Cinta Dalam Bingkai Filsafat
Monday, November 29, 2021
Add Comment
MUTIARAHINDU.COM -- Cinta Dalam Bingkai Filsafat. Cinta selalu menarik untuk dibahas dan dipelajari, karena kata ini memberi dampak yang sangat besar untuk kehidupan. Cinta tidak hanya memberi kebahagiaan, pemahaman yang dangkal terhadap cinta dapat mengantarkan seseorang kepada derita yang tak bertepi. Cinta juga dapat memberikan kehidupan bahkan menghancurkan kehidupan seseorang. Kata “cinta” satu kata yang didambakan sekaligus ditakuti oleh orang yang pernah terbahagiakan karenanya atau orang yang mengalami trauma karena lukanya.
Cinta menjadi kata yang paling ampuh untuk memperdaya seseorang, tidak sedikit orang yang bersedia mempersembahkan barang miliknya atau bahkan kehidupannya hanya untuk cinta. “kalau kamu mencintai aku kamu pasti bersedia untuk …. “ kalimat seperti itu yang membuat pada akhirnya seseorang kehilangan kepercayaan terhadap cinta. Penyalahgunaan kata cinta, dimana cinta dipergunakan hanya untuk memenuhi hasrat dan keinginan seseorang membuat cinta menjadi rendah dan hina. Agnes Monika melalui lagunya yang berjudul “Cinta tanpa logika” memberi pandangan yang mengerikan tentang cinta, seolah-olah cinta bisa mempengaruhi seseorang dalam pengambilan keputusan. Cinta itu buta, bila memang demikian bukankah sangat mengerikan perasaan cinta itu. Benarkah cinta itu buta dan dapat melumpuhkan logika manusia?. Dikutip dari Merdeka.com disebutkan bahwa penelitian yang dilakukan di University College London menemukan bukti bahwa rasa cinta bisa menumpulkan aktivitas saraf yang terkait dengan penilaian sosial kritis terhadap orang lain. Menurut hasil penelitian yang dipublikasikan di dalam NeuroImage itu cinta juga menghalangi munculnya emosi negatif, sehingga hanya rasa suka yang ada. Area hipotalamus otak menghasilkan senyawa euforia yang menurunkan penilaian negatif terhadap orang yang dicintai, sehingga objektivitas dalam melakukan penilaian pun menurun drastis. Bisa disimpulkan, cinta memang buta, karena mampu mengaburkan penilaian rasional dan objektif terhadap orang yang dicintai (Febi Anindya Kirana, https:// www . merdeka. com/ gaya/penelitian-cinta-itu-memangbuta.html).
Semengerikan itukah cinta dan apakah cinta harus dilenyapkan dari muka bumi ini. Cinta sendiri menjadi pembahasan yang menarik di kalangan para filsuf, tidak sedikit filsful yang membahas cinta dalam pemikirannya. Plato dan Soren Kierkegaard juga membahas Cinta dalam filsafatnya, bukan hanya filsafat Barat dalam sejarah filsafat Cina Mo Tzu juga memperkenalkan Cinta Universal yang digunakan untuk mengganti sikap deskriminasi.
Berdasarkan uraian di atas penulis ingin memaparkan cinta dari sudut pandang filsafat, sehingga memberi pemahaman yang lebih jelas tentang cinta dan membangunkan manusia dari mimpi-mimpi akan sesuatu yang selama ini diyakini sebagai cinta.pemahaman akan cinta akan menyadarkam manusia akan tindakan yang selama ini dilakukan dan agar manusia mampu untuk mengoreksi dirinya, apakah selama ini yang diyakini sebagai cinta benar-benar cinta atau hanya ilusi dari cinta. Melalui tulisan ini juga penulis ingin menggali tentang cinta yang sebenarnya sehingga nantinya bisa diputuskan apakah cinta itu diperlukan atau hanya akan merugikan manusia.
II. Pembahasan
2.1 Definisi Cinta
Cinta satu kata yang susah untuk didefinisikan, karena sebagain besar orang lebih memilih untuk merasakan. Cinta sering dikaitkan dengan sesuatu yang indah, ketertarikan terhadap manusia atau objek dimana ketertarikan ini lebih dari sekedar suka. Dikutip dari https://www . maxmanroe .com dijelaskan bahwa
“Cinta adalah suatu emosi atau perasaan positif (kebaikan, belas kasih, kasih sayang) yang terdapat di dalam diri manusia yang ditujukan kepada manusia lain atau objek lain yang ada di sekitarnya. Pendapat lain mengatakan, definisi cinta adalah suatu aktivitas manusia terhadap objek lain di sekitarnya, yang dilakukan dalam bentuk empati, kasih sayang, perhatian, membantu, pengorbanan diri, dan memenuhi permintaan objek tersebut. Banyak ahli mengatakan bahwa arti cinta sulit untuk dijelaskan secara tuntas karena lebih berhubungan dengan emosi manusia, bukan dengan logika. Oleh karena itu, setiap orang dapat memberikan konsep tentang cinta sesuai dengan keadaan emosi di dalam dirinya” (anonim, https:// www. maxmanroe . com).
Berdasarkan kutipan diatas dapat diketahui bahwa cinta memiliki definisi yang positif, dimana dikatakan bahwa cinta sendiri sulit untuk dijelaskan karena berhubungan dengan emosi manusia bukan dengan logika. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa perasaan cinta dapat mempengaruhi pemikiran manusia terhadap orang yang dicintai karena ketika seseorang mencintai maka area hipotalamus otaknya menghasilkan senyawa euphoria yang menurunkan penilaian negarif terhadap orang atau objek yang dicintainya.
Dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI) disebutkan bahwa kata cinta memiliki beberapa arti yaitu:
- suka sekali; sayang benar: orang tuaku cukup – kepada kami semua; -- kepada sesama makhluk;
- kasih sekali; terpikat (antara laki-laki dan perempuan):sebenarnya dia tidak -- kepada lelaki itu, tetapi hanya menginginkan hartanya;
- ingin sekali; berharap sekali; rindu: makin ditindas makin terasa betapa -- nya akan kemerdekaan;
- kl susah hati (khawatir); risau: tiada terperikan lagi -- nya ditinggalkan ayahnya itu. (KBBI, https://kbbi .web. id/cinta)
Dalam Wikipedia dijelaskan bahwa secara terminologi penggunaan istilah cinta dalam masyarakat Indonesia dan Malaysia lebih dipengaruhi perkataan love dalam bahasa Inggris. Love digunakan dalam semua amalan dan arti untuk eros, philia, agape dan storge. Cinta adalah perasaan simpati yang melibatkan emosi yang mendalam. Menurut Erich Fromm, ada lima syarat untuk mewujudkan cinta kasih, yaitu: perasaan, pengenalan, tanggung jawab, perhatian, saling menghormati (Wikipedia, https:/ / id. wikipedia .org /wiki/ Cinta).
Kardi Laksono dalam jurnal filsafat menjelaskan definisi filsafat menurut Scheler dimana disebutkan bahwa menurut Scheler, cinta merupakan sesuatu yang suci dan mempunyai kedudukan yang tinggi. Cinta tidak dapat dikategorikan ke dalam sesuatu yang bersifat sinnlich – keinderaan. Cinta merupakan dasar segala sesuatu. Melalui cinta, manusia dapat menjerumuskan ataupun meninggikan dirinya, dan hal ini tergantung kepada wert atau nilai yang dicintainya (Kardi Laksono, 10 :2011 https:// media. neliti. com/ media/ publications/81765-IDscheler-dan-apriorisme-material-nilai-da.pdf
Loren Bagus dalam Kamus Filsafat menjelaskan bahwa cinta istilah latinnya adalah amor dan caritas, dan istilah Yunaninya philia, eros dan agape. Ketiga istilah ini memiliki makna yang berbeda, philia mempunyai konotasi cinta yang terdapat dalam persahabatan (dalam Cina sinonimnya jen). Amor dan eros adalah cinta berdasarkan keinginan sementara caritas dan agape merupakan tipe cinta yang lebih tinggi dan tidak mementingkan diri sendiri (Loren Bagus,2000; 140). Apabila kita melihat definisi ini ada perbedaan dimana di Yunani penggunaan kata cinta berbeda-beda berdasarkan penggunaan dan tingkatannya, sementara di Indonesia semua hal tentang sangat suka atau ketertarikan terhadap objek langsung dikatakan cinta. Cinta yang berdasarkan keinginan juga disebut cinta dan cinta yang lebih tinggi dan tidak mementingkan diri sendiri juga cinta, pemahaman yang sama rata seperti inilah yang menyebabkan seseorang terluka dan menderita karena cinta. Sederhana seseorang yang cintanya ada pada tingkat eros, mengatakan “aku cinta kamu” pada seseorang yang cintanya ada pada tingkat agape, maka bila itu diterima dan diteruskan kemungkinan akan menyakiti salah satu pihak. Cinta yang masih ada pada tahap eros akan memaksakan keinginannya bahkan kadang bersikap posesif dan mengatur, itulah yang akhirnya menyebabkan ada orang yang merasa tersiksa karena cinta.
2.2 Cinta dalam pemikiran Plato
Plato dalam Simposium menjelaskan tentang hakitak cinta, eros dan manusia dalam bentuk dialog yang amat rumit. Dalam dialog tersebut plato menyelipkan makna cinta dan tahapan yang harus dilalui oleh cinta. Plato juga berusaha menjelaskan tentang bagaimana dan kenapa seseorang terlibat dalam cinta, namun yang sangat jelas adalah ketika cinta selalu dikaitkan dengan keindahan. Dalam Loren Bagus disebutkan Plato berkata bahwa semua cinta adalah cinta akan keindahan. Bentuknya yang sempurna adalah bentuk abstrak akan keindahan itu sendiri (Bagus, 2000 : 141).
1. Eros mencipta dalam keindahan
Plato meyakini bahwa cinta adalah keindahan dan melahirkan keindahan. Eros berasal dari kebaikan menjadi milik mereka yang sedang jatuh cinta untuk selamanya. Usaha dan aktivitas yang dilakukan oleh orang yang mengejar eros bisa disebut eros adalah menciptakan keturunan dalam keindahan, yang berhubungan dengan tubuh dan jiwa. Eros berasal dari daya cipta dan melahirkan keturunan dalam keindahan.
2. Tangga Cinta
Dalam pencarian cinta ada hal-hal yang harus dilalui sebelum seseorang menemukan cinta yang sebenarnya. Plato menjelaskan bahwa ada tiga hal yang akan dilewatkan dalam mencapai cinta yang sebenarnya.
a. Mencari tubuh yang indah
Cinta yang paling rendah adalah menyamakan cinta dengan ketertarikan akan tubuh-tubuh yang indah. Menyadari bahwa keindahan pada satu tubuh memiliki kesamaan dengan tubuh yang lainnya.
b. Memahami keindahan jiwa
Setelah melalui tangga pertama maka seseorahng harus meyakini bahwa keindahan jiwa lebih bernilai dari keindahan tubuh. Tubuh akan berubah, sementara jiwa akan selalu sama, mampu mencintai jiwa dan melihat keindahan jiwa dari seseorang akan memantapkan pemahaman bahwa keindahan jasmani adalah sesuatu yang remeh.
c. Keindahan pada orang banyak
Setelah memahami keindahan jiwa, maka seseorang akan berlatih untuk melihat keindahan itu pada setiap orang, sehingga memahami bahwa setiap orang layak dan pantas untuk dicintai. Mulai memahami cinta yang tidak egois, cinta yang bersifat universal.
2.3 Cinta Universal menurut Mo Tzu
Mo Tzu adalah seorang Filsuf Cina yang hidup sekitar tahun 479-381. [1] Nama keluarganya adalah Mo dan namanya adalah Di. Beberapa ilmuwan mengatakan bahwa Mo Tzu berasal dari Sung (sekarang disebelah utara Honan dan Barat Shantung) dan beberapa ilmuwan lain mengatakan bahwa ia berasal dari Lu, daerah yang sama dengan Konfusius.
Sumber utama yang dapat digunakan untuk mengetahui pemikirannya adalah dari sebuah buku yang menggunakan namanya, Mo-tzu, yang berisi 53 bab yang merupakan kumpulan dari tulisannya.
Ajaran Mo Tzu bisa dikatakan termasuk Ulitarisme dimana sesuatu itu dikatakan baikbila bermanaafat untuk masyarakat, semakin sesuatu itu bermanfaat maka semakin baik untuk dilakukan dan dipertahankan. Bagi Mo Tzu Kasih semesta adalah hal yang paling baik untuk dilakukan, karena memiliki manfaat yang sangat besar untuk perdamainan dan ketentraman masyarakat. Kasih semesta ini dianggap sebagai tabungan jangka panjang, dimana ketika kita memperlakukan orang lain dan lingkungan dengan baik maka pada akhirnya kebaikan itulah yang akan kita terima. Mo Tzu ketika memantapkan konsep kasih semesta sebagai ajaran penting tentu tidak sembarangan, dia telah melakukan beberapa uji pertimbangan. Mo tzu menyebutkan bahwa sesuatu itu layak untuk dilakukan apabila telah lolos dalam 3 uji pertimbangan yaitu :
- Bisa diverifikasi dan diaplikasikan;
- Bisa diverifikasi oleh indera pendengaran dan penglihatan kebanyakan orang;
- Bermanfaat bagi Negara dan rakyat. Berdasarkan tiga uji pertimbangan tersebut, maka kasih semesta atau cinta universal yang paling layak untuk dilakukan.
Kasih semesta adalah konsep pokok dalam ajaran Mo Tzu, dan mempresentasikan perluasan logis dan etika professional kelas hsieh (satriakelana) yang merupakan lingkungan asal-usul Mo Tzu. Etika ini menyatakan bahwa dalam kelompok mereka para hsieh “senang bersama dan menderita bersama”. Mo Tzu menyatakan bahwa cinta universal itu adalah sikap kasih semesta, dimana sikap inilah yang harus dikembangkan untuk menggantikan sikap deskriminasi. Inti pokok sikap kasih semesta adalah berlaku sama, Mo Tzu mengatakan bahwa orang yang menjalankan kasih semesta akan memperlakukan orang lain seperti dia memperlakukan dirinya sendiri. Mo Tzu menegaskan bahwa ego hendaknya ditekan, karena ego itulah yang mendekatkan seseorang pada sikap deskriminatif. Bagi Mo Tzu cinta universal adalah bagaimana seseorang bisa memperlakukan orang lain seperti dia memperlakukan dirinya sendiri sehingga terlepas dari sikap deskriminatif. Cinta universal adalah tindakan yang paling bermanfaat bagi masyarakat, karena dengan menerapkan cinta universal maka masyarakat akan saling peduli dan saling menyayangi hal tersebut dikarenakan bahwa setiap orang ingin diperlakukan baik dan disayangi.
III. Penutup
- Kesimpulan
Cinta memiliki makna positif dan kebaikan, di Yunani sendiri itilah cinta dibedakan menjadi tiga yaitu : Philia, Eros dan Agape, dimana ketiga istilah itu memiliki definisi yang berbeda tentang cinta. Philia adalah kecintaan luhur dan tumbuh dari hasil persahabatan mendalam sehingga menerbitkan rasa ‘kami’ atau ‘kita’. Philia merupakan cinta dalam persahabatan dan dalam Cina disinonimkan dengan jen. Eros adalah cinta seksual, yang didasarkan pada nafsu/ birahi. Di sini, orang lain tidak dipandang sebagai person/subyek melainkan hanya sebagai obyek. Cinta agape dikatakan sebagai cinta dengan level paling tinggi, dimana dalam mencintai tidak ada campurtangan ego.
Plato meyakini bahwa cinta adalah keindahan dan melahirkan keindahan. Eros berasal dari kebaikan menjadi milik mereka yang sedang jatuh cinta untuk selamanya. Usaha dan aktivitas yang dilakukan oleh orang yang mengejar eros bisa disebut eros adalah menciptakan keturunan dalam keindahan.
Bagi Mo Tzu cinta universal adalah bagaimana seseorang bisa memperlakukan orang lain seperti dia memperlakukan dirinya sendiri sehingga terlepas dari sikap deskriminatif. Cinta universal adalah tindakan yang paling bermanfaat bagi masyarakat, karena dengan menerapkan cinta universal maka masyarakat akan saling peduli dan saling menyayangi hal tersebut dikarenakan bahwa setiap orang ingin diperlakukan baik dan disayangi.
Judul: Cinta Dalam Bingkai Filsafat
Oleh : Ni Luh Gede Wariati
Dari: Dosen pada Fakultas Brahma Widya
0 Response to "Cinta Dalam Bingkai Filsafat"
Post a Comment