan dengan menghaturkan tarpaṇa dan air kepada leluhur.
- Dewa Yajña adalah persembahan yang dilaksanakan dengan menghaturkan minyak dan susu ke hadapan para dewa.
- Bhūta Yajña adalah persembahan yang dilaksanakan dengan upacara bali kepada para bhūta.
- Nāra Yajña adalah Yajña yang berupa penerimaan tamu dengan ramah tamah.
"Āhuta adalah pengucapan dari doa Veda, huta persembahyangan homa, prahuta adalah upacara Bali yang dihaturkan kepada bhūta di atas tanah, Brahmāhuta, menerima tetap Brāhmana secara hormat seolah-olah menghaturkan kepada api yang ada dalam tubuh Brāhmana dan prāśita adalah persembahan tarpana kepda para pitara".
Dalam śloka ini rumusan Pañca Yajña sebagai berikut:
- Āhuta adalah persembahan mengucapkan doa-doa suci Veda.
- Huta adalah persembahan dengan api homa.
- Prahuta adalah persembahan berupa bali kepada para bhūta.
- Brahmahūta adalah Yajña dengan menghormati Brāhmana.
- Prāśita adalah Yajña dengan mempersembahkan tarpana kepada para pitra.
"Hendaknya ia sembahyang sesuai menurut peraturan kepada Ṛṣi dengan mengucap Veda, dengan persembahan yang dibakar, kepada para leluhur dengan Śraddhā, kepada manusia dengan pemberian makanan dan kepada para bhūta dengan upacara kurban".
Berdasarkan śloka di atas, rumusan Pañca Yajña sebagai berikut :
- Swādhyāya Yajña adalah persembahan berupa pengabdian kepada guru suci dengan mengucapkan Veda.
- Deva Yajña adalah persembahan dengan menghaturkan buah-buah yang telah masak kehadapan para dewa.
- Pitra Yajña adalah menghaturkan persembahan upacara Śraddhā kepada leluhur.
- Nāra Yajña adalah upacara memberikan makanan kepada masyarakat.
- Bhūta Yajña adalah upacara menghaturkan upacra Bali karma kepada para bhūta.
4. Kitab Gautama Dharma Śāstra.
Dalam kitab Gautama Dharma Śāstra dijelaskan ada tiga pembagian Yajña sebagai berikut:
- Dewa Yajña adalah persembahan kepada Hyang Agni dan dewa Amodaya, (Sudirga dan Yoga Segara, 2014:8).
- Bhūta Yajña adalah persembahan kepada Lokapala (Dewa pelindung) dan kepada dewa penjaga pintu pekarangan, pintu rumah sampai pintu tengah rumah.
- Brahma Yajña adalah persembahan dengan pembacaan ayat-ayat suci Veda.
Demikianlah kitab-kitab suci sumber dari India merumuskan tentang pelaksanaan Yajña dalam Agama Hindu. Sedangkan sumber dari Indonesia sendiri juga merumuskan tentang plaksanaan Yajña. Malahan uraian dan penjelasannya lebih mendalam dan terinci yang terdapat dalam pustaka-pustaka asli Indonesia. Sumber pustaka Indonesia yang dimaksud seperti lontar Korawāś Rāmā, lontar Agastya parwa, lontar Singhalanghyala.
Baca: Bentuk-bentuk Pelaksanaan Yajña dalam Kehidupan Sehari-hari
Baca: Bentuk-bentuk Pelaksanaan Yajña dalam Kehidupan Sehari-hari
Adapun Rumusan Pañca Yajña adalah sebagai berikut:
5. Lontar Korawāśramā
Nampaknya pada setiap sumber śāstra memiliki istilah dan rumusan sendiri tentang struktur dan isi komponen Yajña, walaupun esensinya sama. Dalam Lontar Koravāś Rāmā:
- Dewa Yajña persembahan dengan sesajen dengan mengucapkan Śruti dan Stawa pada waktu bulan purnama.
- Ṛṣi Yajña adalah persembahan punia, buah-buahan, makanan dan barang-barang yang tidak mudah rusak kepada para Mahā Ṛṣi.
- Manuṣa Yajña adalah memberikan makanan kepada masyarakat.
- Pitra Yajña adalah mempersembahkan puja dan Bali atau banten kepada pada leluhur.
- Bhūta Yajña adalah mempersembahkan puja dan caru kepada para Bhūta.
6. Lontar Singhalanghlaya
Rumusan Pañca Yajña yang ada dalam lontar Singhalanghlaya adalah sebagai berikut:
- Bojana Patra Yajña adalah persembahan dengan menghindangkan makanan.
- Kanaka Ratna Yajña adalah Yajña persembahan berupa mas dan permata.
- Kanya Yajña adalah Yajña dengan mempersembahkan seorang gadis suci.
- Brata Tanpa Samādhi adalah Yajña dengan melaksanakan tapa, brata, yoga, dan samādhi.
- Samya jñāna adalah Yajña persembahan dengan keseimbangan dan keserasian.
7. Lontar Agastya Parwa
Rumusan Pañca Yajña yang terdapat dalam lontar Agastya Parwa, paling sesuai penerapannya di Indonesia. Dibandingkan dengan rumusan-rumusan yang ada pada śāstra-śāstra di atas. Adapun rumusan tersebut adalah sebagai berikut:
- Dewa Yajña persembahan dengan minyak, biji-bijian kepada dewa Śiwa dan dewa Agni di tempat pemujaan dewa.
- Ṛṣi Yajña adalah persembahan dengan menghormati pendeta dan dengan membaca kitab suci, (Sudirga dan Yoga Segara, 2014:9).
- Pitra Yajña yaitu merupakan upacara kematian agar roh yang meninggal mencapai alam Śiwa.
- Bhūta Yajña yaitu persembahan dengan menyejahterakan tumbuh-tumbuhan dan dengan menyelenggarakan upacara tawur serta upacara Pañcawali Krama.
- Manusia Yajña adalah upacara/persembahan dengan memberi makanan kepada masyarakat.
Baca: Pembagian Yajña Dalam Ajaran Agama Hindu
Demikianlah rumusan Pañca Yajña yang berdasarkan atas sumber-sumber kitab suci serta pustaka suci dan śāstra agama. Setiap masing-masing sumber memiliki penjelasan yang berbeda-beda, namun saling melengkapi serta yang paling penting menjadi landasan Pañca Yajña adalah Jñāna, Karma dan Bhakti. Penjabarannya dalam upacara agama, yang dipimpin oleh pembuka agama, seperti Pendeta dan Pinandita, (Sudirga dan Yoga Segara, 2014:10).
Demikianlah rumusan Pañca Yajña yang berdasarkan atas sumber-sumber kitab suci serta pustaka suci dan śāstra agama. Setiap masing-masing sumber memiliki penjelasan yang berbeda-beda, namun saling melengkapi serta yang paling penting menjadi landasan Pañca Yajña adalah Jñāna, Karma dan Bhakti. Penjabarannya dalam upacara agama, yang dipimpin oleh pembuka agama, seperti Pendeta dan Pinandita, (Sudirga dan Yoga Segara, 2014:10).
Referensi:
Sudirga, Ida Bagus dan Yoga Segara, I Nyoman. 2014. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Untuk SMA/SMK Kelas X (cetakan ke-1). Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan,
Balitbang, Kemdikbud.
0 Response to "Pembagian Yajña Dalam Ajaran Agama Hindu"
Post a Comment