Sejarah Agama Hindu di India dari Interaksi Bangsa Dravida dan Bangsa Arya

MUTIARAHINDU -- Untuk pertama kalinya agama Hindu mulai berkembang di lembah Sungai SHindu di India. Di lembah sungai ini para Rsi menerima wahyu dari “Sang Hyang Widhi” (Tuhan) dan diabadikan ke dalam bentuk Kitab Suci Veda. Agama Hindu sering disebut dengan sebutan Sanātana Dharma (Bahasa Sanskerta) berarti “Kebenaran Abadi”, dan Vaidika-Dharma “Pengetahuan Kebenaran”. Agama Hindu merupakan sebuah agama yang berasal dari anak benua India. Agama ini merupakan lanjutan dari agama Veda (Brahmanisme) yang merupakan kepercayaan bangsa Indo-Iran (Arya), (Mudana dan Ngurah Dwaja, 2015:104)

Sejarah Agama Hindu di India dari Interaksi Bangsa Dravida dan Bangsa Arya
Photo: p.doladey.v
(Confluence of the Indus and Zanskar Rivers)
Agama Hindu diperkirakan muncul antara tahun 3102 SM sampai 1300 SM dan merupakan agama tertua di dunia yang masih bertahan hingga kini. Agama ini merupakan agama ketiga terbesar di dunia setelah agama Kristen dan Islam dengan jumlah umat sebanyak hampir 1 miliar jiwa. Dalam bahasa Persia, kata Hindu berakar dari kata Sindhu (Bahasa Sanskerta). Dalam kitab Rg Veda, bangsa Arya menyebut wilayah mereka sebagai Sapta Sindhu (wilayah dengan tujuh sungai di barat daya anak benua India, yang salah satu sungai tersebut bernama sungai Indus). 

Kata sapta sindhu berdekatan dengan kata Hapta-Hendu yang termuat dalam Zend Avesta (Vendidad: Fargard 1.18) - sastra suci dari kaum Zoroaster di Iran. Pada awalnya kata Hindu merujuk pada masyarakat yang hidup di wilayah sungai Sindhu. Hindu sendiri sebenarnya baru terbentuk setelah masehi ketika beberapa kitab dari Veda dilengkapi oleh para brahmana. Zaman munculnya agama Buddha, nama agama Hindu lebih dikenal dengan sebutan sebagai ajaran Veda.

Agama Hindu sebagaimana nama yang dikenal sekarang ini, pada awalnya tidak disebut demikian, bahkan dahulu ia tidak memerlukan nama, karena pada waktu itu ia merupakan agama satu-satunya yang ada di muka bumi. Sanatana Dharma adalah nama sebelum nama Hindu diberikan. Kata “Sanatana dharma” bermakna “kebenaran yang kekal abadi” dan jauh belakangan setelah ada agama-agama lainnya barulah ia diberi nama untuk membedakan antara satu dengan yang lainnya. Sanatana dharma pada zaman dahulu dianut oleh masyarakat di sekitar lembah sungai Shindu, penganut Veda ini disebut oleh orang-orang Persia sebagai orang indu (tanpa kedengaran bunyi s), selanjutnya lama-kelamaan nama indu ini menjadi Hindu. Sehingga sampai sekarang penganut sanatana dharma disebut Hindu (Mudana dan Ngurah Dwaja, 2015:105)

Agama Hindu adalah suatu kepercayaan yang didasarkan pada kitab suci yang disebut Veda. Veda diyakini sebagai pengetahuan yang tanpa awal tanpa akhir dan juga dipercayai keluar dari nafas Tuhan bersamaan dengan terciptanya dunia ini. Karena sifat ajarannya yang kekal abadi tanpa awal tanpa akhir maka ia disebut sanatana dharma. Apabila membahas tentang Agama Hindu, kita harus mengetahui sejarah tempat munculnya agama tersebut. India adalah sebuah negara yang penuh dengan rahasia dan cerita dongeng, masyarakatnya berbangsa-bangsa dan berkasta-kasta, dan ada masyarakat dalam masyarakat, serta sungguh banyak ditemui agama-agama. Bahasa dan warna kulit pun bermacam-macam.


Pembicaraan mengenai India berarti adalah pembicaraan yang bercabang- cabang. Dipandang dari sudut ethnologi, India adalah tanah yang beraneka penduduknya, dan akibatnya orang dapat melihat kebudayaan yang beraneka dan tercermin dalam agamanya. Oleh karena itu barang siapa mulaimempelajari agama Hindu ia akan segera merasa terlibat dalam sejumlah ajaran-ajaran, sehingga hampir tidak dapat menemukanjalan untuk mengadakan penyelidikan. Sepanjang orang dapat menyelidikinya, maka sejarah kebudayaan India mulai pada zaman perkembangan kebudayaan-kebudayaan yang besar di Mesopotamia dan Mesir. 

Antara 3000 dan 2000 tahun sebelum Masehi, rupa- rupanya di lembah sungai Sindhu (Indus) tinggallah bangsa-bangsa yang peradabannya menyerupai kebudayaan bangsa Sumeria di daerah sungai Efrat dan Tigris. Berbagai cap di gading dan tembikar yang memperlihatkan tanda-tanda tulisan dan lukisan-lukisan binatang, menceritakan kepada kita bahwa pada zaman itu di sepanjang pantai dari Laut Tengah sampai ke Teluk Benggala terdapat sejenis peradaban yang sama dan sudah meningkat pada perkembangan yang tinggi. Sisa-sisa kebudayaan tersebut terutama terdapat di dekat kota Harappa di Punjab dan di sebelah utara Karachi. Bahkan disitu diketemukan sisa-sisa sebuah kota Mohenjodaro namanya, di mana manusia telah mempunyai rumah-rumah yang berdinding tebal dan bertangga (Mudana dan Ngurah Dwaja, 2015:106)

Penduduk India pada zaman itu terkenal dengan nama bangsa Dravida. Mula-mula mereka tinggal tersebar di seluruh negeri, tetapi lama-kelamaan hanya tinggal di sebelah selatan dan memerintah negerinya sendiri, karena mereka di sebelah utara hidup sebagai orang taklukkan dan bekerja pada bangsa-bangsa yang merebut negeri itu. Mereka adalah bangsa yang berkulit hitam dan berhidung pipih, berperawakan kecil dan berambut keriting. Nama India diambil dari sungai Indus. Perkataan Indus dan Hindu keduanya berarti bumi yang terletak di belakang Sungai Indus, dan penduduknya dinamakan orang- orang India atau orang-orang Hindu. Mengenai penamaan Negara India, Gustav Le Bon menyatakan: 

“Orang- orang Barat berpendapat bahwa nama Sungai Indus telah dipinjamkan kepada negara yang mengandung berbagai rahasia yang terletak di sebelah belakangnya. Alasan ini tidak diterimanya bulat-bulat sebab nama India itu harus diambil dari nama Tuhan Indra.” 

Peradaban India telah berlangsung lama. Negara India telah menghasilkan beberapa Filosof agung sebelum Socrates dilahirkan. Di Negara India sudah tersebar tanda-tanda ilmu pengetahuan dan bangunan-bangunan yang megah pada masa dahulu ketika Kepulauan Inggris masih dalam keadaan terbelakang. India adalah negara yang penuh dengan keajaiban. India adalah salah satu pusat peradaban kuno di dunia. Dalam hal ini, India menandingi Mesir, Cina, Assyria, dan Babilonia. Peradaban India sebelum zaman Arya dapat diketahui dari pengungkapan-pengungkapan pada tingkat kemajuan yang pernah dicapai oleh India dalam bidang arsitektur, pertanian, dan kemasyarakatan sejak masa 300 tahun SM, yaitu 1500 tahun sebelum kedatangan Bangsa Arya.

Antara 2000 dan 1000 tahun SM masuklah kaum Arya ke India dari sebelah utara. Bangsa Arya memisahkan diri dari bangsanya di Iran dan yang memasuki India melalui jurang-jurang di pegunungan Hindu-Kush. Bangsa Arya itu serumpun dengan bangsa Jerman, Yunani dan Romawi dan bangsa- bangsa lainnya di Eropa dan Asia. Mereka tergolong dalam apa yang kita sebut rumpun-bangsa Indo-German. Hinduisme dapat disamakan dengan rimba-raya yang penuh dengan pohon-pohonan, tanam-tanaman, tumbuh- tumbuhan dan kembang-kembangan. Hinduisme memperlihatkan berbagai macam pembentukan agama. Gambaran yang diberikan Hinduisme dalam keseluruhannya memang beraneka warna. Pesan pertama yang kita dapat ialah bahwa dalam Hinduisme terhimpun seluruh sejarah agama dengan segala ragam dan bentuknya. Hinduisme ialah agama dari jutaan penduduk India.

Tidaklah mudah untuk menjelaskan dengan kata-kata singkat, tentang Hinduisme. Lebihtepat rasanya jika Hinduisme di namakan sebagai suatu sistim sosial yang diperkuat oleh cita-cita keagamaan yang kemudian mempunyai tendensi keagamaan. Tak ada seorang pun yang dapat menjadi seorang Hindu dengan jalan menganut suatu agama tertentu. Menjadi seorang Hindu adalah berkat kelahirannya, yang meletakkan kewajiban untuk megikuti peraturan- peraturan upacara-upacara tertentu. Pada umumnya peraturan-peraturan yang berhubungan dengan pembagian varna dan khsusunya pemberian korban dan upacara-upacara keagamaan yang timbul dari pada pembagian varna tadi. Ikatan-ikatan batin pada upacara yang turun temurun ini sangat kuat. Contoh nyata dapat dilihat pada Gandi yang jelas bersimpati terhadap agama lain, tetapi tetap tinggal di Hindu karena pertanian, bangsa dan hubungan batinnya dengan kebudayaan agama sukunya. Bangsa Arya turun ke lembah Indus kira- kira 1500 tahun SM dan memberi corak pada kebudayaan India (Mudana dan Ngurah Dwaja, 2015:107)

Menurut pendapat para peneliti bahwa bangsa Arya berasal dari Asia, dahulunya mereka hidup di Asia Tengah dari negeri Turkistan yang berdekatan dengan Sungai Jihun, kemudian berpindah dalam  kelompok-kelompok  yang besar menuju ke India melalui Parsi, dan mereka juga menuju Eropa. Nyatalah bahwa kedatangan bangsa Arya ke India terjadi pada abad ke-15 SM. Bangsa Arya ini telah memerangi kerajaan-kerajaan yang  didirikan oleh bangsa berkulit kuning di India dan berhasil mengalahkan sebagaian besar dari mereka serta menjadikan kawasan-kawasan yang dikalahkannya itu sebagai wilayah yang tunduk di bawah pengaruh mereka. 

Bangsa Arya tidak bercampur dengan penduduk India dengan jalan perkawinan. Mereka menjaga dengan sungguh-sungguh keturunan mereka yang berkulit putih itu. Bangsa Arya menggiring penduduk asli Negara India ke hutan-hutan atau ke gunung-gunung dan menjadikan mereka sebagai orang-orang tawanan yang dalam sastra lama Bangsa Arya dinamakan sebagai Bangsa Hamba Sahaya. Bangsa Arya ini telah meminta pertolongan dari Tuhan mereka “Indra” untuk mengalahkan penduduk India. Di antara bacaan do’a mereka adalah “wahai Indra Tuhan kami! Suku-suku kaum Dasa (budak) telah mengepung kami dari segenap penjuru dan mereka tidak memberikan korban apa-apa, mereka bukan manusia dan tidak berkepercayaan. Wahai Penghancur musuh! Binasakanlah mereka dari keturunannya.”

Tentang sejauh mana pengaruh bangsa-bangsa berkulit kuning (Bangsa Turan) dan berkulit putih (Bangsa Arya) di India telah diterangkan oleh Gustav Le Bon: “Bangsa Turan adalah bangsa penyerang yang kuat. Bangsa Arya meninggalkan kesan yang mendalam terhadap bangsa India dari segi budaya. Dari bangsa Turan, penduduk India mengambil ciri ukuran tubuh dan raut muka. Dari bangsa Arya mereka mengambil ciri bahasa, agama, undang- undang, dan adat-istiadat.” Pertemuan bangsa Arya dan bangsa Turan dengan penduduk asli telah menimbulkan kelas-kelas masyarakat di India, dan merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam sejarah negara ini. Dari bangsa Arya terbentuk golongan ahli-ahli agama (Brahmana) dan golongan prajurit (Ksatria) (Mudana dan Ngurah Dwaja, 2015:108)

Dari bangsa Turan terbentuk pula golongan saudagar dan ahli-ahli tukang (Waisya). Pada mulanya orang-orang Hindu yang bergaul dengan bangsa Turan tidak termasuk dalam pembagian ini. Tetapi dalam beberapa zaman kemudian peradaban Arya melebur ke dalam sebagian diri mereka. Selanjutnya bangsa Arya pun terbentuk dari kalangan orang-orang Hindu golongan keempat, yaitu golongan pesuruh dan hamba sahaya (Sudra). Penduduk-penduduk asli yang tidak tersentuh dengan peradaban Arya adalah disebabkan karena mereka memisahkan diri dari bangsa-bangsa pendatang itu. Maka, tinggallah mereka jauh dari pembagian ini dan terus menjadi orang-orang yang tersingkir atau terhalau dari masyarakat (out-casts). 

Peradaban Bangsa Arya ketika masuk ke India masih kurang daripada bangsa Drawida yang ditaklukkannya. Tetapi mereka lebih unggul dalam ilmu peperangan. Pada saat bangsa Arya masuk ke India, mereka itu masih merupakan bangsa setengah nomaden (pengembara), yang peternakan lebih berartinya daripada pertanian. Bagi bangsa Arya, kuda dan lembu adalah binatang-binatang yang sangat dihargai, sehingga binatang- binatang itu dianggap suci jika dibandingkan dengan bangsa Drawida yang menetap di daerah kota-kota, mengusahakan pertanian serta menyelenggarakan perniagaan di sepanjang pantai, maka bangsa Arya itu dapat dikatakan masih primitif.

Dahulu orang belum tahu dengan tepat dan selalu memandang kebudayaan yang ada di India dibawa oleh bangsa Arya. Sesudah adanya penggalian- penggalian di India, pandangan orang berubah dan makin banyak diketahui bahwa bermacam-macam unsur di dalam kebudayaan India berasal dari kebudayaan Drawida yang tua. Contohnya Bangsa Arya belum mempunyai patung-patung Deva, sedangkan bangsa Drawida sudah. Sebuah gejala yang khas di dalam Agama Hindu ialah pengakuan adanya Deva-Devi induk, yang merupakan gejala pra-Arya. Banyak gejala-gejala Agama Hindu yang rupa- rupanya tidak berasal dari agama Bangsa Arya, melainkan berasal dari bangsa Drawida. 

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa Agama Hindu sebagai agama yang tumbuh dari dua sumber yang berlainan, dan tumbuh dari perasaan dan pikiran keagamaan dua bangsa yang berlainan, pada mulanya banyak hal sangat berlainan, tetapi kemudian dapat lebur menjadi satu. Di dalam tulisan- tulisan Hindu tua, unsur-unsur Arya lah yang sangat besar pengaruhnya. Hal itu tidak mengherankan karena tulisan-tulisan itu berasal dari zaman Bangsa Arya memasuki India dengan kemenangan-kemenanganya. Pengaruh bangsa Drawida tentunya belum begitu besar. Agama bangsa Arya dapat kita ketahui dari kitab-kitab Veda (Veda artinya tahu). Oleh karena itu masa yang tertua dari agama Hindu disebut masa Veda. Maulana Mohamed Abdul Salam al- Ramburi juga berkata: “Umat India mudah menerima apa saja pemikiran dan kepercayaan yang ditemuinya (Mudana dan Ngurah Dwaja, 2015:109).

Agama Hindu adalah yang tertua di antara agama-agama yang ada. Penyebarannya meliputi kebanyakan orang India. Buku Hinduism telah menerangkan sebab-sebab terjadinya hal itu  dengan  menuliskan;  amat  sulit untuk dikatakan, bahwa Hinduisme itu adalah suatu agama dalam pengertiannya yang sangat luas. Ini merupakan kehidupan India dengan caranya tersendiri yang dianggap sebagai satu dari  semua  masalah  suci  dan masalah hina karena di dalam pemikiran Hindu tidak ada batas yang memisahkan keduanya. Agama Hindu adalah suatu agama yang berevolusi dan merupakan kumpulan adat-istiadat yang tumbuh dan berkembang pada daerah yang dilaluinya. 

Kedudukan bangsa Arya sebagai penakluk negeri, yang lebih tinggi daripada penduduk asli telah melahirkan adat-istiadat Hindu. Kiranya dapat dikatakan bahwa asas agama Hindu adalah kepercayaan bangsa Arya yang telah mengalami perubahan sebagai hasil dari percampuran mereka dengan bangsa-bangsa lain, terutama sekali adalah bangsa Parsi, yaitu sewaktu dalam masa perjalanan mereka menuju India. Agama Hindu lebih merupakan suatu cara hidup daripada sebagai kumpulan kepercayaan. Sejarahnya menerangkan mengenai isi kandungannya yang meliputi berbagai kepercayaan, hal-hal yang harus dilakukan, dan yang boleh dilakukan. Agama Hindu tidak mempunyai kepercayaan yang membawanya turun hingga kepada penyembahan batu dan pohon-pohon, dan membawanya naik pula kepada masalah-masalah falsafah yang abstrak dan halus. Seandainya Agama Hindu tidak mempunyai pendiri yang pasti maka begitu pula halnya dengan Veda. 

Kitab suci ini yang mengandung kepercayaan-kepercayaan, adat-istiadat, dan hukum-hukum juga tidak mempunyai pencipta yang pasti. Para penganut agama Hindu mempercayai bahwa Veda adalah suatu kitab yang ada sejak dahulu yang tidak mempunyai tanggal permulaan. Kitab Veda diwahyukan sejak awal kehidupan, setara dengan awal yang diwahyukannnya.

Penduduk asli Lembah sungai Indus adalah bangsa Dravida yang berkulit hitam. Di sekitar sungai itu terdapat dua pusat kebudayaan yaitu Mohenjodaro dan Harappa. Mereka sudah menetap di sana dengan mata pencaharian bercocok tanam dengan memanfaatkan aliran sungai dan kesuburan tanah di sekitarnya. Menurut teori kehidupan bangsa Dravida mulai berubah sejak tahun 2000-an SM karena adanya pendatang baru, bangsa Arya. Mereka termasuk rumpun berbahasa Indo-Eropa dan berkulit putih. Bangsa Arya ini mendesak bangsa Dravida ke bagian selatan India dan membentuk Kebudayaan Dravida namun, sebagian lagi ada yang bercampur antara bangsa Arya dan Dravida yang kemudian disebut bangsa Hindu. Oleh karena itu, kebudayaannya disebut kebudayaan Hindu (Mudana dan Ngurah Dwaja, 2015:110).

Letak Geografis Sungai Indus, di sebelah utara berbatasan dengan China yang dibatasi Gunung Himalaya, selatan berbatasan dengan Srilanka yang dibatasi oleh Samudera Indonesia, barat berbatasan dengan Pakistan, timur berbatasan dengan Myanmar dan Bangladesh. Peradaban sungai Indus berkembang disekitar (2500 SM). Kebudayaan kuno India ditemukan di kota Mohenjodaro dan Harappa yang penduduknya adalah bangsa Dravida. Terdapat hubungan dagang antara Mohenjodaro dan Harappa dengan Sumeria. Mohenjodaro dan Harappa ditata dengan perencanaan yang sudah maju, rumah-rumah terbuat dari batu-bata, saluran air bagus, jalan raya lurus dan lebar. 

Mohenjodaro dan Harappa sebagai kota tua yang dibangun berdasarkan penataan dan peradaban yang maju. Peradaban Lembah Sungai Indus diketahui melalui penemuan- penemuan arkeologi. Kota Mohenjodaro diperkirakan sebagai ibu kota daerah Lembah Sungai Indus bagian selatan dan Kota Harappa sebagai ibu kota Lembah Sungai Indus bagian utara. Mohenjodaro dan Harappa merupakan pusat peradaban bangsa India pada masa lampau. Di Kota Mohenjodaro dan terdapat gedung-gedung dan rumah tinggal serta pertokoan yang dibangun secara teratur dan berdiri kukuh. Gedung-gedung dan rumah tinggal serta pertokoan itu sudah terbuat dari batu bata lumpur. Wilayah kota dibagi atas beberapa bagian atau blok yang dilengkapi dengan jalan yang ada aliran airnya.

Daerah Lembah Sungai Indus merupakan daerah yang subur. Pertanian menjadi mata pencaharian utama masyarakat India. Pada perkembangan selanjutnya, masyarakat telah berhasil menyalurkan air yang mengalir dari Lembah Sungai Indus sampai jauh ke daerah pedalaman. Pembuatan saluran irigasi dan pembangunan daerah-daerah pertanian menunjukkan bahwa masyarakat Lembah Sungai Indus telah memiliki peradaban yang tinggi. Hasil-hasil pertanian yang utama adalah padi, gandum, gula/tebu, kapas, teh, dan lain- lain. Masyarakat Mohenjodaro dan Harappa telah memperhatikan sanitasi (kesehatan) lingkungannya. 

Teknik-teknik atau cara-cara pembangunan rumah yang telah memperhatikan faktor-faktor kesehatan dan kebersihan lingkungan yaitu rumah mereka sudah dilengkapi denga jendela. Masyarakat Lembah Sungai Indus sudah memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemampuan mereka dapat diketahui melalui peninggalan-peninggalan budaya yang ditemukan, seperti bangunan, berbagai macam patung, perhiasan emas, perak, dan berbagai macam meterai dengan lukisannya yang bermutu tinggi dan alat-alat peperangan seperti tombak, pedang, dan anak panah. Demikian sekilas tentang kebudayaan pra sejarah di India sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya agama Hindu yang sampai saat ini kita yakini kebenarannya sebagai pedoman dan penuntun dalam hidup dan kehidupan ini (Mudana dan Ngurah Dwaja, 2015:111).

Seiring dengan perkembangan jaman, sebagaimana negeri lainnya yang diperintah oleh masing-masing rajanya dalam sebuah kerajaan, negeri India juga demikian adanya. Raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan Maurya antara lain : Candragupta Maurya. Setelah berhasil menguasai Persia, pasukan Iskandar Zulkarnaen melanjutkan ekspansi dan menduduki India pada tahun 327 SM melalui Celah Kaibar di Pegunungan Himalaya. Pendudukan yang dilakukan oleh pasukan Iskandar Zulkarnaen hanya sampai di daerah Punjab. Pada tahun 324 SM muncul gerakan di bawah Candragupta. 

Setelah Iskandar Zulkarnaen meninggal tahun 322 SM, pasukannya berhasil diusir dari daerah Punjab dan selanjutnya berdirilah Kerajaan Maurya dengan ibu kota di Pattaliputra. Candragupta Maurya Menjadi raja pertama Kerajaan Maurya. Pada masa pemerintahannya, daerah kekuasaan Kerajaan Maurya diperluas ke arah timur, sehingga sebagian besar daerah India bagian utara menjadi bagian dari kekuasaannya. Dalam waktu singkat, wilayah Kerajaan Maurya sudah mencapai daerah yang sangat luas, yaitu daerah Kashmir di sebelah barat dan Lembah Sungai Gangga di sebelah timur.

Ashoka memerintah Kerajaan Maurya dari tahun 268-282 SM. Ashoka merupakan cucu dari Candragupta Maurya. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Maurya mengalami masa yang gemilang. Kalingga dan Dekkan berhasil dikuasainya. Namun, setelah ia menyaksikan korban bencana perang yang maha dahsyat di Kalingga, timbul penyesalan dan tidak lagi melakukan peperangan. Mula-mula Ashoka beragama Hindu, tetapi kemudian menjadi pengikut agama Buddha. Sejak saat itu Ashoka menjadikan agama Buddha sebagai agama resmi negara. Setelah Ashoka meninggal, kerajaan terpecah- belah menjadi kerajaan kecil. Peperangan sering terjadi dan baru pada abad ke-4 M muncul seorang raja yang berhasil mempersatukan kerajaan yang terpecah belah itu. Maka berdirilah Kerajaan Gupta dengan Candragupta I sebagai rajanya.

Sistem kepercayaan masyarakat Lembah Sungai Indus bersifat politeisme atau memuja banyak Deva. Deva-Deva tersebut misalnya Deva kesuburan dan kemakmuran (Devi Ibu). Masyarakat Lembah Sungai Indus juga menghormati binatang-binatang seperti buaya dan gajah, pohon seperti pohon pipal (beringin). Pemujaan tersebut dimaksudkan sebagai tanda terima kasih terhadap kehidupan yang dinikmatinya, berupa kesejahteraan dan perdamaian. Interaksi bangsa Dravida dan bangsa Arya menghasilkan Agama Hindu. Bangsa Arya dan bangsa Dravida merupakan bangsa yang memiliki ideologi keagamaan yang berbeda satu sama lain, akan tetapi dari kedua ideologi agama tersebut, melahirkan suatu agama persatuan yakni agama Hindu (Mudana dan Ngurah Dwaja, 2015:112).

Renungan Atharvaveda, X.8.1.

“Yo bhùtaý ca bhavyaý ca sarvaý yaúcàdhiûþhati, svaryasya ca kevalam tasmai jyeûthàya brahmane namaá.

Terjemahan:

‘Kami memuja Tuhan Yang Maha Ada, yang menjadikan segalanya yang ada dimasa lalu, kini dan yang akan datang, yang merupakan satu-satunya intisari kebahagiaan.

Referensi

Ngurah Dwaja, I Gusti dan Mudana, I Nengah. 2015. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti SMA/SMK Kelas XII. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.

Sumber: Buku Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti kelas XII
Kontributor Naskah : I Gusti Ngurah Dwaja dan I Nengah Mudana
Penelaah : I Made Suparta, I Made Sutresna, dan I Wayan Budi Utama Penyelia Penerbitan : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.
Cetakan Ke-1, 2015

0 Response to "Sejarah Agama Hindu di India dari Interaksi Bangsa Dravida dan Bangsa Arya "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel